Selasa, 20 November 2012

Jasa-Mu Tiada Tara


Jasa-Mu Tiada Tara

Entah kenapa kali ini gue mau nulis tentang Ibu dan Bapak gue. Ibu merupakan seorang sosok yang sangat berperan dalam kehidupan gue  mulai dari dalam kandungan sampai sekarang usia gue menginjak 19 tahun. Ibu gue merupakan guru formal dan informal dalam kehidupan gue. Guru di sekolah walaupun hanya di SD dan guru di rumah. Nasihat selalu dia berikan ketika bercengkrama ditelepon atau pun ketika gue udah di rumah.

”belajar yang benar, ibadah yang banyak” dua kata tersebut yang tidak lupa beliau ucapkan ketika akan mengakhiri pembicaraan di telepon atau pun ketika gue mau meninggalkan kota lahir gue menuju kota tempat gue menimba ilmu.

Ibu yang memberikan gue kebebasan untuk menempuh pendidikan dimana pun, jurusan apapun kecuali Ilmu politik karena beliau tidak suka dengan politik. Ada satu yang sampai sekarang beliau selalu pantau dalam diri gue, yaitu pola pikir gue. Beliau selalu ingin membentuk pola pikir gue yang sejalan dengan keadaan yang terjadi di sekeliling gue. Beliau tidak mau anaknya terasingkan dengan pola pikir yang berbeda dengan keadaan di sekitar tempat tinggal gue.

Lain halnya dengan Bapak. Seorang laki-laki yang sepertinya cuek dengan pendidikan anaknya, tetapi dalan cuekannya tersimpan kasih sayang yang sangat berarti buat gue. Ketika gue unutk pertama kalinya menempuh pendidikan di Pulau Jawa (asal gue dari Kuala Tungkal, sebuah kota di Provinsi Jambi), tepatnya di Bekasi. Beliau menyempatkan untuk mengantar gue setiap kali gue kembali setalah liburan. Walaupun hanya sampai kelas 3 Mts, tetapi perhatian beliau yang diberikan sama gue sangatlah besar.

Satu kasus adalah ketika berkendara. Beliau hanya bisa mengendarai Sepeda Motor. Ketika berSepeda Motor bersama gue, beliau tidak mau gue yang bawa. Beliau lah yang selalu mengendarai motornya walaupun gue sudah bisa dikatakan telah cukup umur untuk mengendarai Sepeda Motor. Ini merupakan wujud kasih sayang dia yang tidak mau anaknya celaka.

Lain lagi seperti kejadian ramadhan tahun lalu. ketika gue baru selesai beban semester kedua (sekarang semester 3), beliau sangat marah ketika gue memutuskan untuk tidak pulang ke Tungkal dikarenakan kegiatan yang sangat padat di organisasi yang gue ikuti (baca tulisan yang judulnya “kemarahanmu membuat ku menangis”). Gue tau beliau sangat marah dengan keputusan gue untuk tidak pulang dulu. Adal suatu keinginan yang tersirat dengan keramahan beliau adalah beliau ingin kumpul dengan seluruh anggota keluarganya. Sungguh gue enggak terfikirkan dengan yang satu itu. Mungkin gue udah terbiasa hidup terpisah dengan mereka (sampai saat ini sudah hampir 8 tahun). Hanya satu tahun sekali gue pulang, itupun hanya liburan ramadhan saja.

Umur gue selalu bertambah setiap tahunnya dan pasti umur mereka berdua juga bertambah dan tambah tua. Gue belum bisa ngasih apa-apa sama mereka. Hanya segelintir mendali ketika SD tidak cukup jika melihat apa yang telah mereka berikan ke gue dan ke adik-adik gue. Kasih mereka memang tidak bisa dibalas dengan apapun yang ada di dunia ini.

TERIMA KASIH BAPAK, TERIMA KASIH IBU.

Agama, Anarkis, dan Pemerintah


Agama dijadikan dalil untuk berbuat Anarkis

Apasih itu Agama?? Menurut kamus besar bahasa Indonesia agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta kaidah-kaidah yang behubungan dengan pergaulan dengan manusia dan semua makhluk hidup di sekitar lingkungannya. Menurut Emile Durkhiem mengatakan bahwa agama merupakan suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.

Agama juga mengatur kehidupan manusia yang berhubungan dengan pergaulan ke sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Berarti agama tidak hanya berhubungan dengan tuhan tetapi juga berhubungan dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Tetapi, sekarang agama hanya berhubungan dengan tuhan saja. Tuhan dijadikan sebagai berhala yang hanya disembah tanpa kita jalankan perintahnya atau malah perintah tuhan itu kita jadikan sebagai dalil untuk berbuat anarkis.

