tag:blogger.com,1999:blog-24423811509155462892023-11-16T09:18:30.766-08:00Radhitya OkvienBACALAH BUKU SEBELUM TUHAN MENCABUT NYAWAMU !!!!Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.comBlogger59125tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-22373588166487049702020-03-26T20:28:00.001-07:002020-03-26T20:28:10.949-07:00Akal dan Agama<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Jum`at, 27 Maret 2020</span><br />
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span>
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"></span><br />
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Beberapa hari yang lalu, saya
ditelpon oleh orang tua. Mereka menanyakan kabar tentang bagaimana kondisi
malang ditengah wabah Covid-19. Yaa saya jelaskan apa yang terjadi. Akhirnya dipenghujung
obrolan, seperti biasa Ibu mengingatkan saya untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan, terutama lebih sering untuk mengaji (hehehe). Yaa sudahlah saya
lakukan itu. Saya mulai ngaji, walaupun tidak ngaji Al-Qur`an. Tetapi saya
mengikuti “Ngaji Filsafat” yang diselenggarakan oleh Masjid Jendral Soedirman
Yogyakarta melalui Youtube (Ngaji Filsafat ini juga ada di Spotify). Dan akhirnya,
saya memilih tema tentang Neo-Atheisme. Tapi kali ini bukan tentang
Neo-Atheisme yang akan saya bahas, melainkan tentang point terpenting dari
Atheisme yaitu Akal. Yaa kita semua tahulah bahwa para penganut atheism ini sangat
menjunjung tinggi akal. Akal juga yang membuat mereka tidak percaya akan adanya
Tuhan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Agama sangat erat kaitannya dengan Iman.
Tidak mungkin manusia yang beragama tidak beriman. Iman inilah yang dijadikan
salah satu dasar untuk menolak agama. Karena menurut kaum Atheis, Iman selalu
kontradiktif dengan akal atau bahasa gampangnya, Iman selalu bertentangan dengan
akal. Akal selalu tunduk kepada Iman. Apakah akan selalu begitu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Agama
Meracuni Pikiran<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Menurut kaum Atheis, agama membuat
kita menomorduakan akal atau logika. Kita juga bisa melihat bagaimana Iman
membuat kita tidak bisa melihat dunia ini dengan akal sehat. Sebagai contoh
adalah masih ada masyarakat Indonesia yang mengategorikan bencana alam sebagai
azab tuhan. Ketika kita menganggap bencana alam adalah azab dari tuhan, maka
secara tidak langsung kita merespon untuk tidak melakukan tindakan pencegahan
lebih dini terhadap bencana alam. Karena kita tidak akan tahu kapan azab Tuhan
akan turun. Akhirnya, korban pun tidak bisa diminimalisir. Tetapi, hal lain
akan terjadi jika kita merespon bencana alam tersebut dengan menggunakan akal
dan logika kita. Dengan menggunakan Logika, kita akan mencari sebab kenapa
terjadinya bencana alam tersebut dan akhirnya akan meminimalisir dampak dari
bencana alam tersebut. Kebanyakan masyarakat yang beragama Indonesia sekarang
tidak maksimal dalam menggunakan akalnya dan menghasilkan kepatuhan atau
keimanan yang buta kepada agamanya. Seperti yang ditulis oleh Charles Kimball
dalam bukunya yang berjudul “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">When
Religion Becomes Evil</i>”, salah satu factor yang membuat agama menjadi
bencana adalah kepatuhan buta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Ketidakmaksimalan individu beragama
dalam menggunakan akal dan logikanya juga disebabkan oleh lingkungan masyarakat
beragama disekitar mereka. Saya pribadi sering mengalami ini. Ketika dulu saya
bersekolah di Pondok Pesantren, sering sekali terdengar kata “Agama itu tidak
bisa dilogikakan”. Doktrin ini yang membuat saya sempat mengalami kepatuhan
buta dan tidak bisa bersikap kritis terhadap apa yang disampaikan guru-guru
saya. Pokoknya apapun yang disampaikan oleh guru saya merupakan kebenaran yang
mutlak karena didasarkan kepada agama. Hasilnya adalah, dahulu saya sangat
benci kepada pemeluk agama lain selain Islam dan timbul rasa untuk memusuhi
pemeluk agama lain. Jika ini racun ini masih berkembang biak, maka manusia akan
hidup damai hanya menjadi angan-angan saja. Jika memang agama tidak bisa
logikakan, maka akan muncul pertanyaan “Apakah Tuhan takut terhadap akal yang
notabene ciptaan-Nya sendiri?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Akal
Mendasari Agama untuk Berkembang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Eropa pernah mengalami suatu masa
yang disebut dengan “Dark Ages”. Masa ini merupakan masa kelam bagi bangsa
Eropa. Mulainya masa ini ditandai dengan perkembangan pesat pada ranah agama
dan kejatuhan sains. Pada masa itu agama mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan
sains yang sudah berkembang dianggap sebagai sihir yang membuat manusia
berpaling dari Tuhan. Hal ini diikuti dengan kekuasaan absolute oleh gereja. Gereja
mulai mengawasi pemikiran masyarakat dan sampai menyentuh kepada ranah politik
atau pemerintahan. Apapun yang difatwakan oleh gereja adalah benar, apabila ada
yang berbeda dengan gereja maka akan ditindak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Kita bisa lihat apa yang terjadi pada Nicholas Coppernicus dan
Galileo. Hal berbeda terjadi kepada Islam. Islam pernah mengalami masa keemasan
pada masa Dinasti Abbasyiah. Pada masa ini, pemerintahan Islam sangat mendukung
perkembangan Ilmu Pengetahuan yang ditandai dengan didirikannya sebuah lembaga yang
diberi nama “Baitul Hikmah”. Lembaga ini bergerak dibidang pendidikan,
penerjemahan, penelitan dan juga perguruan tinggi. Banyak ilmu pengetahuan yang
dihasilkan dari pendirian Baitul Hikmah ini. Kedokteran yang digawangi oleh
Ibnu Sina, Matematika dengan tokoh Al-Khawarizmi dan Umar Khayam, Hadits oleh
Imam Bukhori, Fiqh, tafsir dan lain sebagainya. Ilmu Pengetahuan merupakan
sebuah indicator untuk mengatakan bahwa peradaban itu maju atau tidak. Islam
dikatakan dalam masa keemasan ketika Ilmu pengetahuan berkembang dan
sebaliknya, eropa dikatakan dalam masa kegelapan ketika Sains dianggap sebagai
shir yang menjadikan manusia jauh dari Tuhan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Tentunya, perkembangan ilmu
pengetahuan tidak lepas dari yang namanya akal dan logika. Jika tidak ada akal
dan logika, maka kita tidak bisa berfikir dan akhirnya tidak aka nada ilmu pengetahuan.
Otak bukan satu-satunya factor membuat kita bisa berikir. Hewan mempunyai otak,
tapi apakah mereka bisa berfikir? Karena seyogyanya tugas otak adalah
mengontrol tubuh manusia. Kembali lagi kepada akal dan ilmu pengetahuan. Kita bisa
lihat bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan agama pada masa dinasti
Abbasyiah. Jika tanpa akal dan logika kita tidak bisa menikmati fiqh, tafsir
dan hadits seperti sekarang. Salah satu hal yang penting dalam kehidupan agama Islam
adalah Fiqh. Fiqh tidak tercipta dengan sendirinya. Fiqh merupakan buah pikiran
ulama-ulama terdahulu. Belum lagi tafsir yang menjelaskan kandungan dalam
Al-Qur`an. Salah satu disiplin ilmu yang harus dimiliki oleh orang untuk bisa
menafsirkan Al-Qur`an adalah Ilmu Mantiq atau yang dikenal dengan Logika
Berfikir. Semua kenikmatan Ilmu Agama yang kita nikmati sekarang adalah buah
dari pemikiran-pemikiran para ilmuan Islam terdahulu. Dan sekali lagi pikiran
membutuhkan akal. Lalu apakah kita masih harus menolak akal dalam beragama?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Akal
Membawa Kita kepada Kiamat<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Dalam agama Islam, sumber dari ilmu
pengetahuan adalah Al-Qur’an dan Hadits. Banyak fenomena yang ada didunia ini
belum bisa dijelaskan oleh akal dan logika manusia. Ketika ada satu fenomena
yang belum bisa dijelaskan, akan didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Dari sini
saya mulai bertanya-tanya kepada diri sendiri. “Jika semua fenomena di dunia ini
sudah bisa dijelaskan dengan akal, logika dan sains, apakah saya masih tetap akan
memeluk Islam dan percaya kepada Allah?”. Hampir semua fenomena di dunia ini
sudah bisa dijelaskan oleh sains. Saya teringat salah satu pelajaran di
Pesantren yang mengatakan bahwa salah satu tanda dari kiamat adalah diangkatnya
Al-quran ke langit. Menurut saya ini adalah salah satu pengandaian untuk satu
fenomena bahwa kita sebagai umat Islam tidak lagi mengkaji kandungan dalam Al-Quran.
Hal ini merupakan akibat dari fenomena yang ada di dunia ini sepenuhnya bisa dijelaskan
oleh sains yang merupakan produk dari akal dan logika kita. Akhirnya, kita
tidak lagi percaya kepada agama dan Tuhan serta berlih percaya kepada akal dan
logika kita. Hal ini terjadi kepada para ilmuan sains yang Atheis di dunia ini.
Mereka percaya bahwa alam ini berjalan sesuai dengan hukumnya masing-masing
baik itu hokum fisika, kimia, ataupun biologi. Tetapi mereka membuat satu
kesalahan yang fatal. Mereka tidak bertanya siapakah yang menciptakan hukum-hukum
alam ini.<o:p></o:p></span></div>
<br />Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-20257908800075102572019-12-11T03:59:00.000-08:002019-12-11T04:04:24.866-08:00Pelajaran dari Firdaus<br />
<div align="center" class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">“Hidup
adalah ular. Keduanya sama, Firdaus. Bila ular itu menyadari bahwa kau itu
bukan ular, dia akan menggigitmu. Dan bila hidup itu tahu kau tidak punya
sengatan, dia akan menghancurkanmu.”<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Sudah
lama juga saya tidak posting sebuah tulisan di blog ini. bukan karena malas
tetapi yaa memang tidak gairah untuk menulis. Lebih banyak menghabiskan waktu
dengan bermain bersama handphone dan membaca buku. ketika selesai membaca buku
ada niatan untuk berbagi hasil bacaan saya di blog ini tapi, yaa niatan itu
hanya sampai pada diary saja. Kali ini saya coba memaksakan untuk menulis hasil
dari bacaan saya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Dulu
saya pernah ditanya kenapa saya suka baca buku. padahal waktu masih sekolah
dasar saya malas sekali membaca, harus disuruh dulu baru mau baca buku. tapi,
itu semua berubah ketika saya menemukan tumpukan buku LUPUS yang ditulis Boim
Lebon. Ketika membaca kisah-kisah Lupus inilah saya menemukan kebahagiaan dari
membaca dan rasa bahagia itu terus tumbuh sampai sekarang. Dengan berbagi hasil
bacaan saya di blog ini, saya berharap bisa menularkan minat untuk membaca buku
kepada siapa saja yang membaca tulisan ini. dan akhirnya, membuat mereka
menjadi bahagia dengan membaca buku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxyYtsa1NrNVu93jh_erJCfYZZNY1oaBQ3yo_GHcXPXRLEMWteBby5kNcnOxawEr4-Q3TYJeJkyGZek6EPKHAJV7flwCB_rsaqD_KAGXZqzycFxl_WPPFJeS9hxUvN0hhFCF8hU42Oy0YB/s1600/perempuan+di+titik+Nol.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="468" data-original-width="391" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxyYtsa1NrNVu93jh_erJCfYZZNY1oaBQ3yo_GHcXPXRLEMWteBby5kNcnOxawEr4-Q3TYJeJkyGZek6EPKHAJV7flwCB_rsaqD_KAGXZqzycFxl_WPPFJeS9hxUvN0hhFCF8hU42Oy0YB/s320/perempuan+di+titik+Nol.jpg" width="267" /></a></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Kali
ini, saya mencoba berbagi tentang buku yang berjudul “Firdaus, Perempuan di
Titik Nol”. Sebuah novel karya Nawal El-Saadawi yang diterjemahkan oleh Amir
Sutaarga dan diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Sebenarnya, saya
sudah lama ingin membeli buku ini, dari sekitar pertengahan tahun ini. tetapi,
karena sesuatu hal jadi baru bisa beli awal bulan Desember ini. Novel ini
bercerita tentang seorang pelacur yang menunggu hari dimana dia akan dihukum
gantung karena membunuh seseorang. Di hari terakhir kehidupannya dia
menceritakan kepada seorang dokter (yang juga seorang penulis) tentang
kehidupannya sebelum ditangkap polisi dan divonis hukuman gantung. Secara garis
besar, Firdaus ingin bercerita bahwa bobroknya dunia karena kekuasaan
laki-laki. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Firdaus
merupakan seorang perempuan yang sangat membenci laki-laki. hal ini dikarenakan
pengalaman hidupnya dari dia kecil sampai dewasa. Ayah, seharusnya sebagai tempat
dia menemukan sosok pengayom pertama dalam hidupnya malah bertindak seperti
raja yang menindas. Dikisahkan oleh Firdaus, bahwa ayahnya tidak akan melupakan
makan malam sebelum tidur. Ayahnya akan selalu makan malam walaupun persediaan
makanan menipis dan anggota keluarganya yang lain tidak makan. Pernah sekali
waktu Firdaus sangat lapar, dia mengambil makanan yang disiapkan untuk ayahnya,
dan ketahuan oleh ayahnya. Alhasil, firdaus habis dipukuli oleh ayahnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Setelah
semua anggota keluarganya meninggal, dia pun diasuh oleh pamannya, disekolahkan
hingga sekolah menengah. Tetapi, dari pamannya inilah dia menerima pelecehan
seksual untuk pertama kalinya. Firdaus menyelesaikan sekolah menengahnya dengan
predikat terbaik kedua di sekolah dan peringkat ketujuh diseluruh Mesir. Dengan
prestasi yang gemilang ini, ada kehendak dari pamannya dan istri pamannya untuk
menyekolahkan Firdaus ketingkat yang lebih tinggi, tapi apa daya keuangan
mereka tidak cukup. Dan akhirnya, kehidupan Firdaus berakhir pada pernikahannya
dengan seorang duda pensiunan bernama Syekh Mahmoud. Penderitaannya tidak
berakhir sampai disini, karena ketika menikah inilah Firdaus mendapatkan
kekerasan fisik yang lebih berat. Syekh Mahmoud adalah seorang yang irit
cenderung pelit. Dia tidak akan membiarkan pemborosan, bahkan hanya untuk
beberapa beberapa butir makanan yang tersisa dipiring Firdaus. Pertama kali
firdaus menyisakan makanannya, Syekh Mahmoud hanya memakan sisa makanan Firdaus
tersebut. Lama kelamaan, pukulan demi pukulan tak lagi terhindarkan. Tidak
tahan dengan itu, Firdaus pun kembali ke rumah pamannya untuk mengadu. Bukannya
dibela, pamannya malah membenarkan tindakan yang dilakukan Syekh Mahmoud
tersebut atas dasar agama. Pamannya mengatakan bahwa laki-laki yang memahami
agama itulah yang suka memukuli istrinya. Aturan agama mengijinkan untuk
melakukan hukuman itu. Setelah itu, Firdaus kembali kerumah suaminya. Tetapi,
kekerasan terhadap Firdaus tidak berhenti. Akhirnya, Firdaus melarikan diri
dari rumah suaminya tersebut. Kisah seterusnya silahkan beli dan baca sendiri
novelnya hehehe.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Dalam
pelariannya inilah dia bertemu dengan banyak orang yang kemudian menjadikannya
sebagai pelacur papan atas. Kisahnya menjadi seorang pelacur dimulai dengan
bertemunya Firdaus dengan orang yang bernama Sharifa. Sharifa lah yang pertama
kali mempekerjakan Firdaus menjadi seorang pelacur dengan bayaran tinggi.
