“Aku Berfikir Maka Aku ada”. Sebuah ungkapan
yang ditelurkan oleh Rene Descartes. Seorang filsuf dan matematikawan asal
Prancis yang kadang disebut sebagai bapak filsafat Modern dan Bapak Matematika
Modern. Kalo dibedah secara kata kata perkata. Ada 2 kata yang membuat kita
bertanya yaitu Cogito dan Sum. Cogito yang berarti kepala atau
pikiran dan Sum yang berarti ada atau hidup. Lalu kenapa Descartes bisa
menelurkan slogan itu? Karena menurutnya antara kepala dan dunia dihubungkan oleh media Ilmu
Pengetahuan (sebagai ergo) melalui aktifitas berfikir.
Saya mencoba
menerjemahkan secara bebas, maka akan menjadi sebuah urutan menuju dunia.
Pertama dimulai dengan berfikir, setelat kita berfikir akan menjadi ilmu
pengetahuan dan setelah menjadi ilmu pengetahuan maka jadilah dunia. Sehingga,
jika kita tidak berfikir maka tidak jadilah dunia ini. Contohnya, benda-benda
diluar angkasa tidak akan pernah ada, jika Galileo Galilei tidak bisa memakai
teropong untuk melihatnya. Teropong adalah buah dari pikiran Galileo.
Dari pengantar
diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semua yang kita ketahui sekarang
adalah buah dari pikiran. Jadi, tindakan awal kita adalah berfikir. Toh yang
membedakan kita dengan makhluk tuhan lainnya adalah akal. Dan akal adalah alat
yang kita gunakan untuk berfikir. Dan berfikir juga tidak sembarangan perlu
sistematika untuk menelurkan ilmu pengetahuan dan akhirnya menjadi dunia
(seperti slogan Rene Descartes).
Menurut saya, hanya
ada satu disiplin ilmu yang menuntun untuk berfikir secara sistematis. Yaitu
matematika. Kenapa? Karena matematika bukan hanya masalah hitung menghitung
semata, tapi juga ada konsep disana. Alasan - alasan kenapa bisa mencapai hasil tersebut. Ketika
kita berfikir matematika itu berbicara hasil akhir, kita salah besar. 2+3=5 itu
bukan matematika, tetapi aritmatika. Ketika kita bertanya kenapa 2+3=5? Itulah
matematika. Matematika mengungkap alasan dibalik sebuah fenomena melaui angka,
bilangan dan symbol. Sekarang, ilmu alam mana yang tidak disandarkan dengan
matematika? Tekhnik dengan matematika sampai kepada ekonomi yang merupakan ilmu
social pun tidak sempurna kalo tidak disandarkan dengan statistic dan statistic
bagian dari matematika. Sekarang, saya mencoba membuat Matematika sebagai
penuntun kita dalam berfikir. Hapus semua angka dan bilangan dalam matematika
dan kita ambil esensi-esensi dalam matematika tersebut.
Dalam bukunya Tan
Malaka yang berjudul Medilog, dikatakan bahwa ada “Three Defenition of Science” atau 3 Defenisi Sains.
1.
Accurate thought atau cara berfikir akurat
2.
Organization of Facts atau penyusunan Bukti. Dan,
3.
Simplification by Generalization atau penggampangan yang
mengumumkan
Ketiga definisi
itu, satu sama lainnya berhubungan, isi mengisi dan tambah menambah. Untuk
berfikir secara matematis, definisi pertama lah yang dituju, lalu ke definisi
yang kedua dan begitu seterusnya. Oh iya, kata definisi disini berarti
ketetapan atau kepastian. Dalam matematika, Definisi ini sangat penting sekali
karena semua theorema (teori) disandar kepada definisi. Definisi ini menuntun
kepada accurate thought, akurasi dan
berfikir.
Kita telaah dari
definisi yang pertama yaitu berfikir secara akurat. Menurut Rene Descartes,
definisi yang pertama ini artinya adalah jangan menerima apapun sebagai sesuatu
yang benar kecuali, jika sudah mengetahuinya secara jelas bahwa itu memang
benar. Dengan kata lain, hindari penyimpulan yang terlalu cepat dan prasangka. Dan
tidak memasukkan apapun dalam pandangan kecuali apa yang tampil amat jelas dan
gambalang dalam nalar, sehingga tidak ada kesempatan untuk meragukannya. Contoh
ketika banyak orang mengatakan bahwa jasad Muhammad ikut dalam Isra’ dan
Mi’raj. Kita jangan langsung menerima itu benar sebelum ada bukti yang jelas
atau empiris (karena di Al-qur’an tidak dijelaskan apakah jasad Muhammad ikut
dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj). Kita harus menelaah dulu apakah benar jasad
Muhammad ikut atau mungkin juga tidak.