Dalil yang sering dipakai untuk berbuat anakis oleh sebagaian oknum adalah Amar Ma`ruf Nahyi Munkar yang mempunyai arti menyuruh kebaikan dan melarang keburukan. Menurut aliran muktazilah prinsip ini lebih banyak menyangkut amalan lahir dan bidang fiqih daripada bidang kepercayaan dan ketauhidan. Prinsip ini harus dijalankan oleh setiap muslim untuk menyiarkan agama dan member petunjuk kepada orang-orang sesat. Pelaksanaan kalau perlu dengan kekerasan, meskipun terhadap golongan islam sendiri.

Kata amar ma`ruf nahi munkar yang sebagian ulama menafsirkannya sebagai menyuruh kepada kebaikan dan melarang keburukan. Tetapi, apakah menyuruh dan melarangnya dengan kekerasan?? Cobalah kita telaah kembali kalimat Amar Ma`ruf. Kalimat ini terdiri dari kata Amar dan Ma`ruf. Amar yang mempunyai arti yaitu menyuruh atau memerintahkan. Yang pada intinya adalah kalimat perintah yang cukup keras. Selanjutnya, kata Ma`ruf yang mempunyai arti mengerti.

Dari pengertian dua kata diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Amar Ma`ruf adalah memerintahkan atau menyuruh kebaikan dengan cara memberi pengertian bukan dengan kekerasan. Memang aliran muktazilah menghalalkan cara kekerasan. Tetapi, untuk di Indonesia cara ini tidak efektif. Karena budaya Indonesia tidak mengenalkan kita dengan kekerasan. Tetapi, dengan lemah lembut. Kita ketahui bahwa dulu Indonesia terkenal dengan keramahannya. Sekarang bagaimana?? Indonesia tidak lagi aman dan ramah.

Ada suatu hadits (kalo ga salah) yang berbunyi “Jikalau engkau melihat kemungkaran cegahlah dengan tanganmu, jikalau tidak bisa dengan tanganmu maka dengan mulutmu, jikalau tidak bisa juga maka dengan hatimu. Nah, mungkin para oknum tersebut menggunakan aturan pertama untuk mencegah kemungkaran dan menegakkan kebaikan yaitu dengan menggunakan tangannya. Tetapi, mereka salah tafsir. Tangan disini bukan dengan kekerasan tetapi dengan kekuasaan.

Jikalau kita berbicara kekuasaan, yang mempunyai kekuasaan disini adalah pemerintah atau penguasa. Pemerintah atau penguasa lah yang mempunyai otoritas untuk mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Polri, iya polri dalam hal ini mempunyai otoritas dalam hal tersebut.

Tetapi bagaimana jikalau penegak kebenaran dan pencegah kemungkaran sudah tidak lagi benar dan melalukan kemungkaran? Ini yang membuat para rakyat sudah tidak percaya lagi dengan pemerintah atau penguasa. Dan titik extremnya yaitu muncullah beberapa ormas yang mempunyai misi menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Tentunya cara yang mereka lakukan menurut saya tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang ramah.

Penguasa Biang Semua Ini

Jadi, bisa kita tarik kesimpulan bahwa biang dari keanarkisan para oknum ormas tersebut adalah pemerintah atau penguasa di negara ini. Mereka yang ditugaskan untuk mencegah kemungkaran sudah berbuat mungkar, mereka yang ditugaskan untuk menegakkan kebenaran sudah tidak berbuat benar.

Kita ambil contoh kasus yang lagi hangat saat ini yaitu kasus KPK vs POLRI yang berebut untuk menyelesaikan kasus Korupsi. POLRI yang salah satu petingginya terkena kasus korupsi merasa berhak untuk menyelesaikan kasus ini dan KPK yang merupakan lembaga independent yang juga merasa berhak untuk menangani kasus ini. Ini terjadi kesalah pahaman antara KPK dan POLRI.

Menurut logika saya yang seharusnya menyelesaikan kasus ini adalah KPK karena ini lembaga Independent. Jikalau polri yang menyelesaikan kasus ini justru ada rasa ketika percayaan dari masyarakt Indonesia. Bagaimana mau menyelesaikan kasus korupsi jikalau anggota mereka saja melakukan korupsi.

Belum lagi contoh kasus yang menyeret oknum Polisi kedalamnya seperti narkoba, prostitusi, dan lain sebagainya. Yasudahlah lunturlah kepercayaan masyarakat terhadap institusi yang satu ini. Seperti kata pepatah “Karena nila setitik rusak susu sebelangga”.

Pada akhirnya para masyarakat sudah tidak percaya dengan intitusi tersebut akibat ulah para oknum intitusi tersebut. Muncullah ormas-ormas yang melakukan tugas ini dengan menggunakan cara mereka dengan menggunakan dalil agama dan menurut saya cara mereka salah karena tidak sesuai dengan budaya orang Indonesia.