Tetapi, Firdaus seperti tidak mendapatkan apa-apa dari jerih payahnya menjadi
seorang pelacur. Kemudian Firdaus menjadi pelacur <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Independent</i> tanpa mucikari dan mulai bisa “menghargai” tubuhnya
sendiri. Disini dia mulai bertemen dengan banyak orang. Salah satunya Di’aa
yang merupakan seorang wartawan. Dari Di’aa inilah Firdaus mendapatkan sebuah
rasa pertemanan. Tetapi, hal itu sirna ketika Di’aa mengatakan bahwa pekerjaan
Firdaus itu tidak terhormat. Dan mulai dari sinilah Firdaus meninggalkan Di’aa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Setelah
meninggalkan Di’aa, Firdaus mulai mencari pekerjaan dengan modal ijazah dan
piagam penghargaan ketika sekolah menengah dulu. Dia menjadi sekretaris
direktur pada sebuah perusahaan. Disini juga untuk pertama kalinya Firdaus
merasakan nikmatnya jatuh cinta. Tetapi, kemudian cinta itu hanya dibalas
dengan penghianatan oleh laki-laki yang Firdaus cintai. Sekali lagi, dia
menikmati sebuah rasa kecewa akibat seorang laki-laki. tidak akan lagi Firdaus
memberikan kepercayaan kepada seorang laki-laki, siapapun itu. Setelah itu,
Firdaus pun berhenti dari pekerjaannya tersebut dan kembali menjadi pelacur
papan atas dengan bayaran yang tinggi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Dari
novel ini ada beberapa pesan yang saya ambil. Mulai dari kekerasan dalam rumah
tangga atas dasar agama, berkuasanya laki-laki atas perempuan dan budaya
patriarki yang masih kuat serta cinta yang digunakan laki-laki untuk
memperbudak perempuan. Walaupun cerita ini pertama kali diterbitkan di
Indonesia pada tahun 1989 tetapi, pesan yang terkandung didalamnya masih
berlaku sampai sekarang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Pertama
adalah kekerasan dalam rumah tangga yang seakan “diamini” oleh agama yang
kemudian menimbulkan budaya patriarki yang sangat mengakar dan begitu kuat dalam
Islam. Saya pernah mendengarkan ceramah bahwa surganya istri ada pada suami.
Hal ini lah yang membuat laki-laki dalam rumah tangga menjadi superior
dibandingkan dengan wanita. Untuk keluar rumah saja istri harus meminta izin
kepada suami. Tetapi tidak berlaku sebaliknya. Suami harus tahu untuk keperluan
apa sang istri keluar. Tetapi, sang istri tidak berhak mengetahui untuk
keperluan apa sang suami keluar. Yang istri tahu bahwa suaminya keluar untuk
mencari nafkah demi dapur tetap <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ngebul. </i>Padahal
kalo kita lihat sejarah, laki-laki lah yang membuat perempuan hanya bekerja di
dapur dan tempat tidur. Dahulu, tugasnya laki-laki adalah berburu dan perempuan
bertani. Setelah buruan makin menipis, laki-laki pun mulai bertani dan
perempuan memasak di dapur. Dan sekarangpun banyak laki-laki yang memilih untuk
memasak. Lalu perempuan? Yaa hanya menjadi penghangat tempat tidur. Artinya,
perempuan hanya menjadi budak dalam rumah tangga. Dari kasus rumah tangga yang
dialami oleh Firdaus, dia mendapatkan kesimpulan bahwa Perkawinan adalah
lembaga yang dibangun atas penderitaan yang paling kejam untuk kaum wanita. Dan
tidak jauh berbeda dengan Firdaus, saya mengatakan bahwa pernikahan adalah
penghisapan manusia terhadap manusia atas nama cinta. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Tetapi,
saya tidak melihat sosok suami yang seperti itu pada bapak saya (selama yang
saya lihat sih seperti itu, soalnya saya jarang dirumah. Dirumah hanya setahun
sekali). Bapak saya mengajarkan kepada saya bahwa tugas seorang ibu adalah
menjadi sekolah pertama untuk anaknya (kebetulan ibu seorang guru). Untuk
masalah cuci pakaian, masak dan tugas rumah tangga lainnya tidak dibebankan
kepada Ibu. Bapak nyuci sendiri pakaiannya dan kemudian disetrika oleh saya
(jika saya dirumah) atau oleh adik saya. Masalah memasak yaa jika Ibu mau masak
yaa masak. Jika ibu lagi capek dan tidak bisa memasak, Bapak tidak marah dan
kemudian membeli makanan diluar entah itu sate atau soto (lebih sering dua
jenis makanan itu). Untuk bersih-bersih rumah yaa diserahkan kepada
anak-anaknya hahahahaha. Menurut saya, kekerasan dalam rumah tangga yang
katanya “diamini” oleh agama itu adalah salah besar. Karena saya tidak pernah
membaca sejarah (atau memang tidak dikisahkan) bahwa Nabi Muhammad pernah
bertindak kasar terhadap istri beliau. Disini, malah agama menjadi berhala atau
manjadi tuhan itu sendiri dan akhirnya manusia itu lupa siapa tuhannya yang
sebenarnya. Aku tidak pernah membaca dalam Al-quran bahwa bertindak kasar
kepada istri itu diijinkan. Malah aku pernah dengar bahwa ketika seseorang
malakukan kesalahan kita harus menegurnya dengan 3 tahapan yang pertama adalah
dengan tangan, kemudian omongan, dan terakhir dengan hati. Dengan tangan bukan
dalam artian main kasar tetapi tangan disini merupakan kekuasaan dan sudah
seharunya para penguasa bertindak bijaksana. Tidak semua kesalahan diganjar
dengan kekerasan. Tetapi, banyak yang salah kaprah bahwa tangan disini adalah
tangan untuk melakukan kekerasan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Kekerasan
dalam rumah tangga memang didominasi oleh laki-laki. kita bisa buka data
manapun bahwa KDRT pelakukanya didominasi oleh laki-laki dan tidak hanya itu,
laki-laki juga berkuasa disegala lini. Di Indonesia sendiri, sebelum kita tersadarkan
karena surat Kartini, perempuan selalu berada dibawah laki-laki. semua
pekerjaan adalah milik laki-laki. perempuan hanya diam dirumah, memasak dan
melayani nafsu seks laki-laki. tidak diperbolehkan untuk bersekolah dan lain
sebagainya. Dahulu di Negara-negara barat wanita tidak bisa bersaksi dalam
pengadilan. Ketika wanita bersaksi dipengadilan, maka kesaksiannya dianggap
gagal. Di Yunani, prostitusi muncul karena tidak berharganya wanita di Yunani
waktu itu. Akhirnya, untuk membuat diri mereka merasa dihargai dan diayomi,
para perempuan ini menjadi pelacur peliharaan para pemangku kekuasaan. Dalam
sejarah Islam pun begitu. Dahulu, sebelum nabi Muhammad turun, anak perempuan
dikubur hidup-hidup karena tidak akan berguna di masa depan. Doktrin dalam
Islam mengajarkan bahwa “laki-laki lebih kuat daripada perempuan”. Doktrin
inilah yang ditelan mentah-mentah oleh para laki-laki Islam. Kata “kuat” disini
diartikan dalam bentuk “fisik”. Oleh karena itulah laki-laki bertindak
sesukanya kepada perempuan. Menurut saya, doktrin ini harus ditafsirkan ulang
dengan konteks masa kini. “Kuat” disini, menurut saya tidak hanya berkaitan
dengan fisik tetapi juga mental yang bekerja. Aku pernah diskusi dengan seorang
perempuan dan dia mengatakan bahwa memang kalau mental laki-laki lebih kuat
dari perempuan. Dan kita tidak bisa menafikkan bahwa perempuan pun bisa
memiliki mental seorang laki-laki. Ketika itu terjadi, jangan salahkan
perempuan jika mereka berada diatas laki-laki. contohnya adalah Presiden kelima
kita, Megawati Soekarno Putri. Terlepas dari segala macam konspirasi naiknya
beliau menjadi presiden. Megawati ditempa oleh hidup yang keras, orangtuanya
diasingkan oleh orde baru dan sampai dia di DO karena masalah politik. Dan
akhirnya mental kuat pun dimiliki oleh Megawati sampai dia bisa memimpin Negara
ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Selanjutnya,
Firdaus mengajarkan kepada saya bahwa cinta bisa membutakan kita. Kita bisa
bertindak hal yang tidak masuk akal atas dasar cinta. Contoh ketika dia bekerja
sebagai sekretaris dan dia mencintai seorang laki-laki bernama Ibrahim. Firdaus
rela memberikan tubuhnya tanpa bayaran kepada Ibrahim. Padahal dahulu ketika
menjadi pelacur, untuk menikmati tubuhnya diperlukan uang sekitar 10 pon atau
bahkan lebih. Jangan jauh-jauh ke Firdaus, kita bisa melihat cinta yang buta
itu ke kehidupan sehari-hari. Saya tidak munafik, saya beberapa kali
menyaksikan di kost-kostan tempat saya tinggal teman-teman saya dengan
seenaknya melakukan hubungan suami istri dengan pacarnya. Hanya dengan perasaan
cinta dia dengan mudahnya mendapatkan tubuh pacarnya. Dan pacarnya pun rela
untuk membiarkan tubuhnya dinikmati. Menurut saya, yang dilakukan pacar
teman-teman saya itu lebih rendah dari pelacur. Pelacur tahu bahwa tubuhnya
mempunyai harga yang tinggi dan dia memberika tarif untuk sekali berkencan. Dan
para pacar teman saya ini hanya memberikan tarif berupa kata-kata cinta.
Sungguh murah sekali tubuh anda itu hehehe. Dan akhirnya saya dapat pelajaran
bahwa, CINTA ADALAH KESALAHAN DALAM SIRKUIT OTAK MANUSIA YANG MEMBUAT KITA
TIDAK BISA BERFIKIR LOGIS.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Satu
pelajaran yang paling berharga dari novel ini adalah kegemaran akan membaca.
Firdaus yang ketika sekolah menengah berada diasrama, banyak menghabiskan
waktunya di perpustakaan. Bahkan sampai dia menjadi seorang pelacur, di
Apartement tempat dia tinggal, Firdaus mempunyai satu ruangan untuk
perpustakaan dan hanya dia yang boleh masuk ke ruangan tersebut. Buku lah yang
membuat Firdaus bisa berfikir kritis dan bisa menentukan tarif terhadap
tubuhnya serta memilih pelanggan mana yang layak mengencaninya. Di sekolah
dulu, saya pernah diajarkan bahwa “sebaik-baiknya teman duduk adalah buku”.
pepatah ini yang masih saya pegang sampai sekarang. Bahkan dimasa saya susah
untuk berteman dengan seseorang, buku selalu setia menemani saya kapanpun dan
dimanapun. Bagi saya, sulit untuk menemukan teman diatara manusia disekeliling
saya, tapi saya akan dengan mudah menemukan teman hanya dengan kombinasi huruf.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Masih
banyak pelajaran yang diajarkan oleh Firdaus, khususnya adalah bagaimana cara
bertahan hidup di dunia yang keras ini. Saya hanya bisa menulis sedikit saja.
saya lebih menyarankan kepada pembaca blog ini untuk membeli Novel ini. tulisan
ini adalah sudut pandang saya. ketika anda membaca sendiri novel ini, maka
pengalaman dan pelajaran yang akan anda dapatkan sesuai dengan hidup anda
sendiri. “AMBIL SATU BUKU SECARA ACAK, MAKA DIA AKAN MENJAWAB PERTANYAANMU HARI
INI”<o:p></o:p></span></div>
<br />Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-82329046599630157262019-01-24T00:23:00.000-08:002019-12-11T04:04:25.068-08:00Sisi Positif dari “Turbulensi” PSSIKamis, 24 Januari 2019<br />
<br />
<br />
<div align="center" class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal; text-align: center;">
”Kita bisa bersatu karena 2 Hal. Pertama adanya musuh bersama dan kedua
adalah Film Porno”<o:p></o:p></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Tadi
Malam saya menonton Program Mata Najwa di salah satu stasiun TV swasta. Masih dengan
topic yang sama yaitu “PSSI bisa apa”. Saya melihat sisi lain dari apa yang
dibicarakan oleh narasumber yang diundang tadi malam. Saya mau melihat masalah
sepak bola Indonesia saat ini dari sisi supporter. Dengan kondisi PSSI yang
sekarang, seharusnya supporter lah yang diuntungkan. Kenapa seperti itu? Karena
menurut saya, dengan kondisi sekarang PSSI yang sekarang ini lah supporter
seluruh Indonesia bisa bersatu, tanpa pandang dari mana berasal atau supporter
club apa. Kondisi sekarang ini bisa dijadikan momentum oleh supporter seluruh Indonesia
untuk menekan angka atau bahkan menghilangkan tawuran antar supporter. Dan akhirnya,
supporter Indonesia bisa bebas dari keributan, kericuhan atau apapun itu
istilahnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Musuh” Bersama<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Kita
bisa ambil pelajaran dari apa yang terjadi ketika perang menuju kemerdaan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Rakyat Nusantara bisa dipersatukan oleh
satu “musuh” yaitu pejajah (Belanda atau NICA). Sekarang kondisinya adalah PSSI
bisa dijadikan musuh bersama oleh para supporter Indonesia. Ketika sudah ada
musuh bersama, dipastikan pihak yang telah dirugikan oleh ”musuh” tersebut akan
bersatu untuk melawannya. Tetapi, kenapa PSSI dijadikan musuh bersama? karena
kebohongan yang telah dilakukan oleh sebagian petinggi PSSI. Sekarang kita
tidak bisa mengelak bahwa pengaturan skor yang terjadi di persepak bolaan
Indonesia itu dilakukan oleh beberapa petinggi atau pengurus PSSI. Para
supporter sudah meluangkan waktu dan uangnya datang ke stadion untuk mendukung
team mereka dalam menjalani kompetisi baik ketika home maupun away. Tapi, apa
yang mereka dapat? Hanya kebohongan dari pertandingan tersebut. Ternyata pertandingan
tersebut sudah diatur siapa yang menang dan yang kalah. Ketika sudah diatur
seperti itu, jangan harap bahwa kualitas sepak bola kita akan meningkat. Kenapa?
Karena menang bukan karena skill atau tactic pelatih. Tapi ditentukan oleh
siapa yang bayar paling besar. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Permasalahan
pengaturan skor ini juga berdampak pada Timnas Negara tersebut. Saya bermain
sebuah game yang namanya football manager. Mungkin sebagian dari kita tahu lah
game tersebut. Bagaimana mengelola sebuah klub untuk menjadi mapan secara tactic
dan pemain maupun secara bisnis (keuangan). Dan dari game tersebut saya
mendapatkan pelajaran bahwa klub merupakan tiang penyangga timnas. So, klub
harus menjadi tempat untuk menempa para pemain agar bisa digunakan untuk
kepentingan Timnas, untuk membuat Timnas mereka berpresitasi. Gampangnya adalah
klub berguna seperti kawah Candradimuka. Tetapi, yang terjadi di Indonesia
adalah skill pemain nomor sekian yang penting ada duit berapa. Akhirnya, klub yang
mapan dari segi pemain dan tactic akan kalah dengan klub yang mapan dari segi
uang. Dan pemain yang dengan skill diatas rata-rata akan tertutupi dengan
pemain dengan skill biasa aja. Kita tidak bisa manafikkan bahwa kemenangan
adalah segalanya dalam sepak bola professional. Dan pasti tim yang juara,
pemainnya akan diambil oleh timnas karena dianggap punya skill bagus. Tapi bagaimana
jika klub yang menang tersebut karena uang bukan skill ataupun tactic pelatih? Apa
yang akan terjadi pada Timnas-nya?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Lalu
apa dampaknya buat supporter? Gini yaaa, tidak ada supporter yang ingin klub
mereka kalah. Bukan karena tenaga yang sudah dikeluarkan demi mendukung klub
tersebut. Tapi, karena para supporter tidak mau di-<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Bully </i>oleh supporter lain karena teamnya kalah. Apalagi, jika team
terserbut punya kualitas pemain dan pelatih diatas rata-rata dan team tersebut <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kalahan</i>. Yang kena serangan psikologis
adalah supporter. “team lu tuh kalahan!! Padahal pemain sama pelatihnya udah bagus!!”.