Definisi yang kedua
adalah Organization of Fact. Menyusun
fakta (bukti-bukti). Untuk definisi ini, Rene Descartes mengatakan bahwa pilih
satu persatu kesulitan yang akan ditelaah menjadi bagian bagian kecil sebanyak
mungkin atau sejumlah yang diperlukan, untuk memudahkan penyelesaian. Kembali
kepada kasus Isra’ Mi’raj. Tahapan kedua untuk membuktikan jasad Muhammad ikut
atau tidak adalah, mencari bukti-bukti yang mengatakan bahwa jasad Muhammad
ikut dalam isra’ mi’raj. Apa saja yang bisa membuktikan secara empiris bahwa
jasad Muhammad ikut dalam perjalanan tersebut.
Definisi yang
ketiga adalah, simplification of generalization.
Disinilah kita mulai menganalisis data (fakta) yang kita temukan dan mulai
mengaitkan terhadap sesuatu yang umum sudah terjadi. Menurut metode berfikir
Rene Descartes, pada tahap ini kita mulai berfikir secara runtut, mulai
menganalisis objek-objek yang paling sederhana dan paling mudah dikenali, lalu
meningkat setahap demi setahap sampai ke masalah yang paling rumit dan bahkan
menata dalam urutan obyek-obyek yang secara alamiah tidak beraturan. Dan ditahap ini juga kita melakukan perincian
yang selengkap mungkin dan pemeriksaan secara menyeluruh sampai yakin bahwa
tidak ada yang terlupakan.
Penalaran atau
metode berfikir seperti ini yang banyak digunakan oleh semua ahli matematika.
Mereka tidak akan menganggap benar sesuatu yang baru sampai mereka menemukan
fakta-fakta serta menganalisis fakta tersebut. Sebenarnya, mudah saja untuk
bisa berfikir secara matematis. Asalkan kita menolak untuk menerima apapun yang
tidak benar sebagai benar, dan kita selalu mempertahankan urutan yang
seharusnya untuk menyusun masalah satu persatu. Permasalahannya adalah ketika
kita mulai menganalisis hasil temuan. Mulai dari mana kita berangkat. Untuk
pribadi saya sendiri. Saya tidak pernah menemukan kesulitan untuk memulai dari
mana analisis suatu masalah. Karena saya sudah tahu harus memulai dari yang
paling sederhana dan yang paling mudah dikenali.
Contoh ketika saya
menganalisis kasus jasad Muhammad tersebut. Saya mulai berangkat dari hal yang
paling mudah dikenali. Apa? Yaa saya kenal dengan disiplin ilmu yang saya
tekuni. Saya mulai mencari rumus yang pas untuk membuktikan apakah jasad
Muhammad ikut dalam isra’ mi’raj atau tidak. Dan akhirnya saya sampai kepada
suatu kesimpulan dari analisis tersebut (hasilnya ada di http://kkurus.blogspot.co.id/2015/12/apakah-jasad-muhammad-ikut-dalam-isra.html?m=1
).
Rene Descartes
mengatakan bahwa ketaatan pada beberapa prinsip yang telah dipilih itu
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan beberaoa persoalan. Sampai dengan
persoalan itu baru pertama kita hadapi. Contoh yang hal terjadi kepada salah
seorang senior saya. Dia seorang dosen disebuah perguruan tinggi di malang.
Suatu saat dia dihadapkan kepada suatu masalah, yaitu vespa nya mogok di jalan
dan tidak bisa nyala. Lalu Dia duduk untuk berfikir apa yang salah dengan
vespanya. Dia menggunakan metode berfikir seperti diatas. Mulai dari tidak
terlalu cepat untuk menyimpulkan sesuatu. Lalu dilanjutkan dengan mengumpulkan
data. Mengecek komponen yang membuat mesin vespanya bekerja. Setelah itu dia
mulai menganalisis segala kemungkinan dari fakta yang dia temukan tentang kerja
sebuah mesin. Dan akhirnya vespanya pun kembali bisa dijalankan. Kasus ini
menunjukkan bahwa ketaatan kita kepada sesuatu akan memudahkan kita
menyelesaikan masalah tersebut. Dan semuanya dimulai dari berfikir.