Mengatas namakan islam salah satu ormas dengan semena-mena menggantikan tugas Polisi dalam menumpas kejahatan. Seperti dijelaskan diatas mereka menggunakan prinsip aliran muktazilah yang mengahalalkan kekerasan dalam menjalankan aksinya.

Kembali ke topik agama diatas. Tuhan yang mereka sembah hanya diperlakukan sebagai berhala oleh para oknum penguasa atau pemerintah tersebut. Tidak ada agama yang menyuruh kita untuk berbuat jahat atau tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Coba kita menuhankan tuhan kita secara sebenar-benarnya TUHAN. Dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

Minggu, 18 November 2012

Mata-mata Budaya


Mata-mata SPY tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. SPY  lebih dikenal dengan spionase adalah kegiatan orang tertentu yang secara diam-diam mengumpulkan informasi yang dianggap rahasia. Kagiatan ini sudah lama dikenal yaitu oleh Sun Tzu (544-496 SM) dan sudah dipraktikkan sejak zamam itu. ( Jend.Purn. A. M. Hendropiyono.2010). Pengumpulan informasi rahasia ini mulai dari bidang Ekonomi, Politik, Militer hingga bidang sosial dan budaya pun terjamah oleh pekerjaan ini.

Dalam tulisan ini saya ingin menyoroti pekerjaan mata-mata pada bidang ekonomi dan budaya. Kenapa? Karena dua bidang ini sekarang menjadi titik yang paling ekstrem dalam bangsa kita. Ekonomi merupakan aspek yang penting untuk mengukur perkembanga suatu bangsa. Sedangkan budaya berperan dalam pembentukan karakter masyarakat suatu bangsa.

Study kasus yang terjadi di Jepang. Negara maju ini sangat berkembang didalam kedua bidang tersebut. Dalam segi Ekonomi tidak bisa ditampikkan bahwa produk Jepang sangat diterima di dunia. Apalagi dalam bidang tekhnologi, negara ini sangat maju. Budaya mereka juga tidak kalah maju. Ketika mereka kalah dalam perang dunia ke-2. Mereka mempersilahkan AS untuk menjajah mereka, tetapi mereka punya satu syarat yaitu “jangan menggangu kebudayaan mereka”. Hasilnya kita lihat sekarang, bagaimana budaya Jepang membentuk karakter penerus bangsa mereka.

Lalu bagaimana dengan bangsa kita?? Budaya Indonesia yang bukan hanya menurut saya tetapi juga menurut banyak orang merupakan budaya yang menarik yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, masakan dan lain sebagainya bisa menjadi satu dibawah panji Indonesia. Tetapi, bagaimana dengan karakter para penerus bangsa dan penguasanya?? Jauh dari simbol budaya yang ada. Terus apa problemnya? Ya tentunya adalah zaman globalisasi sekarang. Pasar bebas yang tidak hanya menjual kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menjual budaya negara lain untuk dibeli oleh Indonesia.

Dari segi ekonomi. Katanya pertumbuhan ekonomi Indonesia sekarang nomor 7 di dunia. Bisa dibilang WOW lah. Tetapi berbanding terbalik dengan kehidupan masyarakatnya. Hanya segelintir orang yang bisa tercukupi hidupnya. Yang lain masih bergelimang dengan kemiskinannya. Sekarang kita coba menghitung produk Indonesia apa yang menemani kehidupan kita sehari-hari? Ya mungkin bisa dihitung dengan jari tangan plus jari kaki. Sangking sedikitnya.

Indonesia dihujani dengan berbagai macam produk asing mulai dari kehidupan sehari-hari sampai dengan budaya pun di import dari luar negeri. Siapa yang berperan dalam masuknya produk asing ke Indonesia. Yaa bisa dikatakan mata-mata atau SPY. Seluruh informasi yang ditemukan oleh mata-mata tersebut ditransfer ke negara asal mereka dan kemudian dijadikan strategi untuk memasarkan produknya ke Indonesia.

Sekarang sepertinya mata-mata dalam bidang militer lebih sedikit tugasnya dibandingkan dengan mata-mata budaya. Bukan lagi perang senjata di dunia ini, tetapi perang budaya dan produk yang mengancam stabilitas negara tersebut.

Budaya negara lain gampang sekali untuk masuk ke negara ini. Padahal, negara ini banyak sekali budaya yang tidak kalah dengan negara lain. Jikalau negara lain hanya punya 1 sampai 10 kebudayaan, maka Indonesia mempunyai ratusan kebudayaan. Para mata-mata ini mencara informasi tentang masyarakat Indonesia. bagaimana tipe masyarakatnya dalam menyerap prosuk dari luar. Hasilnya bisa dilihat sekarang, dengan informasi yang didapatkan mereka mengubahnya menjadi sebuah strategi untuk memasarkan produkn budayanya di negara kita ini.