Sakit hati tuh pasti (saya juga ngerasain). ketika para supporter saling
membully satu sama lain, pasti ada yang sakit hati. Dan hal tersebut merupakan
akar dari tawuran antar supporter. Kalo kalahnya karena kesalahan pemain atau
tactic dari pelatih mungkin para supporter akan lebih legowo karena kalahnya
dengan “bermartabat” tapi kalo karena pertandingan tersebut sudah diatur, saya
kira tidak ada supporter yang menerimanya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Pengaturan
Skor yang dilakukan oleh beberapa petinggi dari PSSI, membuat para supporter
kehilangan kepercayaan kepada PSSI. Manusia-manusia yang seharusnya membawa
sepak bola Indonesia ke tempat yang lebih baik malah melakukan sebaliknya. Saya
kira, sudah saatnya supporter Indonesia bersatu, tanpa melihat dari club mana, “lu
Bonek, gue Aremania, lu The Jak, gue Viking”. Dan bersatu untuk MENGATAKAN
TIDAK KEPADA PSSI”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Akan pecah lagi<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Dari
uraian diatas (walaupun ga begitu jelas sih), para supporter di Indonesia bisa
bersatu dan menghilangan konflik yang terjadi selama ini dengan menggunakan
PSSI menjadi musuh bersama dan melawan PSSI. Tapi, ketika PSSI sudah direvolusi
dan sepak bola Indonesia sudah membaik bahkan bisa berbicara banyak dipanggung
international, apakah keadaan supporter akan baik-baik saja? Bahasa gampangnya
adalah siapa yang akan dijadikan musuh bersama untuk tetap bersatu? Ada dooong,
yaitu saat Timnas Indonesia menjalankan pertandingan. Yaa bisa sih, tapi
pertandingan Timnas hanya beberapa kali, masih banyakan pertandingan klub dalam
satu musim. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Yaaaa
menurut saya yang akan terjadi setelah PSSI menjadi lebih baik adalah supporter
Indonesia akan kembali pecah. Kenapa? Yaa saya belajar dari apa yang terjadi
dengan Indonesia. Dulu kita bersatu melawan penjajah dan sekarang kita malah
terpecah. Kita lihat yag terjadi sekarang, Lu cebong, gue kampret, lu Islam,
gue kafir. Kan yang terjadi seperti itu. Dan mungkin ini juga akan terjadi pada
supporter Indonesia jika PSSI sudah bisa membawa sepak bola ke tempat yang lebih
tinggi. Seperti yang tulis diatas, yang membuat kita bersatu adalah Musuh
bersama dan Film Porno.<o:p></o:p></div>
<br />Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-45175706978843807712018-09-13T00:48:00.001-07:002019-12-11T04:04:24.964-08:00Mana yang Kita PercayaiKamis, 13 September 2018<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Aku menonton sebuah serial terbaru dari sebuah aplikasi streaming. Setelah itu aku membaca novel "Laut Bercerita" karya Laila S. Chudori. Kali ini bukan tentang film atau buku. Tapi, tentang cinta dan benci. selama hampir 1/4 abad aku hidup, hanya 2 hal ini yang masih aku anggap seagai ranah <i>abu-abu.</i> Tidak jelas, tidak terdefinisi, tak hingga. Yaa seperti pembagi 0 lah. 0/0 = Tak hingga, a/0=tak terdefinisi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama ini begitulah aku menganggap cinta dan benci. kita bisa menjadi benci karena seseorang karena cinta. Begitu juga sebaliknya. Aku juga menduga ada satu ruang kosong antara 2 hal yang kontradiktif tersebut. Sebuah ruang yang tidak dimiliki oleh keduanya. Bisa juga bukan ruang kosong, melainkan jembatan yang menghubungkan keduanya. sebuah ruang atau jembatan yang digunakan sebagai tempat singgah dimana setiap orang menentukan akan pergi kemana. Kita bisa sebut tempat tersebut adalah logika. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br /><br />
<div style="text-align: justify;">
Menurutku, <i>bullshit</i> jika cinta atau benci tanpa logika. Pasti ada satu alasan yang membuat kita benci atau cinta kepada seseorang. Karena dia seperti ini atau karena dia seperti itu. dulu, aku percaya kalau cinta itu tidak membutuhkan alasan. sekarang? aku anggap itu hanya manis diomongan saja. contohnya, ketika seorang laki-laki jatuh cinta kepada perempuan pasti ada alasannya, entah itu cantik,
bohay, toket gede, atau karena si perempua perhatian bahkan cenderung baik
kepada si laki-laki tersebut.</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Bisa juga cinta dan benci itu berada dalam
satu ruang yang sama. Seperti apa yang kita dapati dalam Fisika. Gelap itu
adalah ketiadaan cahaya. Dingin adalah kehilangan panas. Yaa bisa saja Cinta
adalah ketiadaan Benci. Dan Benci adalah ketiadaan cinta. Cinta dan Benci
berada dalam satu ruang yang sama dan mempengaruhi satu sama lainnya. Suatu hari
mungkin kita akan sadar bahwa orang yang cinta atau benci sama kita adalah
orang yang tidak kita duga. Mereka yang megaku mencintai kita bisa adi adalah
orang yang paling membenci kita atau orang yang kelihatannya paling membenci
kita adalah orang yang paling mencintai kita. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Lalu, mana yang kita percayai?</span></div>
Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-90657140171697692232018-07-08T02:42:00.000-07:002019-12-11T04:04:25.095-08:00Merdeka? Menurut saya belum<br />
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal;">
Minggu, 8 Juli 2018<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Tepat
satu minggu yang lalu (1 Juli 2018), ketika saya masih berada di Bekasi, malam
itu saya masih memperolok Spanyol yang kalah adu pinalti melawan Rusia. Dan memperolok
teman saya yang kalah taruhan, padahal taruhannya cuman 10ribu. Sungguh taruhan
yang nanggung sekali. Setelah pulang dari tempat “ngopi”, saya membuka twitter
dan menemukan sebuah kabar yang tidak menggembirakan dari Kota Malang. Ada bentrokan
antara mahasiswa papua dengan warga sekitar kontrakan mereka. banyak berita
yang simpang siur tentang akar masalah bentroknya warga dengan mahasiswa papua
tersebut. Tapi satu yang saya tahu, bahwa bentrokan tersebut adalah karena
pembubaran acara nonton film dan diskusi yang diselenggarakan oleh mahasiswa
papua. Kenapa bisa seperti itu? Karena 1 juli merupakan hari yang sangat
penting bagi masyarakat papua. Dan yang pasti saya melihat beberapa twit
tentang acara tersebut. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
saya
tidak mempermasalahkan tentang masalah “penentuan nasib papua oleh masyarakat
papua”, “kemerdekaan papua” atau masalah-masalah “seksi” lainnya yang
menyangkut papua. Saya juga tidak termasuk kedalam organisasi papua merdeka
bahkan saya tidak tahu menahu akan organisasi tersebut. Tetapi yang saya permasalahkan
adalah tidakan pembubaran acara tersebut. Entah siapa yang memprovokasi warga
untuk membubarkan acara tersebut hingga akhirnya menimbulkan “Crash”. Bukannya merendahkan
warga sekitar, tetapi saya tidak pernah berfikir warga akan melakukan tindakan
seperti itu jika tidak ada yang memprovikasi. Saya pernah ngontrak dan pernah
melakukan beberapa diskusi tapi warga sekitar tempat saya ngontrak diam saja
bahkan terkesan acuh tak acuh dengan acara yang kami buat. Alhasil diskusi yang
kami lakukan berjalan dengan lancar. Tetapi, kenapa hal tersebut tidak terjadi
kepada teman-teman mahasiswa papua. Menurut saya, ketika suatu kota sudah
berstatus sebagai kota pelajar, kegiatan diskusi dan sejenisnya merupakan hal
yang lumrah. Karena konstitusi pun mendukung hal tersebut. Lalu ketika ruang
diskusi atau yang sejenisnya sudah diberangus, apakah masih pantas kota
tersebut masih berstatus sebagai kota pelajar?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Pernahkah
kita bertanya kenapa para pahlawan kita menghendaki Indonesia untuk merdeka? Padahal
ditangan penjajah kita bisa teratur. Permasalahan ekonomi bisa stabil,
pendidikan juga bagus, dan satu lagi, kita bisa berlaga di Piala Dunia
(walaupun waktu itu menggunakan nama Hindia Belanda). Tetapi, sesudah merdeka,
apa yang terjadi? Ekonomi? Kita masih kalah dengan Singapura, pendidikan pun
gitu. Piala dunia? Jangan terlalu berharap pada Indonesia. Untuk bersaing di
asia tenggara aja kita masih saja memegang rekor sebagai Runner-up terbaik
sepanjang masa. So, apa yang membuat para pahlawan ngotot untuk merdeka? Yuuup,
benar sekali. KEBEBASAN. Menurut saya itulah esensi dari merdeka. Kita bisa
bebas. Bebas menentukan sikap atas tanah air kita sendiri. Bebas untuk mengeola
tanah air ini beserta isinya. Ada kata <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Free</i>
dalam kata <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Freedom</i>, dan ini menurut
saya pas untuk mengatakan bahwa merdeka artinya adalah KEBEBASAN. Setelah
proklamasi kemerdekaan sampai sekarang, apakah kita bebas? Saya kita tidak. Lihat
saja apa yang terjadi satu minggu lalu kepada mahasiswa papua. Untuk menonton
film tentang sejarah “tanah” mereka sendiri saja, mereka tidak diberikan ruang.
Apakah ini artinya kita menjajah mereka?<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>menurut saya, IYA<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Tanggal
1 juli 2018, mahasiswa Papua di kota Malang menyelenggarakan acara diskusi dan
nonton film tentang sejarah papua. Dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 “Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">MENCERDASKAN
KEHIDUPAN BANGSA, </b>dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social…. (diterusin sendiri)”. Saya menitik
beratkan kepada kata-kata “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah indonesia
dibentuk salah satunya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencerdaskan
masyarakat Indonesia, kita tidak bisa hanya bergantung kepada sekolah formal
dan bangku perguruan tinggi. Karena metode yang digunakan oleh kebanyakan guru
dan dosen adalah indoktrinasi, bukan literasi. Ketika ujian, mereka para guru
dan dosen jarang memberikan soal-soal dengan menggunakan metode analisis tetapi
kebanyakan definisi. Dan ketika kita menjawab soal tersebut berbeda dengan apa
yang guru dan dosen tersebut, maka kita akan dianggap salah. Maka dari itu,
salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah menghidupkan
ruang-ruang diskusi. Saya merasakan bahwa, otak saya bekerja lebih keras ketika
bekerja di ruang-ruang diskusi dibanding ketika saya ada di kelas. Karena ketika
berdiskusi, kita mencoba melakukan problem solving akan suatu masalah yang
diajukan. Tetapi di kelas? yaa kita tahu sendiri lah bagaimana guru atau dosen
yang berkuasa disana. Lalu, jika ruang-ruang diskusi ini diberangus, apakah
kita masih bisa mengatakan kalau kita mencerdaskan kehidupan bangsa? untuk
kasus mahasiswa Papua di Malang, ruang mereka untuk menjadi cerdas sudah
dibatasi atau bahkan (untuk kasus 1 juli) dihilangkan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Keberlangsungan
ruang-ruang public untuk berdiskusi juga diatur dalam UUD 1945 pasal 28E ayat
3. “setiap orang berhak atas <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Kebebasan </b>berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pendapat</b>”.
Saya bukan orang yang ahli dalam masalah politik, pemerintahan, konstitusi atau
administrasi Negara. Tetapi yang saya tahu adalah salah satu prinsip Negara demokrasi
adalah kebebasan mengeluarkan pendapat. artinya, setiap Negara yang
berlandaskan Demokrasi, membaskan warga negaranya untuk mengeluarkan pendapat.
dan salah satu tempat untuk mengeluarkan pendapat adalah ruang diskusi. Jika kita
mau menjadi warga Negara yang baik kita harus menjadikan UU sebagai kitab suci.
Artinya apa yang sudah diamanatkan di dalam UU harus kita jalankan sebagaimana
mestinya. Dalam buku (baca:catatan harian) Pergolakan Pemikiran Islam, Ahmad
Wahib menulis, “salah satu sikap seorang democrat adalah tidak melakukan terror
mental terhadap orang yang mau bersikap lain. Membiarkan orang lain menentukan
sikap dengan perasaan bebas, tanpa ketakutan, sesuai dengan isi hatinya sendiri
merupakan pencerminan sikap seorang democrat”. Sebagai Negara demokrasi, kita
sebagai warga Negara, seharusnya bersikap seperti apa yang ditulis oleh Ahmad
Wahib. Para mahasiswa Papua di Malang mencoba untuk menentukan sikap atas apa
yang terjadi di Papua. Kita, seharusnya mendengarkan mereka, mencoba mencari
tahu apa sih yag sebenarnya terjadi di Papua. Selama ini kita hanya melihat
Papua dari kacamata “Media Jakarta”, dari apa yang media (yang berkantor) di
Jakarta katakana. Kita tidak pernah melihat Papua dari kacamata orang Papua
sendiri. Kita tidak pernah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">tabayyun</i>
(melakukan konfirmasi) kepada masyarakat Papua atas apa yang terjadi pada
mereka. di zaman sekarang kita tidak bisa sepenuhnya percaya kepada media-media
Jakarta karena mereka sudah disusupi oleh para politisi dan digunakan untuk
kepentingan politik. Setelah apa yang terjadi pada Mahasiswa Papua di Malang. Apakah
kita masih bisa mengatakan bahwa kita merupakan Warga Negara Indonesia yang
baik, yang menjalankan kewajiban sebagai warga Negara.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Setalah
apa yang terjadi kepada mahasiswa Papua di Malang, saya melihat bagaimana kita
belum bisa mengartikan apa yang disebut demokrasi, kita belum bisa memahami
kata CERDAS, kita belum bisa menghargai perbedaan dan kita masih memaksakan apa
yang menurut kita “benar” kepada orang lain. Dan satu lagi, KITA BELUM MERDEKA.<o:p></o:p></div>
<br />Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-9649640355554511762018-06-23T20:42:00.001-07:002019-12-11T04:04:25.103-08:00Tidak Ada Judul<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Rabu,
30 Mei 2018<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Hari
ini saya baru menamatkan salah satu anime yang berjudul “Heavy Object”. Sebuah
anime yang menceritakan sebuah peperangan dengan menggunakan senjata jenis baru
yang dinamakan Object. Kali ini bukan tentang anime atau perang. Tetapi tentang
sebuah <i>celetukan </i>seorang tokoh utama
yang bernama Quwentur. Dalam salah satu pertempuran di daerah yang dinamakan
Oceania dia <i>nyeletuk </i>gini “Ini kan
sebuah Negara loh. Apakah mereka termotivasi terhadap sesuatu? Ataukah hanya
kumpulan manusia saja?”. Setelah itu saya terpaku beberapa saat. Memang sih ini
cuman sebuah <i>celetukan </i>yang
sederhana, tetapi malah memunculkan sebuah pertanyaan dalam benak saya yang
hampir sama dengan Quwentur. Apasih yang membuat rakyat Indonesia pada waktu
itu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Padahal dari segi ekonomi, ketika
dijajah Belanda kita sudah mumpuni. Berbeda dengan sekarang. Yaa kita tahu
sendiri lah 1 dolar aja sudah menembus angka 14.000 rupiah. Belum lagi dengan
masalah keamanan dalam negeri. Belum lagi kasus terorisme yang baru-baru ini
terjadi. Dari buku sejarah kita tahu bagaimana Belanda dengan mudahnya
menghancurkan gerakan perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia
dengan berbagai macam cara. Sebenarnya apasih yang diperjuangkan oleh para
pahlawan tersebut. Apasih motivasi mereka sehingga mereka dengan gigih
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Jika
kita melihat Pembukaan UUD 1945, ada kata-kata mencerdaskan kehidupan bangsa.
Apakah itu motivasi para pahlawan kita, hingga kata-kata tersebut masuk dalam
Pembukaan UUD 1945. Aaah menurut saya tidak juga. Kita lihat saja apa yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap ideology yang mereka sebut berbahaya. Mereka
melakukan indoktrinasi bukan literasi. Ideology yang menurut pemerintah
berbahaya tidak dikaji secara akademis tapi malah dilarang keberadaannya.
Dilarangnya pun dengan menggunakan “mitos” contohnya ideology komunisme.
Pemerintah Orde Baru melarang ideology ini dengan menghancurkan orang-orang
yang berkecimpung di PKI beserta organisasi sekitarnya dan mereka yang dituduh
Komunis, bukan malah melakukan kajian akademik dan menjawab pertanyaan kenapa
ideology ini dilarang. Lalu, mana sisi “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Ada
lagi masalah Ormas yang dianggap “berbahaya”. Pemerintah malah menerbitkan
Perpu Ormas yang tidak jelas mana sisi kemendesakan perpu itu dikeluarkan. Lalu
apa motivasi Negara ini ada?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kebebasan?
Mungkin ini yang menjadi motivasi para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Karena pada waktu masa penjajahan, kita sebagai warga pribumi tidak
bebas “bergerak”. Aaaah menurutku tidak juga. Setelah kemerdekaan, pemertintah
malah tidak memberikan kebebasan kepada rakyat Indonesia. Di awal Negara ini
berdiri kita bisa melihat apa yang terjadi terhadap Sultan Sjahrir, Tan Malaka
dan beberapa tokoh yang kritis terhadap pemerintah malah berakhir dengan
hukuman penjara atau bahkan hukuman mati. Apalagi pada masa Orde Baru. Hari ini
ngomong “saya akan menjadi Presiden” saja, esok hari kita tidak bakalan tahu
bagaimana nasib orang yang ngomong seperti itu. Yaa seperti apa yang dikatakan
oleh Soe Hok Gie “Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah
orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah”.
Lalu apa Motivasi Negara ini ada?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Keadilan
social. Oooh mungkin saja ini. karena pada masa penjajahan Indonesia terbagi
dalam beberapa kelas. Apalagi pribumi ada di kelas paling bawah. Yaa kalau
dalam Al-quran sih “asfala safilin” hihihihi. Tanggal 28 Mei kemarin, saya
membaca artikel di indoprogress.com yang berjudul “20 Tahun Reformasi: Dari
Oligarki Menuju Plutokrasi?”. Disana disebutkan pada tahun 2017 ada sebuah
survey yang dilakukan oleh <i>Credit Suisse</i>.
Survey ini menunjukkan bahwa 1% orang terkaya di Indonesia, menguasai 49,3%
kekayaan nasional. Kondisi ini membuat Indonesia menduduki posisi 4 negara
dengan ketimpangan social tertinggi di dunia. Dari beberapa buku yang saya
baca, orde baru sebagai penyumbang terbesar ketimpangan social dari sisi
“uang”. Dari artikel yang sama, saya membaca bahwa pada masa orde baru, figure
Soeharto memegang peranan penting dalam akumulasi kekayaan. Bahasa gampangnya
sih seperti yang disampaikan Yoshihara Kunio dalam bukunya yang berjudul
Kapitalisme Semu di Asia Tenggara, “berkembangnya bisnis dan konglomerasi lebih
disebabkan oleh dukungan politik, bukan karena kemampuan <i>entrepreneurship. </i>Jadi, kalau mau usahanya lancar, kita harus dekat
dengan penguasa atau menjadi penguasa. Pernyataan Yoshihara ini ddiamini oleh
ICW. survey yang dilakukan oleh ICW. Pada tahun 2014-2019, ada 293 orang
(52,3%) anggota DPR belatarbelakang pengusaha.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Tidak
hanya masalah “uang”, politik pun juga begitu. Jadi begini ceritanya. Saya
lahir disatu daerah pesisir Provinsi Jambi, kita sebut saja Kuala Tungkal yang
merupakan ibukota dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dari saya lahir sampai
umur saya 25 tahun Bupati dan Wakil Bupati, orangnya itu-itu saja. Selama saya
hidup, saya hanya menemukan 2 nama yang ada di kursi Bupati. Itu baru
tingakatan kabupaten. Belum lagi tingkatan Provinsinya. Gubernur Jambi sekarang
yaitu Zumi Zola, merupakan anak dari mantan Gubernur Jambi yaitu Zulkifli
Nurdin. Dan Zulkifli Nurdin juga anak dari salah seorang yang bisa kita sebut
kaya-raya (karena usahanya dimana-mana) di Jambi, yaitu Nurdin Hamzah.
Ujung-ujungnya pengusaha lagi kan. Hehehehe<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Dari
masalah keadilan social ini, saya dapat mengambil <i>‘ibroh</i>. Indonesia adalah Negara yang dikuasi oleh segelintir orang
atau bisa kita sebut Oligarki. Lalu apa bedanya Indonesia yang demokratis
dengan Korea Utara yang Komunis?. Dari pandangan saya pribadi (yang saya
peroleh dari membaca beberapa buku tentang komunisme), saya menolak ideology
komunisme karena mereka menciptakan oligarki. Negara yang berpaham komunis,
semuanya terpusat pada satu pusat yaitu partai Komunis Negara masing-masing.
semua kebijakan Negara tergantung apa yang diamanatkan oleh partai. Lalu apa
bedanya Indonesia yang? Yaa bedanya sih kalau Negara komunis partainya cuman
satu, tapi kalau Indonesia partainya banyak. Udah itu doang bedanya. Kalau
katanya Soe Hok Gie mah, semua tergantung “BIG BOSS”. Jadi, kita menolak model
Negara yang dijalankan dengan ideology komunis, tetapi secara tidak sadar kita
malah menjalankan Negara ini seperti Negara komunis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Lalu, kembali lagi kepada pertanyaan awal.
Apakah Negara kita termotivasi kepada suatu? Ataukah hanya kumpulan manusia
saja? Atau, Negara ini cuman sebuah Organisasi dari kelas yang berkuasa?</span>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-31994361395833316722017-12-25T03:14:00.002-08:002019-12-11T04:04:24.929-08:00Mencoba Berpendapat<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal;">
Senin, 25 Desember 2017<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Sore
senin menjelang maghrib di hari senin ini saya mendapatkan sebuah <i>Direct Message</i> di Instagram dari seorang
teman. Isi DM-nya berkaitan dengan LGBT. Dia menanyakan pendapat saya tentang
LGBT. Entah kenapa saya ingin berfikir berbeda dengan mayoritas masyarakat. Kita
tahu sendiri lah jika mayoritas masyarakat Indonesia menolak LGBT. Saya tidak mendukung
LGBT. Tapi saya juga tidak menolak LGBT. Entah di posisi mana saya berada. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Saya
(mungkin juga kalian) memandang bahwa masalah LGBT itu merupakan masalah
orientasi seksual. Tentunya jika berkaitan dengan masalah orientasi seksual,
setiap orang berbeda. Contohnya, ada yang suka dengan payudara besar, ada yang
suka dengan payudara yang kecil. Ada yang suka dengan janda, ada juga yang suka
dengan perawan. Dan lain sebagainya. Lain lagi kalau masalah pedofil. Itu mah
parah yaa, masa anak dibawah umur di<i>embat</i>
juga. Nah, masalah sebenarnya adalah perbedaan orientasi seksual.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Tidak
sengaja saya membaca tentang sebuah teori (mungkin teori, saya juga ga yakin)
tentang “<i>Greatest Happiness”. </i>Sederhananya
(menurut pemahaman saya), menurut teori tersebut, kebahagiaan itu diukur dari
mayoritas. Jadi, apa yang dikatakan mayoritas tentang kebahagiaan, yaa itulah
kebahagiaan yang harus diterima. Kita bisa masukkan tentang <i>Greatest Happiness</i> ini ke dalam kasus
LGBT. Kita pasti menganggap bahwa lebih bahagia atau lebih nikmat melakukan
hubungan seksual dengan lawan jenis. Itu terjadi karena konstruk masyarakat
sekitar kita yang membentuk kita untuk berfikir seperti itu. Tapi, pernah-kah
kita menyelam kefikiran orang yang lebih nikmat berhubungan seksual sesama jenis.
Kita tidak pernah merasakan bagaimana nikmatnya bercumbu atau berhubungan
seksual dengan sesama jenis. Karena masalah <i>Greatest
Happiness</i> inilah kita menghakimi mereka yang berhubungan dengan sesama
jenis itu tidak normal. Ini sama hal-nya kita menganggap mereka seperti “orang
gila”. Kalau kata Immanuel Kant (kalau tidak salah), kita tidak boleh menaruh
moral kita kepada orang lain. Dalam kasus LGBT ini, kita tidak boleh memaksakan
apa yang menurut kita benar kepada orang lain. Karena setiap individu punya
kebahagiannya sendiri. Ini adalah masalah <i>respect</i>
kepada orang lain.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Dari
Instagramnya Tirto saya mendapat sedikit pengetahuan tentang sejarah status
Homoseksual. Tahun 1968, Asosiasi Psikiatri Amerika Serikat (APA) menggolongkan
Homoseksual sebagai sebuah penyakit jiwa. Lalu pada tahun 1973, 9664 Psikiater
melakukan voting. Hasilnya, homoseksualitas tak lagi tergolong penyait jiwa,
namun masih disebut “gangguan orientasi seksual”. Pada tahun, 1987 APA
menghapus homoseksual dari daftar penyakit jiwa. Mulai dari tahun inilah para
aktivis LGBT menuntut penyetaraan Hak. Kita ambil saja jika LGBT ini merupakan
penyakit. Tentunya penyakit itu harus disembuhkan. Bayangin dah bagaimana jika
orang terdekat kita terkena penyakit. Tentunya kita mendukung untuk cepat
sembuh kan bukan malah meninggalkan mereka. apalagi ini masalah kejiwaan yang
sangat perlu <i>Social support</i> atau
dukungan orang terdekat. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Jika
kita memasukkan aspek teologis, dalam Islam pun kaum LGBT ini mendapatkan
perhatian. Kita tahu bagaimana kisah kaum Nabi Luth. Tapi, permasalahannya
adalah apakah kaum seperti ini harus dibasmi? Padalah dalam Al-quran pun ada
ayat yang menyatakan bahwa kita harus menjaga diri kita dan keluarga kita dari
api neraka. Saya sampai sekarang beranggapan bahwa semua manusia itu keluarga,
karena kita sesama manusia merupakan saudara dan tentunya saudara adalah
keluarga. Keluarga kan tidak hanya masalah hubungan darah. Bisa saja suasana
keluarga kita dapatkan dari pertemanan. Jadi, jika kita menanggapi kasus LGBT
ini dari kacamata teologi, tentunya kita juga menyelesaikannya secara teologis.
Rangkul mereka dan buat mereka tidak lagi tersesat di jalan yang salah. Yaa seperti
kalau kita menjumpai orang yang tersesat dan menanyakan arah jalan kepada kita.
Bukan kita usir atau kita marahi, melainkan kita memberitahu kepada yang
bertanya tersebut kalau dia salah jalan dan menunjukkan jalan yang benar untuk
dia sampai kepada tujuannya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Terima
kasih<o:p></o:p></div>
Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-48833774288492146272017-12-22T23:59:00.001-08:002019-12-11T04:04:24.977-08:00Pembangunan VS Alam<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Sabtu,
23 Desember 2017</span><br />
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><br /></span>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal; text-align: center;">
“Ini bukan cuman urusan tanah, tapi ada juga ada kehidupan disana. Sesuatu
tumbuh dari tanah (mereka hidup)”. (Aldo Leopold)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Pagi
ini saya terbangun lumayan cepat. Yaa walaupun alasannya adalah untuk menonton
salah satu team sepak bola favorite saya bertanding. Tetapi, setelah
pertandingan itu, saya tidak bisa tertidur lagi. Yaa mungkin karena jam tidur
sudah kembali normal seperti biasa. Hari ini merupakan hari libur, <i>Long Weekend</i> lebih tepatnya. Ini membuat
saya bosan. Bingung mau ngapain. Baca buku bosen terus juga mau liburan tapi
mau kemana dan yang paling penting sih liburannya sama “siapa” hehehe. Akhirnya
saya putuskan untuk maen Sudoku. Tapi, lama kelamaan bosen juga sih. Yaudah akhirnya
buka youtube aja dah. Setelah buka youtube, muncul salah satu rekaman diskusi disalah
satu channel tentang Ekofenimisme yang dipandu oleh Rocky Gerung. Setelah
menonton sedikit diskusi tersebut, saya teringat akan tulisan saya sebelumnya
(Tanpa Judul). Yang sedikit isinya membahas tentang masalah pembangunan bandara
di Kulon Progo. Pembangunan yang merugikan warga setempat dan ada kemungkinan
bisa merusak keseimbangan alam disana. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Menurut
saya (mungkin kalian juga), sampai saat ini Indonesia masih berstatus Negara berkembang
(entah kapan menjadi Negara maju). Saya tidak tahu pemikiran ini tercetus darimana,
saya melihat bahwa suatu Negara dikatakan maju, ketika Negara tersebut kuat
dalam bidang ekonomi. Karena itulah untuk menjadi Negara maju, Indonesia harus
kuat dibidang ekonomi. Untuk membuat ekonomi Indonesia maju, maka harus
ditunjang dengan Infrastruktur yang mumpuni. Karena itulah kita tidak bisa lari
dari yang namanya pembangunan. Tetapi, pertanyaannya adalah “Apakah pembangunan
yang dilakukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi harus mengorbankan alam?”
tidak bisakah pembangunan juga melihat alam sebagai suatu hal yang perlu
dipertimbangkan. Padahal menurut Aldo Leopold, manusia hanya sebagian kecil
dari organisme di alam ini. artinya, ketika Leopold berpendapat demikian, ada
relasi antara manusia dengan alam. Kasarnya ialah “Ketika alam rusak, maka
Manusia juga akan rusak”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Seperti
yang saya sampaikan ditulisan terdahulu (Baca: Tanpa Judul), pembangunan NYIA
di Kulon Progo merusak gumuk pasir selatan yang berfungsi sebagai benteng
tsunami dan sebagai mitigasi bencana alami. Artinya, jika suatu saat (semoga ga
terjadi) terjadi tsunami, segala sesuatu yang berada di daerah kulon progo
tidak lagi mempunyai pelindung untuk melindungi mereka dari bencana yang datang
tersebut. Jika benar-benar sudah menjadi bandara dan terjadi tsunami disana,
saya yakin kerugiannya tidak sedikit. Saya tertawa membayangkan hal tersebut. Karena
pemerintah berinvestasi dengan membangun bandara dengan resiko kerugian yang
besar dan kita tidak bisa prediksi kapan kerugian itu datang. Dan yang menjadi
pertanyaan adalah apa yang dipikirkan oleh pembuat Amdal sehingga proyek
pembangunan ini bisa tembus. Bagaimana proyek ini bisa tembus, research model
seperti apa yang dilakukan oleh si pembuat Amdal pembangunan NYIA. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Lalu,
muncul lagi pertanyaan. Ketika mereka melakukan Research tentang dampak
lingkungan tersebut, apakah mereka benar-benar “melibatkan” alam dalam mengumpulkan
data dan menganalisis dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan
tersebut. Atau ketika Research itu dilakukan, hanya “perhitungan” manusia yang
dilibatkan. Apakah kita benar-benar sudah mengerti kehendak alam. Kalau katanya
Rocky, kita masih Antroposentrik. Dalam makalah (lebih tepatnya ringkasan
disertasi) yang ditulis oleh Saras Dewi dijelaskan bahwa Antroposentrisme
adalah pandangan yang mengatakan bahwa ukuran segala sikap etis, ataupun
nilai-nilai ditentukan oleh penakaran rasionalitas manusia. Antroposentrisme
secara sempit diartikan sebagai justifikasi rasional yang mendahulukan manusia
atas makhluk lain atau objek lain yang ada di alam ini. Antroposentrik bisa
dibilang manusia sebagai pusat. Antroposentrik sendiri menyatakan bahwa alam
berharga dalam konteks kegunaannya terhadap kesejahteraan manusia. Padahal kita
tahu sendiri bagaimana kita tidak sanggup melawan alam. Ketika tsunami terjadi,
kita hanya bisa lari tunggang-langgang tanpa bisa melawan. Lalu, kita masih
mengeksploitasi alam hanya untuk kepentingan sesaat. Bahasa mudahnya seperti kita tidak bisa melawan sesuatu
tetapi kita dengan sombongnya menantang sesuatu tersebut. Sungguh naïf sekali
pemikiran yang seperti ini. lalu apa yang harus dilakukan? Yaa kalau untuk
kasus pembangunan bandara NYIA sih, yang harus segera dilakukan adalah
MENGHENTIKAN PROYEK PEMBANGUNAN NYIA tersebut. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Dalam
diskusi yang dipandu oleh Rocky juga dijelaskan bahwa kita harus merubah sudut
pandang kita dari Antroposentrik menjadi Biosentrik (Ekosentrik). Kita kembalikan
lagi semuanya kepada alam. Kita buat win-win solution dengan alam. Apa yang
diinginkan alam. Dan menurut saya sih alam hanya ingin keseimbangan. Contoh
yang terjadi dengan pohon. Kan untuk menebang pohon juga ada kriterianya. Pada umur
barapa pohon bisa ditebang untuk menunjang kehidupan manusia. Kalau bahasa
Biologinya sih simbiosis Mutualisme. Saling menguntungkan antara manusia dengan
alam yang kita tinggali ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Alam
sendiri menunjang kita untuk melanjutkan hidup di dunia ini. seperti yang saya
tulis diatas. Jika alam rusak maka manusiapun akan rusak. Dalam logika
matematika pernyataan tersebut merupakan Implikasi (Jika,maka). Ada premis A
dan Premis B didalamnya (A: Alam rusak, B: Manusia Rusak). Jika A, maka B. dan
implikasi tidak bisa dibalik menjadi Jika B, Maka A. dalam pernyataan “Jika alam
rusak maka manusiapun akan rusak” tidak bisa menjadi “Jika manusia rusak, maka
alam rusak”. Tidak bisa seperti itu. Karena alam lah yang mempengaruhi manusia
bukan sebaliknya. Kalau dalam penelitian kuantitatif Alam merupakan variable
independent dan manusia merupakan variable dependent. Alam-lah yang menentukan
bagaimana kelanjutan hidup manusia. Lalu, apakah kita rela mengorbankan
kelangsungan hidup segala sesuatu yang ada di Kulon Progo hanya untuk memuaskan
hasrat sesaat. Kalau bahasanya Rocky itu, apakah kita rela mengorbankan
Investasi Peradaban hanya untuk Invetasi Ekonomi. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Kita
kembali ke aspek ekonomi yang melatarbelakangi pembangunan NYIA. Dalam buku “The
Ecology For Freedom”, Murray Bookchin menjelaskan bahwa didalam system kapitalis,
alam dieksploitasi dan dikonversi menjadi komoditas. Jangan jauh-jauh ke
pembangunan NYIA. Kita, secara tidak sadar telah mengekspoitasi alam hanya
untuk Uang. Itu kita lakukan dengan menggalakkan pariwisata yang bertemakan
alam. Gunung, pantai, air terjun dan lain sebagainya habis kita eksploitasi
tanpa memikirkan makhluk hidup lain selain manusia yang menghuni tempat
tersebut. Contoh apa yang terjadi di Gunung Semeru. Akibat film 5cm yang
booming diakhir tahun 2012, semeru jadi rusak. Di oro-oro ombo tumbuh tumbuhan
berwarna ungu yang kata orang orang sih lavender. Padahal itu benalu atau parasite.