Tidak ada yang melarang kegiatan ini. Karena menurut mereka perang budaya tidak lah mengancam pertahanan sebuah negara. Iya sih memang tidak mengancam pertahanan, tetapi mengancam perubahan character bangsa ini.

Kamis, 08 November 2012

Dan Fisika pun Bercinta


Cinta itu apasih? Gue juga bingung kalau disuruh menerjemakan atau mendefinisikan kata yang satu ini. Cinta itu mungkin sebuah rasa atau juga sebuah sifat. Entahlah apa itu cinta. Cinta membuat dunia ini lebih bermakna. Ya bisa dikatakan kita ada di dunia itu karena cinta. Tapi apa itu cinta gue sampai sekarang masih terus mencari dan mencari definisi kata tersebut. Dari beberapa definisi gue seperti tidak cocok.

Kebanyakan anak muda sekarang mengatas namakan cinta untuk pacaran. Pacaran adalah sebuah ikatan antara dua orang manusia baik itu sesama maupun beda jenis diatas rasa yang sama yaitu cinta. Tapi, kembali lagi apakah itu cinta? Dan saya pun masih belum bisa menjawab apa itu cinta.

Fisika adalah sebuah ilmu yang mempelajari seluk beluk alam ini. Apa saja yang terjadi di alam ini coba dijelaskan oleh fisika. Contohnya adalah perubahan waktu yang ada di dunia ini yang disebabkan oleh revolusi bumi terhadap matahari dan rotasi bumi pada porosnya.

Tapi, bagaimana jikalau cinta dibahas dalam ilmu fisika? Apakah bisa? Bisa ga sih? Tapi kayaknya bisa. Penjelasan ini bukan teori yang baru dalam fisika, tapi teori lama yang dikembangkan dan didefinisikan menurut perspektif cinta. Apasih maksudnya? Ya maksudnya itu dari rumus fisika dan istilah fisika bisa dibuat sebagai perumpamaan cinta. Contohnya makna cinta yang ditulis oleh teman gue yang ketemu waktu Rakernas ILP2MI di Semarang, namanya Mas Adul. Begini tulisannya :
                                                                                        
“Jika laki-laki memberikan getaran cinta kepada hati wanita mengakibatkan perubahan fluks hati antar keduanya yang menghasilkan sebuah gelombang yaitu gelombang cinta. Akibat adanya sinyal gelombang menimbulkan sinyal kehidupan yang menghasilkan bunyi kehidupan yang indah dan haromonis”

Begitu lah kira-kira perumpaan cinta dalam fisika. Tidak cuman itu, tadi malam gue mengkhatamkan satu novel yang baru gue beli judulnya “The Jadzab Boy”. Disana juga cinta diumpamakan melalui rumus fisika. Beginilah rumusnya :


Begitu model rumusnya. Penjelasannya sebagai berikut kenapa bisa berbentuk rumus gaya listrik :

Laki-laki yang diibaratkan mempunyai muatan positif yang mempunyai panah mengarah keluar dan berarti memberi. Tapi, kepada siapa harus memberi? Kalau tidak ada yang menerima gimana? Ga berguna pastinya.

Perempuan yang diibaratkan mempunyai muatan negative mempunyai panah yang mengarah ke dalam yang berarti menerima. Jika dunia ini hanya perempuan yang hanya menerima tanpa ada pemberi, ya tidak akan menjadi afdol dunia ini.

Rumus diatas dibaca “gaya listrik sama dengan konstanta dikali muatan pertama, dikali muatan kedua dibagi kuadrat jarak”. Nah, dimana nyambungnya dengan cinta? Dari rumus diatas cinta bisa diibaratkan. Cinta sama dengan konstanta percintaan dikali hati pertama dikali hati kedua, lalu dibagi kuadrat jarak antar hati. Kesimpulannya jikalau cinta kita ingin bernilai besar maka kita harus memperbesar hati kita dalam arti pemaaf. Lalu mendekatkan hati kita kepadanya sedekat-dekatnya. Tetapi, disini bukan fisik kita yang berdekatan melainkan jiwa kita yang berdekatan satu sama lain. Nah, ada konstanta disini adalah sesuatu yang membuat kita tidak terpengaruh denga kondisi apapun semisal kecantikan, harta, atau yang lain.
Dapat diambil kesimpulan dari tulisan gue kali ini bahwa FISIKA bukan hanya ilmu tentang pehitungan semata tetapi, banyak filosofi yang terkandung di dalamnya. Percayalah Sains akan membuat kita lebih mudah untuk menjalani hidup di dunia ini.






Sumber teori:

Mas Adul (IKIP PGRI SEMARANG)
Novel “The Jadzab Boy”