Dahulu, itu hanya tumbuh di daerah oro-oro ombo, tetapi sekarang sudah meluas. Karena
ulah pendaki yang katanya pencinta alam. Mereka mengambil parasite tersebut
untuk dibawa pulang sebagai bukti kalau sudah menaklukkan gunung tertinggi di
pulau jawa. Dalam perjalanan pulang, bunga dari parasite tersebut tercecer dan
berakibat menyebarnya parasite tersebut. Yang namanya parasite kan merusak. Yaa
walaupun indah tapi kalau merusak yaa gimana yaaa. Belum lagi masalah sampah
yang ditinggalkan tanpa pertanggungjawaban. Lalu kalian yang katanya pencinta
alam tidak malu melakukan hal yang seperti itu?. Nah, itu kan terjadi karena eksploitasi
yang kita lakukan. Untuk kasus semeru sih, andai film 5cm dibuat seperti
novelnya, hal seperti itu tidak akan terjadi. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Menurut
Rocky Gerung, Eksploitasi terhadap alam terjadi karena kita terlalu memakan
mentah-mentah aspek teologi. Dalam Islam, di Al-Quran ditulis jika manusia
diutus ke dunia (bumi) untuk menjadi Khalifah atau pemimpin. dan ini menjadikan
manusia berbuat semaunya kepada dunia ini. manusia diberi nalar (akal) bukan
untuk bertindak semaunya kepada alam. Tetapi, nalar digunakan agar kita
bijaksana dalam menggunakan segala fasilitas di alam ini. dalam makalah diskusi
yang disampaikan Saras Dewi. Rasionalitas menggiring manusia memiliki
justifikasi untuk menyedot segala sumber daya alam. Kemampuan akal budi sering
digunakan sebagai pembenaran manusia untuk menjadi penguasa dari alam. Alam hanya
menjadi property. Alam tidak memiliki nilai intrinsic, alam hanya menjadi
relevan dalam kegunannya bagi manusia. Menurut Leopold, hal tersebut menjadi
penyebab mengapa kewajiban manusia tidak mengikat kepada alam. Padahal manusia
hanyalah sebagian kecil dari organisme di alam ini. Jika kita ingin mengamalkan
ayat Al-Quran yang mengatakan bahwa manusia merupakan pemimpin di dunia (bumi)
ini, maka kita juga harus melihat ayat lain yang mengatakan bahwa kerusakan
yang terjadi di bumi adalah ulah manusia sendiri. Timbul lagi petanyaan, ketika
Firman Tuhan sudah mengatakan bahwa kerusakan yang terjadi di bumi ini karena
ulah manusia, apakah kita juga harus menjalankan firman ini? kalau kita
menjalankan yaa berarti kita harus merusak bumi ini. ataukah ayat ini turun
hanya untuk memperingatkan. Kalau untuk memperingatkan berarti yaa kita harus
melakukan yang sebaliknya, yaitu tetap menjaga alam ini agar terus baik kepada
kita.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Jika
kembali kepada masalah pembangunan NYIA. Aldo Leopold mengatakan (saya denger
dari Saras Dewi) bahwa ini bukan cuman urusan tanah. Tetapi ada kehidupan
disana, sesuatu tumbuh dari tanah. Mereka berhak hidup, tumbuh besar. Dari tanah
tumbuh sumber makanan kita. Dari alam kita bisa memperoleh kehidupan yang lebih
layak. Tapi, ketika yang tumbuh di tanah adalah gedung-gedung, kita mau makan
apalagi untuk tetap hidup.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Di akhir
diskusi tentang Ekofenimisme yang dipandu Oleh Rocky Gerung, beliau
menyampaikan statement bahwa “Eksploitasi alam oleh manusia terjadi karena
adanya eksploitasi manusia atas manusia”. Silahkan renungkan statement tersebut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">
</span><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
To be
continue……….<o:p></o:p></div>
Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-19778301029841196602017-12-18T14:27:00.002-08:002019-12-11T04:04:24.863-08:00Tanpa Judul<div class="MsoNormalCxSpFirst">
Selasa, 19 Desember 2017<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Ide tulisan kali ini
sebenarnya berawal dari suatu postingan di Instagram akun @berdikaribook. Yang inti
dari postingannya adalah tentang penghancuran gerakan kiri di Indonesia. Yaa kita
tahu semua lah apa sih itu gerakan kiri. Kenapa sampai dinamakan “kiri”. Istilah
sayap kiri sendiri berawal ketika revolusi Prancis yang mengacu kepada tempat
duduk dewan legislative. Ketika kaum monarkis yang mendukung <i>Ancien Regime</i> biasa disebut kaum kanan
karena mereka duduk sebelah kanan diruang legilatif. <i>Ancien Regime </i>bisa juga disebut Rezim Ancien ialah suatu system aristokratik
di Perancis yang dipimpin oleh dinasti Valois dari Bourbon pada abad ke-14
sampai abad ke-18. Rezim ini menerapkan banyak sekali aspek Feodalisme,
khususnya hak-hak istimewa untuk kalangan pendeta dan bangsawan (Wikipedia.com).
Sedangkan kaum kiri merupakan kaum yang menolak <i>Ancien Regime.</i> Dan mereka duduk di sebelah kiri ruang legislative. Intinya adalah Gerakan Kiri merupakan gerakan yang
berpihak pada rakyat, yang melawan penindasan, yang memperjuangkan keadilan. Kalau
bahasa kaum Marxis adalah meniadakan penghisapan manusia atas manusia lainnya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Di Indonesia sendiri
(dalam postingan @berdikaribook), benih-benih gerakan kiri di Indonesia dimulai
pada masa Ibu Kartini. Yang dilakukan beliau adalah menulis berbagai kritik
terhadap Feodalisme dan Kolonoalisme. Setelah itu, muncul-lah tokoh-tokoh
seperti Semaoen, Alimin dan lain-lain pada masa Syarikat Islam yang membela para
buruh dan kaum tani (baca tulisan saya yang berjudul “dari perkebunan tebu
hingga Partai Komunis Indonesia). Lalu pada masa revolusi kemerdekaan ide-ide
kiri direpresentasikan dalam PANCASILA khususnya pada sila tentang KEDAULATAN
RAKYAT DAN KEADILAN SOSIAL. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b>Kejadian Kulon Progo<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Kembali ke Instagram,
akhir-akhir ini banyak sekali saya melihat postingan tentang pembangunan New Yogyakarta
International Airport (Selanjutnya disingkat NYIA). Pembangunan yang jelas
merugikan rakyat, pembangunan yang jelas tidak berpihak pada rakyat dan jelas
sekali bahwa menghianati Pancasila. Sedikit saya kutip twit tentang pembangunan
NYIA dari @persma_Rhetor. NYIA sendiri dibangun dilahan seluas 673 Ha yang
mencakup 6 Desa, 11.501 jiwa (2.875 KK) yang mayoritas bekerja sebagai petani
(dimana tanah adalah sumber utama penghidupan mereka). NYIA menghilagkan : 12
ribu pekerja tani gambas (60 ton/Ha/thn), 60 ribu pekerja tani melon (180
ton/Ha/thn), 60 ribu pekerja tani semangka (90 ton/Ha/thn), 12 ribu pekerja
tani terong (90 ton/Ha/thn) dan 4 ribu pekerja tani cabai (30 ton/Ha/thn). Kalau
sudah seperti ini, jika ada kelangkaan pangan tertama cabai, memang seharusnya
pemerintah-lah yang disalahkan. Karena mereka mengizinkan lahan pertanian,
lahan yang digunakan untuk menghasilkan pangan berubah menjadi lahan yang
menghasilkan gedung yang semen-nya tidak bisa dimakan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Kontruksi NYIA akan
menghancurkan gumuk pasir selatan (ekosistem langka) yang berfungsi sebagai
benteng tsunami dan sebagai mitigasi bencana alami. Ini juga hal yang sangat
penting. Baru-baru ini kita tahu sendiri bagaimana gempa yang berpotensi
tsunami terjadi dibagian selatan jawa. Yaa kalau terus dibangun tentunya juga
berbahaya bagi calon penumpang yang menggunakan bandara tersebut. Karena NYIA
sendiri berada diatas kawasan rawan bencana tsunami dan gempa (Peta Bahaya
Tsunami Pusat Ruang Udara (DLR) Jerman tahun 2012). Tidak hanya masalah
konstruksi dan daerah rawan bencana, pembangunan NYIA juga menghancurkan
sekitar 8 cagar budaya asli yang telah menjadi bagian dari tradisi budaya local.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Jika ingin membuat
pariwisata Yogyakarta lebih dilirik lagi oleh para wisatawan asing maupun local,
maka segala infrastruktur memang harus diperbaiki. Tapi, apakah harus
mengorbankan rakyat dan alam? Kenapa harus membangun bandara yang baru? Kenapa tidak
mengoptimalkan bandara yang sudah ada di sekitar Yogyakarta, seperti bandara
Adi Sucipto dan Adi Sumarmo. Saya teringat Firman Allah dalam Al-Quran (saya lupa
surat dan ayatnya) yang artinya seperti ini : <i>“Telah terjadi kerusakan di daratan dan lautan karena disebabkan oleh
tangan-tangan manusia”.</i> Jadi, jangan salahkan ketika alam mengamuk. Ketika alam
mengamuk itu bukan bencana alam, tetapi proses alam menyeimbangkan diri. Ketika
banjir, itu bukan bencana alam tapi, karena daerah serapan air yang sudah
berbah menjadi gedung-gedung. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b>New Orde Baru (Orde Baru Jilid II)<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Dalam majalah “Festival
Kampung Kota, Dago Elos, Bandung”, saya mendapatkan sebuah data yang
mencengangkan. Semakin hari jumlah hutang Negara semakin meningkat. Per Agustus
2016 saja hutang Indonesia sudah menyentuh 3.438,29 Triliun Rupiah. Pada 12
Juli 2016, Badan Direksi Bank Dunia telah menyutujui hutang pemerintah
Indonesia sebesar $ 216,5 juta atau setara 2,814 triliun rupiah. Uang tersebut
dianggarkan untuk proyek National Slum Upgrading (NSUP) atau program Kotaku
(Kota Tanpa Kumuh). Itu baru hanya untuk satu program belum lagi yang lainnya. Seperti
pembangunan kereta cepat Bandung-Jakarta. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Oke lah jika
pembangunan dimasa Jokowi ini gencar dilakukan, tetapi dampak dari pembangunan
tersebut juga banyak negatifnya (menurut saya sih) yaa walaupun ada positifnya
juga. Lalu, dengan beban hutang yang semakin banyak, siapa yang akan melunasi
hutang-hutang tersebut? Ini kan sama juga seperti yang terjadi pada zaman
Orde-Baru. Dimana pembangunan digalakkan tetapi juga berbanding lurus dengan
semakin banyaknya hutang luar negeri Indonesia. Menurut saya, pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang menyiapkan pemimpin yang selanjutnya (Kaderisasi). Nah,
menyiapkan pemimpin ini tidak hanya menyiapkan tokoh untuk menjadi pemimpin,
tapi juga mempermudah tugas pemimpin selanjutnya. Oke lah tugas untuk
pembangunan infrastruktur menjadi lebih mudah, tetapi masalah lain adalah
kehidupan rakyat akibat pembangunan (gusuran dimana-mana) akan lebih berat
untuk diselesaikan oleh pemimpin yang selanjutnya. Seperti apa yang terjadi
dengan masyarakat Kulon Progo. Sumber penghasilan mereka adalah bertani. Pertanian
kan membutuhkan Tanah, bukan gedung, bukan semen. Jika tanahnya sudah habis
lalu mereka bercocok tanam dengan apa? Terus kita mau makan apa? Mau import
lagi? Yaa kali Negara agraris makanan pokok pake acara di Import. Kan lucu. Walaupun
ada insentif ganti rugi lahan, tapi apakah didaerah mereka yang baru mereka
bisa kembali melanjutkan pekerjaan mereka sebagai petani. Oke lah kalau mereka
diberikan pekerjaan pengganti. Lalu, jika jumlah petani makin sedikit dan
jumlah penduduk yang membutuhkan makanan semakin bertambah. Akan terjadi yang
namanya kenaikan harga pangan. Upah dari pekerjaan aja udah pas-pasan gimana
nanti jika harga naik. Tentunya angka kemiskinan akan semakin memingkat. Dari data
yang saya peroleh ketika mei 2017, angka kemiskinan tiap tahun naik sebanyak
0,7% /tahun.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Itu baru satu kasus
yang mencerminkan Orde-Baru. Ada lagi satu ciri khas Orde-baru yang ada pada
zaman pemerintahan sekarang, yaitu penangkapan para aktivis dan kekerasan
terhadap warga. Saya ambil lagi contoh yang terjadi di Kulon Progo. Saya tulis
kronologinya. Pada tanggal 5 Desember 2017, pukul 10.15. Aparat Kepolisian
datang ke rumah warga mereka meminta kepada seluruh jaringan solidaritas yang
tidak berizin keluar dari rumah. Hal tersebut dilakukan karena mereka
menganggap jaringan solidaritas dan warga adlah provokasi. Pukul 10.20 polisi
datang lagi bersama dengan aparat desa, mereka meminta identitas warga dan
jaringan solidaritas. Pukul 10.31 sempat terjadi dorong-dorongan dengan aparat,
hal tersebut berujung pada penangkapan 12 jaringan solidaritas dan dibawa ke
kantor PP yang kemudian dibawa ke Polres. Data yang dihimpun oleh kepala warga Pak
hermanto bocor, fajar yang mempunyai rumah di desa Palihan diseret aparat. Jalan
depan masjid dibego sehingga tidak ada akses untuk lewar dan pohon tumbangkan
persis didepan posko warga. Tidak hanya sampai disitu, aparat pun menangkap
beberapa orang disana. Sekitar 12 orang dan didomonasi oleh Mahasiswa. Para mahasiswa
dan warga yang ditangkap jelas membela kepentingan mereka. yaa kalian semua
sudah bacalah tentang pembangunan bandara NYIA diatas. Yaa wajarkan jika mereka
hal seperti diatas. Itu juga demi kelangsungan hidup mereka. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b>Penghancuran Gerakan Kiri<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Seperti yang saya
tuliskan diatas, gerakan sayap kiri jelas membela rakyat untuk membebaskan mereka
dari kungkungan kolonialisme dan membebaskan mereka dari penghisapan manusia
atas manusia. Gerekan kiri di Indonesia sendiri sudah dihancurkan ketika masa Presiden
Soeharto ketika membasmi orang-orang PKI dan yang dituduh PKI. Dalam buku “Menolak
Menyerah” karya Budi Kurniawan dan Yani Ardiansyah. Dijelaskan bahwa memang
yang dihancurkan adalah PKI dan Keluarganya. Tetapi itu bukan hanya PKI. Dalam gerakan
kiri Indonesia termasuk juga pidato, PNI-iri, tokoh-tokoh Islam yang kiri,
tokoh Katolik dan Kristen yang kiri, kaum militer yang berpandangan kiri dan
seterusnya juga dihabisi. Bahkan sampai diterbitkan TAP MPRS yang melarang
gerakan kiri ada di Indonesia, sampai-sampai buku-buku yang berbau kiri
diberangus. Sampai sekarang hasil penghancuran itu bisa dirasakan. Menurut saya,
masyarakat Indonesia sekarang hanya melihat sesuatu dari satu sisi saja. Ini yaa
karena Orde-baru. Karena kebenaran pada waktu itu hanya milik pemerintah. Sejarah
versi selain versi pemerintah dianggap salah. Dan semuanya diatur oleh
pemerintah. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Apa yang sekarang
dialami oleh masyarakat kulon progo, dago elos dan lainnya yang bermasalah
dengan lahan mereka itu karena sudah tidak ada yang membela mereka. Partai
Politik yang katanya membela “Wong Cilik” pun diam atas apa yang terjadi
disana. Lalu, gerakan sayap kiri yang jelas membela kepentingan rakyat
diberangus habis. Gerakan tanpa didukung oleh rakyat hanya akan menjadi
retorika saja. Seperti yang ditulis di buku “Menolak Menyerah” karya Budi
Kurniawan dan Yani Ardiansyah, cuman kembang bibir saja. Setelah Pembunuhkan
massal 1965, bangsa ini masuk ke zaman NEOKOLONIALISME. Sampai Hari ini. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;">Sekarang, masyarakat dicekik kebijakan
pemerintah dan korporasi, mahasiswa dibekukan daya kritisnya. Demokrasi terancam
roboh (M. Bambang Pontas R dalam Catatan penting tentang Pancasila dan
Kerapuhan Demokrasi). Sila ke-4 dan sila ke-5 dikhianati. Tapi Jokowi masih
bisa mengatakan “Saya Indonesia, Saya Pancasila”</span></div>
Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-4880455852862592842017-12-17T18:37:00.000-08:002019-12-11T04:04:24.973-08:00Bulan dan Bintang di Atas Kubah Masjid<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Selasa,
12 Desember 2017</span><br />
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><br /></span>
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Kemarin
malam ada salah satu teman yang menanyakan tentang simbol-simbol ke-Islam-an
yang ada di Indonesia. Dia menanyakan tentang sarung dan peci yang lekat dengan
kaum santri dan tentunya santri dekat sekali dengan Islam. Tetapi, saya
memikirkan hal yang lain, yaitu kenapa kebanyakan kubah masjid di Indonesia ada
lambang Bulan dan Bintang (bukan salah satu partai politik yaaa) atau hanya
bulan saja. Kenapa sih bisa kepikiran buat simbol untuk kubah masjid itu
seperti itu bukan simbol yang lain seperti matahari atau apapun itu yang
melambangkan sebuah kekuasaan. Kenapa kekuasaan? Yaa karena masjid sering
disebut dengan rumah Allah, berarti yaa seharusnya diletakkanlah simbol
kekuasaan Allah. Yaa walaupun bulan atau bintang juga lambang kekuasaan Allah.
Tetapi, yaa kenapa harus bulan atau bintang. *ini kenapa jadi bolak-balik gini
dah*. Yaaa intinya saya mau mencoba menjawab kenapa yang diambil adalah simbol
bulan dan bintang tersebut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b>Keadaan Masyarakat Arab.<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Seperti
yang kita semua ketahui, bahwa Nabi Muhammad SAW. dilahirkan di kota Mekkah.
Beliau lahir pada hari senin, 12 Rabiul Awal. Nah, pada saat itu kota Mekkah
dilanda suatu yang namanya zaman kegelapan, kita biasa menyebutnya zaman
Jahiliyah. Zaman dimana peradaban Mekkah mengalami kemunduran terutama masalah Akhlaq.
Ketika itu, moralitas masyarakat arab sudah jatuh ke titik terendah. Perang antar
suku, perbudakan serta penidasan oleh yang kaya terhadap yang miskin atau bisa
kita bilang penghisapan manusia atas manusia terjadi pada masa jahiliyah. Hal yang
seperti ini sama dengan yang terjadi ketika revolusi industry di eropa. Masyarakat
terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas borjuis (penguasa) dan kelas Proletar
(budak). <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Tidak
hanya itu, ketika masa jahiliyah ini juga terjadi diskriminasi terhadap kaum
perempuan. Seperti yang ditulis di laman lampuislam.id, posisi kaum perempuan
sangat tidak penting, mereka hanya diperlakukan sebagai alat pemuas nafsu bagi
kaum laki-laki. mempunyai anak perempuan merupakan sebuah aib. Sampai-sampai ketika
sebuah keluarga melahirkan bayi perempuan, bayi perempuan tersebut akan dibunuh.
Intinya adalah, pada masa itu perempuan tidak memiliki kedudukan sama sekali.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Dari
sedikit pemaparan tentang keadaan masyarakat arab ketika itu, bisa kita katakana
bahwa arab mengalami yang namanya <i>“Dark
Age”</i> atau masa kegelapan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b>Bulan, Bintang diatas Kubah Masjid<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Masjid
merupakan tempat yang sacral, bisa dibilang symbol yang paling mendekati untuk
mendefinisikan Islam. Ketika menyebut kata Masjid, pasti Islam-lah yang
langsung terlintas dalam pikiran kita. Masjid merupakan tempat ibadah umat
Islam. Disana berbagai kegiatan ibadah umat Islam dilaksanakan. Tidak hanya
sholat, peringatan Maulid Nabi Muhammad pun kerap dilakukan di Masjid. Dahulu,
masjid juga digunakan sebagai pusat perkembangan Ilmu pengetahuan. Saya pernah
mendapatkan cerita tentang pendiri pondok pesantren tempat saya sekolah dahulu.
Ketika belliau menuntut ilmu di kota Makkah, tidak ada system kelas seperti
sekarang. Belajar dilakukan di Masjid. Yaa bisa dikatakan model belajarnya seperti
pengajian-pengajian yang berkembang sekarang. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Seperti
yang saya tulis diatas, Masjid di Indonesia (saya tidak tahu kalau diluar
negeri, ga pernah ke luar negeri), tertutama dibagian kubahnya, rata-rata ada
symbol bulan atau bintang, atau bahkan kedua-duanya. Inilah yang menjadi
pertanyaan saya, kenapa harus dua benda langit itu yang ada dibagian kubah
masjid. Setelah membaca kembali keadaan masyarakat arab ketika itu, saya
mendapatkan suatu jawaban yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Kita
tahu bahwa masyarakat Arab pada waktu itu mengalami “<i>Dark Age</i>” atau masa kegelapan. Saya sedikit tertarik dengan kata “Gelap”.
Pertama kali yang terlintas dipikiran saya ketika mendengar kata gelap adalah “Ketiadaan
Cahaya”. Contohya ketika malam tiba. Selain lampu-lampu yang memberikan cahaya,
ada benda langit yang bercahaya yaitu Bulan dan Bintang. Yaa walaupun Bulan
hanya memantulkan cahaya. Tetapi, ketika dilihat dengan mata telanjang dari
Bumi, Bulan seperti memancarkan cahaya. saya pernah mengalami pengalaman dengan
Bulan. Waktu itu, saya sedang melakukan perjalan disebuah gunung. Keadaan waktu
itu sangat terbatas. Saya dan teman-teman dikasih sedikit masalah, mulai dari
tersasar sampai dengan tidak mempunyai alat penerangan yang memadai dan kita
harus terus melanjutkan perjalanan. Dan untungnya waktu itu alam mendukung
kita, Bulan dalam keadaan purnama. Alam pun membantu kita dengan cahaya yang
dipancarkan oleh Bulan kita tetap bisa melanjutkan perjalanan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Nah,
kembali ke topic. Dalam Al-Quran (saya lupa surat dan ayat-nya), Allah
berfirman yang artinya seperti ini, “Sesunggunya Aku (Muhammad) diutus untuk
menyempurnakan Akhlaq Manusia”. Jika kita kaitkan firman Allah dengan masa
kegelapan tadi, Nabi Muhammad seperti sebuah pelita ditengah gelapnya malam. Beliau
membuat kita bisa melihat ketika gelap, bisa memilih mana jalan sebelah kanan
dan sebelah kiri, apakah didepan kita ada jurang atau tidak, ada batu atau
tidak dan lain sebagainya. Beliau hadir memberi petunjuk jalan mana yang harus
kita tempuh untuk hidup yang lebih baik. Saya pernah berdiskusi dengan seorang
teman saya di UKM, dia bilang seperti ini, referensi manusia beriman yang
digambarkan oleh Al-Quran itu bukan Muhammad tetapi Ibrahim. Tapi, jika masalah
Akhlaq, Muhammad-lah referensinya. Saya jadi teringat kata-katanya almarhum Gus
Dur, kurang lebih seperti ini “Tidak penting apa agamamu dan sukumu. Kalau kamu
bisa melakukan sesuatu yang vaik kepada semua orang, orang tidak akan bertanya
apa agamamu”. Yaaa memang seperti itu, karena menurut saya, hubungan dengan sesama
manusia juga penting. Percuma agama kita baik tetapi, hubungan kita dengan sesama
makhluk hidup buruk. Islam yang dibawa Muhammad mengajarkan kita bahwa Hubungan
dengan Allah dan Hubungan dengan Makhluk hidup lainnya harus seimbang. Jadi,
bisa dikatakan bahwa Islam merupakan menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Yang
membuat manusia pindah dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Dari
penjelasan diatas (dari mulai sebelum Nabi Muhammad lahir sampai dengan alasan
kenapa beliau diutus kepada umat manusia) kita bisa ambil kesimpulan bahwa
symbol bulan atau bintang yang ada di kubah masjid mendefinisakan bahwa <b>Islam itu adalah agama yang menerangi
umatnya dikala kegelapan melanda mereka</b>. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">
<span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;">Yaa mungkin itu dulu untuk kali ini, sebenarnya
inti dari tulisan ini cuman gitu sih. Cuman yaa apa salahnya beragi walapun
sedikit. Hehehe </span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-char-type: symbol; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-symbol-font-family: Wingdings;">J</span></span>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-76243415198880795782017-09-12T09:33:00.001-07:002019-12-11T04:04:25.046-08:00Jangan Baca Buku !!!<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;">
Selasa, 12 September
2017<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Pada Tahun 2012, Unesco
mendapati minat baca di Indonesia hanya berada dikisaran 0,001. Artinya, dari
1000 orang, hanya satu orang yang mempunyai minat baca. Dan pada tahun 2015,
Survei Most Literated Nation in the World menempatkan Indonesia pada peringkat
60 dari 61 Negara. Indonesia hanya lebih baik dari Botswana (saya juga gatau
itu Negara dimana). Sudah beberapa tahun ini saya tergabung disebuah komunitas
literasi (perpustakaan jalanan) yang ada di Kota Malang. Alasan saya ikut
komunitas ini bisa dibilang akibat ketidakpuasan saya akan perpustakaan yang
disediakan oleh kampus. Kita semua tahu
bagaimana pertauran yang ada di perpustakaan kampus. Mulai dari tidak boleh masuk
bagi yang tidak memakai sepatu, tidak boleh berisik, dan lain sebagainya. Yang menjadi
pertanyaan adalah apa hubungannya antara memakai atau tidak memakai sepatu
dengan minat baca. Apakah dengan memakai sepatu, seseorang lebih bisa menyerap
isi dari buku daripada yang tidak memakai sepatu? Mulai dari sinilah saya
meninggalkan perpustakaan kampus dan bergabung dengan perpustakaan keliling
ini. selain bisa terbebas dari peraturan perpustakaan yang tidak jelas itu,
saya juga bisa berbagi buku-buku bacaan saya dengan orang-orang yang mempunyai
minat baca buku yang tinggi tetapi tidak bisa membeli buku karena alasan
ekonomi. Tetapi, setelah lama bergaul dengan orang-orang komunitas ini, saya
bisa mengatakan bahwa JANGAN MEMBACA BUKU. Ada beberapa alasan kenapa saya
berkata seperti itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b>Kesepian<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Pertama, orang yang
suka baca buku itu adalah orang yang kesepian. Jika kita melihat generasi
sekarang yang digenggamannya adalah smartphone, indikasi orang itu kesepian
atau tidak adalah berapa banyak chat dari lawan jenis yang dia terima atau
balas setiap harinya. Kita lihat saja postingan yang ada dibeberapa media social,
orang yang jomblo (beneran jomblo dalam artian ga punya gebetan apalagi pacar) selalu
idientik dengan yang namanya kesepian. Nah, jika orang itu banyak chat (bukan
masalah tugas, PR, ataupun kerjaan) dari lawan jenis otomatis bisa kita katakan
bahwa dia kesepian. Nah, karena kesepian ini lah dia mencari suatu pelarian yang
membuatnya tidak kesepian. Salah satunya adalah membaca, entah itu baca buku,
baca line today atau apapun itu. Berkaca dari pengalaman pribadi, setiap hari
saya emang dapat banyak chat. Tapi, itu chat rutinan dari official account yang
ada di line atau grup yang ada di Whatsapp. Chat dari lawan jenis pun bukan
sebagai gebetan, melainkan hanya nanya tugas, atau nanya sesuatu apapun itu. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Kesepian yang lain
adalah menjauhnya orang-orang sekitar karena buku yang kita baca. Ini adalah factor yang melandasi saya menulis
alasan kesepian ini. setelah kejadian 30 September 1965, buku-buku “kiri”
diberangus, bahkan ada pelarangan tentang penyebaran paham-paham “kiri”. Mitos-mitos
yang diciptakan orde baru tentang aliran-aliran kiri itu sampai sekarang masih
melekat dibenak masyarakat di Indonesia. Kita ambil contoh mitos tentang
komunis. Sampai sekarang pun orang mendengar tentang komunis, pasti pikirannya
udah negative aja. Pembunuh lah, jahat lah, anti agama lah, anti pancasila lah.
Masih banyak. Yang paling melekat adalah anti Pancasila khususnya sila pertama
(ketuhanan yang maha esa). Padahal, menurut Njoto, salah satu petinggi PKI
zaman Aidit berkuasa, PKI itu sangat mengamalkan pancasila, apalagi sila
pertama. Komunis mengamalkan sila pertama dengan menghargai dan menghormati sesama
pemeluk agama, dalam artian menjunjung tinggi toleransi terhadap umat beragama
di Indonesia. Ada benarnya juga sih. Daripada sok-sok an ormas belandaskan
pancasila tetapi tidak toleran terhadap agama lain. Nah, orang-orang yang
sampai sekarang masih membaca buku-buku “kiri” masih mendapat stigma negative oleh
orang-orang yang berada disekitarnya. Perlahan mereka dijauhi oleh teman-teman
disekitarnya karena buku-buku “kiri” yang dia baca.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Bukan hanya tentang
buku “kiri”, ketika orang membaca buku. Ada 2 kemungkinan yang berefek kepada
orang itu. Yang pertama adalah “matanya” akan dibuka untuk melihat keadaan social
yang ada disekitarnya. Yang kedua adalah “matanya” akan ditutup dan tidak bisa
melihat realita yang ada disekitarnya. Nah, tentunya efek kedua itu adalah efek
negative dari membaca buku. Yang menyebabkannya adalah buku yang dibaca itu “menina
bobokan” pembaca dengan dongeng ala putri khayangan. Seperti novel-novel
teenlit atau novel percintaan yang lebay. Nah, lain lagi dengan efek yang
pertama yaitu “matanya” dibuka dengan keadaan social yang ada disekitarnya. Untuk
kasus ini, terjadi kepada alm. Soe Hok Gie. Kita tahu sendiri bagaimana sepak
terjang beliau ketika menumbangkan orde lama. Dalam “catatan seorang Demonstran”
dan “Zaman Peralihan” kita lihat berbagai jenis bacaan dan kritik yang
dilontarkan seorang Hok Gie kepada pemerintah, almamaternya atau bahkan kepada
teman sejawatnya. Tidak bisa kita elakkan kalau Hok Gie banyak membaca. Hok Gie
pernah berkata kepada Arief Budiman (kakaknya). Gie berkata : “Akhir-akhir ini
saya selalu berfikir, apa gunanya semua yang saya lalukan ini. saya menulis,
melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan yang
sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang
yang mengerti saya. dan kritik-kritik saya tidak merubah keadaan. Jadi apa
sebenarnya yang saya lakukan? Saya ingin menolong orang-orang tertindas, tapi
kalau keadaan tidak berubah apa gunanya kritik saya? apa ini bukan semacam onani
konyol? Kadang-kadang saya merasa sungguh kesepian”. Kita bisa menyimpulkan
bahwa Gie mencoba mengatakan benar sebagai kebenaran dan salah sebagai
kesalahan. Tetapi, dia terbentur oleh para penguasa dan orang-orang yang
tersinggung atas kritik yang dia lontarkan. Akhirnya dia dijauhi oleh orang
disekitarnya. Untuk lebih lengkapnya bagaimana sosok seorang yang mendapatkan
efek pertama dari membaca buku seperti Gie tadi silahkan baca bukunya yang
berjudul “Catatan Seorang Demonstran”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Dan factor lain yang
menjadikan pembaca buku itu kesepian adalah sebuah pepatah. Dulu waktu masih
sekolah di salah satu pondok pesantren di daerah Bekasi, saya pernah membaca
sebuah tulisan yang ada disalah satu sudut kompleks pondok dan tempat tulisan
itu ada selalu saya lewati setiap harinya. Tulisannya seperti ini “Sebaik-baiknya
teman duduk adalah buku”. Karena melihat tulisan itu setiap hari, tulisan itu
seperti tertanam dibenak saya sampai sekarang. Ketika duduk itu enaknya sambil
baca buku, apalagi ditemani dengan kopi hitam. Nah, secara tersurat, pepatah
itu menyuruh kita untuk membaca. Kalau udah baca susah untuk ngobrol sama
teman. Apalagi disitu ditulis teman paling baik adalah buku, bukan manusia loh
yaa. Buku kan tidak bisa berbicara. Akhirnya karena teman baik kita adalah
buku, kemampuan bersosialisasi kita agak sedikit lebih rendah daripada
orang-orang yang tidak suka baca buku. Yaudah, akhirnya teman kita itu-itu aja,
ga nambah-nambah. Ini sebenarnya dibuat-buat sih. Hihihih.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b>Malas<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Kedua. Orang yang
membaca buku adalah orang-orang yang malas. Alasan ini adalah alasan
kontroversial. Selama ini, kutu buku dipandang sebagai orang yang baik. Dahulu,
ketika masih kecil, orang tua saya sering mengatakan “kayak si itu tuh bagus
anaknya suka baca buku”. Setelah saya menjadi orang yang suka baca buku, saya
sadar kalau suka membaca itu ada sisi negatifnya juga. Kenapa saya mengatakan
orang yang suka membaca buku adalah orang yang malas, karena lagi-lagi
pengalaman pribadi. Ketika saya malas melakukan apapun. Saya akan membaca buku.
Kalau bahasa anak sekarang itu <i>Gabut</i>
atau <i>Mager</i>. Ketika rasa itu udah
melanda. Beeeeh, itu langsung nyari buku buat dibaca. Kalau sudah baca buku
apalagi dirumah, saya sudah tidak mau melakukan apapun, bahkan pipis pun kalau
ada botol, saya akan pipis dibotol. Makan pun kadang nanti-nanti aja. Karena,
ketika saya sudah “bercengkrama” dengan buku, susah untuk move on sebelum buku
itu selesai. Itu kalau dirumah karena ga ada kerjaan aja sih. Kalau di UKM yaa
kan masih ada kerjaan lain, contohnya yaaa nge-bully junior hahaha <span style="font-family: "wingdings"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-symbol-font-family: Wingdings;">J</span>. Jadi, bisa dikatakan
bahwa orang yang suka baca buku itu adalah orang yang ga punya kerjaan atau
orang yang sengaja meniadakan kerjaan hanya untuk membaca buku. Yaaa bisa
dibilang malas sih kalau kayak gini. Hiihhi<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Akhirnya selesai juga. Terima
kasih sudah membaca tulisan yang sebenarnya ga penting juga untuk dibaca. Ini lebih
kearah curhat sih. Yaa sebagai seorang yang “sedikit” suka baca buku. Saya merasakan
seperti yang saya paparkan diatas. Oh iya, ada satu lagi efek negative dari
baca buku, yaitu mata anda akan menjadi rusak minimal jadi make kacamata lah. Hihihi<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;">Selamat Malam</span>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-23809803234060105892017-06-20T02:37:00.005-07:002019-12-11T04:04:24.891-08:00Solusi dari Merebaknya Petasan Ketika Ramadhan<div class="MsoNormal">
Selasa, 20 Juni 2017<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ada satu fenomena yang selalu
kita hadapi ketika Ramadhan datang, bukan tentang puasa, tarawih, atau mudik
yang saya bahas kali ini. tetapi, ada satu fenomena yang menjengkelkan ketika
bulan ramadhan, yaitu merajalelanya petasan. Sangking banyaknya petasan ketika
bulan ramadhan, didepan kost saya seperti medan perang di GAZA. Yaa emang sih
kost saya ada dibilangan Gazayana (sumpah ini jayus) hahah :p.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika ramadhan datang, polisi
pun disibukkan dengan merazia pabrik dan pedagang petasan. Setiap tahun ini
pasti terjadi. Penyitaan dan pemusnahan petasan mengikuti setiap tahunnya. Entah
berapa uang yang mubazzir untuk membuat petasan dan kemudian tidak bisa dijual
karena disita aparat. Dan entah juga berapa uanng yang dianggarkan untuk
operasi petasan setiap tahunnya. Menurut saya, fenomena petasan ini hampir sama
seperti fenomena kebakaran hutan. Setiap tahun pasti terjadi dan seperti tidak
ada cara untuk menanggulangi agar tidak terjadi ditahun berikutnya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Coba kita berfikir, apa yang
melatarbelakangi banyaknya petasan di bulan Ramadhan. Pertama, menurut saya,
ini karena kebiasaan yang sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Petasan
dan ramadhan tidak bisa dilepaskan. Ketika selesai berbuka anak-anak dan remaja
awal menghabiskan malam ramadhan dengan bermain petasan. Saya pun berfikir
seperti ini ketika saya masih kecil. Jangankan anak-anak dan remaja awal,
bahkan para mahasiswa pun yang menurut kita sudah dewasa masih memainkan
petasan untuk mengisi malam ramadhan. Nah, karena permintaan masyarakat
Indonesia terhadap petasan sangat tinggi ketika Ramadhan, maka tidak
mengherankan petasan menjadi banyak ketika Ramadhan. Kedua, adalah masalah
ekonomi, ini masih nyambung dengan alasan pertama. Ramadhan hanya sekali selama
satu tahun (Masa Sih?). nah, periode ini lah yang ditunggu-tunggu oleh para
produsen petasan. Kapan lagi bisa meraup untung besar kalau bukan sekarang. Soalnya,
kalau bulan bulan biasa kan petasan paling dipakai buat sunatan atau nikahan. Itu
pun ga setiap hari orang nikahan atau sunatan pakai petasan, paling ya orang
betawi doang. Tapi, beda kasus kalau bulan Ramadhan, mau ada nikahan atau ga,
mau betawi atau ga, setiap malam tetap main petasan. Bisa dibayangkan kan
bagaimana keuntungan para penjual atau produsen petasan ketika Ramadhan datang.
Tidak heran jika Ramadhan dibilang bulan penuh berkah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah kita mengetahui kenapa
petasan menjadi marak ketika Ramadhan, langkah selanjutnya adalah, bagaimana
menanggulangi fenomena ini. Kita tidak bisa memungkiri, petasan banyak
mudhorotnya, selain menganggu kenyamanan ketika beribadah pada malam hari,
petasan juga bisa melukai orang yang memainkannya. Sudah banyak kita mendengar
berita petasan meledak ditangan. Para pembuat petasan mah ga pernah mikir akan
jatuhnya korban, yang mereka pikirin gimana caranya mereka dapet uang untuk
menyambung hidup. Terlebih lagi ketika mendekati lebaran yang harga kebutuhan
naik. Solusinya sebenarnya simpel, yaitu membuat petasan tidak bisa meledak. Gimana
caranya, siram pakai air? Jangan! Sayang airnya, lagi musim kemarau soalnya. Tutup
pabriknya? Ga bisa juga. Seperti kata pepatah “mati satu tumbuh seribu”. Selama
bahan untuk membuat petasan dijual bebas, pabrik petasan akan tetap hidup. Terus
apa? Musnahkan bahan pembuat petasan? Yaa kali bahan itu cuman digunakan untuk
membuat petasan. Kan ga juga. Lalu apa?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seperti yang saya tulis diatas,
kita buat petasan tidak bisa meledak. Dengan cara HENTIKAN PRODUKSI KOREK API. Menurut
saya ini adalah solusi yang paling tetap untuk menyikapi fenomena petasan
ketika Ramadhan. Hanya dengan korek api petasan bisa meledak. Lalu akan muncul
sanggahan “Pakai Kompor gas kan bisa”. Ini sanggahan bodoh. Pertama, kalian
emang mau bawa kompor gas kemana mana. Berat, lagiyan besar juga. Kedua,
masalah waktu. Petasan akan meledak sepersekian detik setalah disundut. Dengan menggunakan
korek api saja masih bisa meledak ditangan apalagi dengan menggunakan kompor
gas. Harus ke dapur dulu, setelah itu lari lagi ke jalan untuk melempar
petasannya. Yaaa keburu meledak ditangan juga kan. Dengan menghientikan korek
api, para polisi bisa menghemat anggaran uang bensin untuk merazia pabrik
petasan. Dan tenaga polisi juga bisa lebih digunakan untuk memberantas
kejahatan malam hari. Kan sekarang lagi marak-maraknya kejahatan malam hari. Masa
kalah sama kaum vigilante yang berpakaian putih-putih.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menghentikan produksi korek api
juga akan menghentikan aktivitas merokok. Yaa kali kemana mana bawa kompor gas
buat nyalain rokok hahahaha. Tapi, kalo pake vape gimana ya? Gatau juga sih
kalo pakai vape hahah :p. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Itu aja untuk kali ini, ga jelas sih sebenarnya
tulisan ini. cuman yaa mau nulis aja. Udah lama ga nulis. Daaaah :p</span>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-71151603712526945792017-04-03T23:17:00.000-07:002019-12-11T04:05:29.189-08:00Dari Perkebunan Tebu Hingga Partai Komunis Indonesia (Book Review : "Dibawah Lentera Merah")<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;">
3 April 2017<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Beberapa hari ini saya
mulai membuka kardus-kardus berisi buku-buku saya selama kuliah di Malang. Ada
beberapa buku yang sangat menarik perhatian saya untuk dibaca kembali,
khususnya buku-buku Soe Hok-Gie, baik tulisannya sendiri maupun kumpulan
tulisan sahabat-sahabatnya tentang dirinya. Tidak perlu saya ceritakan siapa
itu Hok-Gie karena ditulisan sebelumnya sudah saya ceritakan tentang sosok
Hok-Gie. Dari 6 buku tentang Hok-Gie yang saya punya, perhatian saya tertuju
kepada satu buku yang diadaptasi dari Skripsi Sarjana Muda-nya Hok-Gie yang
berjudul “Di Bawah Lentera Merah”. Dalam buku ini, Hok-Gie mencoba menarasikan
awal munculnya Komunisme di Indonesia sebelum tahun 1926 yang dimulai dnegan
studi terhadap kaum “Marxis” Indonesia. Dan benang merahnya dimulai dari
Sarekat Islam (SI) Semarang. SI yang awalnya bergereak disisi perdagangan
menjadi pergerakan rakyat. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Dalam Pendahulunya
Hok-Gie menulis bahawa permulaan abad ke-20 merupakan periode dimana terjadi
perubahan sosial yang sangat besar di Tanah Air. Ini terjadi karena
perkembangan pendidikan barat, pertumbuhan penduduk dan mulainya penggunaan
tekhnologi modern di Indonesia. Dalam BAB I buku “Orang-Orang Di Persimpangan
Kiri Jalan”, Hok-Gie menulis bahwa dengan perkenalan Tekhnik Barat yang begitu
menakjubkan, berdiri sekolah-sekolah yang merupakan pintub gerbang ke arah
penguasaan ilmu pengetahuan. Perkenalan dengan pendidikan barat yang berimpit
dengan perubahan serba cepat, kemudian menimbulkan krisis pemikiran di dalam
hati pemuda Indonesia. Perkenalan dengan ide-ide persamaan, kemerdekaan, Hak
Azasi Manusia, martabat bangsa dan lain-lain. dan para pemuda ini melihat
kenyataan sehari-hari hanya berisikan tentang penghinaan terhadap mereka yang
dilakukan Penjajah. Dari pesatnya perkembangan pendidikan inilah Pemuda
Indonesia muil;ai sedikit melakukan perlawanan kepada Belanda. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b>Mewabahnya Perkebunan Tebu<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Sejak tahun 1870,
pemerintah Hindia-Belanda membuat beberapa peraturan baru yang mengubah
Indonesia dari sistem jajahan ala VOC menjadi sebuah jajahan yang bersistem
liberal. Perkebunan yang dulunya dimonopoli oleh pemerintah Hindia-Belanda,
kini boleh diusahakan modal-modal swasta. Sistem kerja paksa dihapuskan, yang
diganti dengan sistem kerja upah secara bebas. Sejak saat itu mengalir
modal-modal asing ke Indonesia yang menggarap perkebunan dan pabrik-pabrik.
Dari sinilah dimulai malapetaka bagi rakyat Indonesia. Karena liberalisme
merupakan “<i>Free Fight Competition to
exploit Indonesia”</i>.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Dalam hal perkebunan,
pengusaha-pengusaha yang tidak mempunyai lahan perkebunan tetap bisa
menjalankan bisnis perkebunan dengan cara menyewa tanah dari pemerintah atau
“Bumiputera”. Dengan kekuatan uang, mereka berhasil menguasai sawah milik desa
yang sebelumnya dikuasai petani. Dan sawah-sawah ini dijadikan perkebunan dan
petani dijadikan sebagai kuli. Perkebunan yang menjadi primadona waktu itu
adalah perkebunan Tebu. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Tahun 1916-1920,
terjadi perluasan perkebunan tebu. Ini dapat dilihatv dari produksi tebu yang
semakin meingkat. Tahun 1900 produksi tebu (gula) hanya berjumlah 744.257 Ton.
Tahun 1915, 1.319.087 Ton. Tahun 1916 menjadi 1.629.827 dan pada tahun 1918
menjadi 1.822.188 Ton. Dengan perkembangan perkebunan tebu ini, maka lahan
sawah yang digunakan untuk menanam padi berkurang drastis. Padahal, penduduk
jawa kian lama kian padat karena perbaikan kesehatan. Dengan berkurangnya
produksi beras dan perkembangan penduduk yang pesat, mengakibatkan harga beras
melonjak naik. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Biasanya, pengusaha
perkebunan menyewa lahan f 66 (gulden) dalam 18 bulan. Jika konfersi ke padi,
dalam 18 bulan, bisa 3 kali panen dan sekali panen menghasilkan f 100. Artinya
dalam 18 bulan menghasilkan f 300. Harga sewa yang cuman f 66 untuk 18 bulan,
tidak cukup untuk hidup selama 18 bulan. Dalam kata lain, perluasan perkebunan
tebu ini menyengsarakan Petani.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b>Perubahan Sarekat Islam<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
6 Maret 1917, Presiden
Sarekat Islam Semarang, Mohammad Joesoef, menyerahkan kedudukannya kepada
Presiden yang baru, Semaoen, yang waktu itu baru berumur 19 tahun. Peristiwa
perubahan pengurus ini mencerimkan perubahan dalam masyarakat pendukung SI
Semarang. Dahulu SI Semarang dipimpin kaum menengah dan pegawai Negeri. Setelah
dipimpin Semaoen, Pendukung SI Semarang berasal dari golongan kaum buruh dan
rakyat kecil. Pergantian ini juga yang membuat bergesernya arah gerakan Si
menjadi gerakan kaum buruh dan tani. Dan dari peruibahan inilah lahir generasi
kaum marxis pertama di Indonesia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Seperti yang dijelaskan
diatas, tahun 1917-1918 merupakan tahun dimana keadaan mulai memburuk. Keadaan
sosial yang pincang ini menjadi perbincangan hangat dalam dunia pergerakan di
Indonesia. Mereka mulai mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini. ada yang
menyalahkan kemajuan Tekhnik, ada juga yang mengteluarkan konsepsi kebejatan
moral. Malah ada pula yang menyelahkan orang Jawa (Indonesia) karena mereka
malas dan boros. Serta ada juga kelompok yang mengajukan konsepsi Marxistis dalam
membahas realita sosial ini. tokoh utamanya adalah Hendricus Fransiscus Marie
Sneevliet. Sneevliet pula yang mempengaruhi angkatan muda SI, baik di Semarang,
Jakarta, Solo dan kota lainnya. Darinyalah mereka belajar menggunakan analisis
Marxis untuk memahami realita sosial yang ada. Mereka juga berpendapat bahwa
penyebab kesengsaraan rakyat Indonesia adalah akibat struktur kemasyarakatan
yang ada, yaitu struktur masyarakat tanah jajahan yang diperas oleh kaum
kapitalis. Dengan uang, sejumlah orang berhasil memeras kekayaan Indonesia.
Dalam analisis mereka (SI), mewabahnya perkebunan tebu menjadi penyebab utama
kemiskinan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Pemerintah (Belanda)
yang seharusnya memihak rakyat, malah memihak kaum kapitalis. Ini terjadi
ketika lurah-lurah mendapatkan premi f 250 untuk setiap bau (1bau=7.096,50 m<sup>2</sup>)
sawah-sawah desa yang diubah menjadi perkebunan tebu. Dalam hal ini jelas
sekali kalau pemerintah mementingkan kaum kapitalis daripada rakyat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Hal ini, menyadarkan
mereka (SI) bahwa dipundak rakyat sendiri terletak kewajiban untuk
mencapai-cita-cita perbaikan. Dengan persatuan yang teguh diantara rakyat
tertindas, dapat diciptakan kekuatan yang mampu memaksa pemerintah/kaum priyai
tunduk kepada tuntutan rakyat. Mereka sadar bahwa untuk melawan penindasan
perlu menjalankan gerakan-gerakan bawah tanah dan secara samar-samar mengajukan
teror. Untuk melawan penindasan ini perlu adanya kesadaran rakyat. Dan
kesadaran ini dapat ditimbulkan dengan berbicara blak-blakan, nyata dan jelas
agar dipahami oleh rakyat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Pada Kongres Central
Sarekat Islam (CSI) ke-2 di Jakarta, 20-27 Oktober 1917, Semaoen dan
kawan-kawan mulai mempengaruhi peserta kongres dengan konsepsinya tentang
masalah sosial dan menyebarkan ide-ide Marxistis. Dalam Kongres ke-2 ini, SI
menentang kapitalisme yang jahat dan anggaran dasar yang disusun terlihat
adanya pengaruh sosialisme . dan dari kongres ke-2 inilah awal perubahan
gerakan SI. “Sarekat Islam Semarang sudah bernada sosialis”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Dalam usaha-usahanya
membela kaum buruh, pada Desember 1917, SI Semarang mulai mengorganisasikan
kaum buruh supaya lebih militan dan melakukan pemogokan terhadap
perusahaan-perusahaan yang bertindak sewenang-wenang. Korban pertama mereka
adalah perusahaan mebel. Dalam 5 Hari pemogokan ini, akhirnya majikan menerima
tuntutan-tuntan mereka. Para buruh sadar bahwa pemogokan yang mereka lakukan
dan dibantu oleh SI, meruipakan senjata ampuh untuk melawan majikan. Korban
selanjutnya adalah seorang majikan bengkel mobil. Setelah usaha pemogokan
berhasil, Semaoen bersama SI Semarang mulai membidik tuan-tuan tanah yang
memeras penduduk desa. Dengan langkah awal yaitu menulis surat terbuka kepada
setiap tuan tanah di Semarang. Dalam
surai itu, SI Semarang menyatakan agar tuan-tuan tanah tersebut mau menjual
tanah mereka kepada pemerintah dan agar pemerintah mengurangi harga sewa tanah
sampai 50%. Dan mereka juga meminta agar kerja rodi dihapuskan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Dalam BAB IV buku ini,
Hok-Gie menjelaskan bahwa SI sudah mengalami pergeseran arah dari perdagangan
menjadi pergerakan rakyat yang berakar di desa-desa. Pergeseran ini terjadi
dalam rentang waktu 1911-1919. Pada awal pergeseran ini, kasus yang
diperjuangkan kebanyakan berkisar sekitar agraria dan kemelaratan kaum tani. Akan
tetapi, perlahan makin bergerak ke soal-soal perburuhan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b>Berdirinya Perserikatan Komunis Hindia (PKI)<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Menurut Hok-Gie, PKI
secara formal merupakan kelanjutan dari ISDV. ISDV sendiri merupakan
perkumpulan sosialis Belanda yang didirikan tahun 1914. ISDV sendiri menghimpun
kaum sosialis Belanda, tetapi pada praktiknya, yang bukan Belanda juga bisa
diterima sebagai anggota. Pada Tahun 1915, ISDV menyelenggarakan kongres
pertama. Pada kongres ini terlihat jelas adanya dua aliran revolusioner.
Pertama, dibawah pimpinan Sneevliet dan kedua dibawah Schoutman. Schoutman
berpendapat bahwa sosialisme belum saatnya disebarluaskan ke perkumpulan di
Hindia-Belanda. Jika disebarkan akan menimbulkan pemberontakan karena
orang-orang Hindia-Belanda belum “masak”. Tetapi, pendapat ini ditentang oleh
Sneevliet dan didukung oleh Semaoen. Semaoen berpendapat bahwa orang-orang
Indonesia sudah “masak”. Ini ditandai dengan kesadaran orang-orang Indonesia
bahwa mereka sudah ditindas oleh kaum kapitalis dan mereka sudah melakukan
pemberontakan. Tetapi, orang-orang Belanda tidak setuju denga Sneevliet dan
satu persatu mereka (orang Belanda) ini keluar dari ISDV. Ketika orang-orang
Belanda ini keluar dari ISDV, disitulah orang-orang Indonesia mulai masuk.
Tahun 1918, ISDV praktis didominasi oleh orang-orang Indonesia, walaupun pucuk
pimpinan masih diduduki oleh orang Belanda untuk memudahkan urusan dengan pihak
penguasa.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Pada tahun 1920, ISDV
menerima surat dari Sneevliet dengan menggunakan nama samaran Horing. Isi surat
tersebut adalah “Menganjurkan agar ISDV menjadi anggota Komintren (Komunis
Internasional)”. Tentunya dengan beberapa syarat, antara lain harus memakai
nama terang “Partai Komunis” dan menyebut nama Negaranya. Dan Darsono
menyetujui anjuran Sneevliet tersebut. Untuk membicarakan perubahan nama ini,
diadakan kongres istimewa yang dihadiri oleh 40 orang yang semuanya orang
Indonesia. Dalam kongres ini dua orang mengajukan keberatan dengan alasan jika
mengikuti komintrek berarti erada dibawah Rusia. Tetapi, Semaoen menjelaskan
bahwa komintren bukan punya Rusia dan perubahan nama hanyalah disiplin
organisasi. Akhirnya, pada tanggal 13 Mei 1920, lahirlah perserikatan komunis
di Hindia-Belanda yang kemudian kita kenal sebagai Partai Komunis Indonesia
(PKI).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b>Bagian Akhir<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Dari buku “Di Bawah
Lentera Merah”, saya dapat menarik benang merah. Bahwa berawal dari menjamurnya
perkebunan tebu, kemelaratan kaum tani, masalah perburuhan serta ketimpangan
sosial yang ada, membuat tokoh SI Semarang seperti Semaoen dan Darsono
menggunakan analisis Marxis untuk menyelesaikan masalah yang ada. Seperti yang
kita ketahui bahwa Komunis yang menggunakan ideologi Marxisme-Leninisme. Jadi,
secara tidak langsung masalah yang ada tersebut menggiring mereka untuk masuk
ke dalam Komunisme. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Mungkin setelah membaca
tulisan ini ada yang bertanya “kenapa membahas SI, padahal PKI kan asalnya dari
ISDV?”. Ya jawabannya adalah karena perubahan nama dari ISDV menjadi PKI
diawali dari surat yang diberikan Sneevliet kepada ISDV yang diterima oleh
Semaoen yang berisi tentang anjuran untuk masuk ke Komintren. Dan awal besarnya
nama Semaoen ketika dia menjadi ketua SI Semarang dan aksi-aksinya dalam
membela kaum tani dan buruh. Jadi, secara tidak langsung, SI Semarang sedikit
memberikan kontribusi terhadap berubahnya nama ISDV menjadi PKI. Seperti
tulisan Hok-Gie pada paragraf terakhir buku “Di Bawah Lentera Merah”. “Terlepas
dari apa yang telah mereka perbuat, perjuangan Sarekat Islam Semarang dibawah
Semaoen merupakan lembaran-lembaran yang palinhg indah dalam sejarah Indonesia,
sejarah Asia dan Sejarah Dunia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Mungkin tulisan ini tidak layak dikatakan sebagai Book
Review, karena saya hanya menulis ringkasan dari buku yang saya baca ini. hanya
sedikit dari pemikiran saya yang saya tuangkan dalam tulisan ini. Untuk lebih
jelas bagaimana isi dalam buku “Di Bawah Lentera Merah”, silahkan beli dan baca
bukunya.</span></span>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-14645743731788239192017-01-16T12:37:00.000-08:002019-12-11T04:04:24.850-08:00Kenapa Komunisme Anti-Agama<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal;">
<span lang="EN-US">Senin, 16 Januari 2017<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Beberapa hari lalu saya memposting
foto 3 buah buku yang saya miliki. Buku tulisan Prof. Franz Magnis Suseno. Buku
pertama berjudul Pemikiran Karl Marx, buku kedua berjudul dalam baying-bayang
Lenin dan yang ketiga berjudul dari Mao ke Marcuse. Jika kita lihat buku-buku
tersebut mencerinkan ideology komunis. Maka dari itu ada beberapa komentar
negative ketika saya memposting foto 3 buku itu. Bahkan adik saya sendiri
memberikan komentar “hati-hati di sweeping ormas”. Saya berfikir apa urusannya
ormas melakukan sweeping terhadap buku bacaan saya. Menurut saya, mempelajari
sesuatu tidak sama dengan menganutnya, apalagi menyebarkannya. Setelah kejadian
30 September 1965, ideology komunis dilarang di Indonesia. Ideology komunis
dilarang disebarkan. Tidak hanya pelarangan penyebarannya tetapi ideology
komunis juga disingkirkan dari materi yang dipelajari di
Universitas-universitas dan perguruan tinggi. Akibatnya, ini menjadi
penghianatan terhadap pembukaan UUD 1945. Kehidupan bangsa tidak dicerdaskan,
melainkan dibodohkan. Ideology-ideology yang dianggap berbahaya bukannya
dihadapi secara kritis dan argumentative, tetapi ditabukan dan dimitoskan
(Franz Magnis Suseno: Pengantar pemikiran Karl Marx). Jadi, ketika saya membaca
buku-buku komunis bukan berarti saya akan menganut paham komunis atau
menyebarkannya, tetapi saya akan melihat dimana celah untuk bisa meng<i>counter</i>
paham tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Saya bertanya dengan beberapa teman
saya kenapa mereka menolak komunis. Mayoritas jawaban mereka adalah bahwa
komunis itu menolak agama. Padahal ada yang lebih berbahaya dari itu. Ketika
partai komunis berhasil memegang kekuasaan, dia tidak akan melepaskannya secara
sukarela. Dia akan menyingkirkan kekuatan politik lain, menghapus pemilihan
umum secara bebas, dan memasang aparat kontrol totaliter terhadap masyarakat
yang akan menindas segala perlawanan. Jika memang komunis anti terhadap agama,
lalu alasan yang akan kita lontarkan atas apa yang terjadi di RRC dan Korea
Utara. Apakah pemerintah disana benar-benar melakukan pelarangan terhadap
agama?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Dalam tulisan ini saya mencoba
menggali kenapa di Indonesia, komunis itu begitu lekat dengan anti terhadap
agama. Jika kita berbicara komunis, maka tidak lepas dari seorang Tokoh bernama
Karl Marx. Seorang tokoh yang kita kenal sebagai orang yang sosialis. Ajarannya
Marx kemudian hari lebih dikenal dengan Marxisme dan kemudian dimodifikasi oleh
Lennin menjadi Marxisma-Leninisme atau lebih dikenal dengan Komunisme.
Marxisme-Leninisme ini terdiri dari Marxisme plus ajaran-ajaran Engels dan
Lenin. Artinya, jika kita ingin memahami Komunisme alangkah lebih baiknya kita
mempelajari Marxisme. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-US">Kritik Agama Lidwig Feuerbach<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Komunisme yang katanya anti terhadap
agama bermula dari kritik agama yang dilontarkan oleh Ludwig Feuerbach.
Seseorang yang awalnya ingin menjadi pendeta Protestan. Feuerbach melakukan
kritik atas ajaran Hegel. Hegel memberikan kesan seakan-akan yang nyata hanya
Allah (yang tidak kelihatan), sedangkan manusia (yang kelihatan) hanyalah
wayangnya. Padahal, yang nyata adalah manusia. Bukan manusia itu pikiran Allah,
melainkan Allah adalah pikiran manusia. Kritik terhadap Hegel ini berdasarkan
pengandaian Feuerbach (yang diangggapnya tidak perlu dibuktikan) bahwa realitas
yang tidak terbantahkan adalah pengalaman indrawi bukan pikiran spekulatif.
Kita harus bertolak dari satu-satunya realitas yang tidak dapat dibantah, dari
kepastian indrawi (Pemikiran Karl Marx. Hal: 68-69). Jika kita mengkaji secara
antropologi, Tuhan itu adalah ciptaan manusia. Tuhan itu dibuat oleh manusia
karena ketidakmampuan manusia akan sesuatu. Yang menyebabkan kita bergantung
kepada tuhan adalah “Ruang dan Waktu”. Menurut Einsten, Ruang dan waktu itu
relative. Semua sudah mengamini itu. Artinya, Ruang dan Waktu itu tidak pasti.
Jika, ruang dan waktu itu sudah pasti, maka dipastikan manusia tidak akan butuh
Tuhan. Contoh paling sederhana adalah ketika kita sudah dipastikan untuk masuk
surga (itu juga kalau surge benar-benar ada), apakah kita masih mau untuk
beribadah dan melakukan hal-hal yang baik?. Begitu juga sebaliknya, ketika kita
dipastikan masuk neraka, apakah kita masih mau untuk berbuat baik guna untuk
mengambil simpati dari Tuhan?. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Inti dari kritik agama Feuerbach
adalah bahwa bukan tuhan yang menciptakan manusia, tetapi sebaliknya. Agama
hanyalah proyeksi manusia. Allah, Malaikat, surga dan neraka tidak mempunyai
kenyataan pada dirinya sendiri, melainkan hanya merupakan gambar-gambar yang
dibentuk oleh manusia tentang dirinya sendiri, jadi angan-angan manusia tentang
hakikatnya sendiri. Bagi Feuerbach, agama tidak lebih dari proyeksi hakikat
manusia. Namun, kemudian manusia lupa bahwa angan-angan itu ciptaannya sendiri
(pemikiran Karl Marx. Hal:69). Ini sama seperti kisah nabi Ibrahim ketika
menghancurkan patung-patung yang disembah masyarakat pada waktu itu. Mereka
menciptakan patung-patung tersebut kemudian disembah. Pada saat itu, manusia
menyembah apa yang manusia itu ciptakan sendiri. Dari sini kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa manusia mengingkari hakihatnya. Mengingkari eksistensinya
sendiri. Dan menurut Feuerbach, melalui agama, apa yang sebenarnya merupakan
potensi-potensi yang perlu direalisasikan manusia justru hilang karena manusia
tidak mengusahakan, melainkan mengharapkan “dari sana” (Tuhan). Hal ini secara
khusus mencegah manusia dari merealisaikan hakikat sosialnya, dank arena itu
manusia beragama sering tampak intoleran dan fanatic. Dan untuk mewujudkan
manusia yang merealisasikan hakikatnya yang sosial dan menjadi dirinya sendiri
maka agama harus ditiadakan (Pemikiran Karl Marx. Hal:71-72).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-US">Kritik Marx Terhadap Kritik Agama
Feuerbach<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Tahun 1841, terbitlah sebuah karya
Ludwig Feuerbach yang berjudul <i>Das Wesen des Christentums </i>(hakikat Agama
Kristiani). Marx terkesan dengan buku tersebut. Dan Engels pun menulis “Kami
semua pada waktu itu menjadi penganut Feuerbach!” (Pemikiran Karl Marx. Hal:67.
Yang diambil dari tulisan Engels tahun 1973). Bagi Marx, Feuerbach menjadi
aliran api yang membakar pikirannya sehingga baginya terbuka suatu pengertian
baru. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Kita mungkin sudah sering mendengar
sebuat kalimat dalam tesisnya Marx. “Agama hanya menjadi candu”. Inilah sebuah
kalimat yang menjadikan stigma bahwa komunis itu anti agama. Marx yang lahir
pada tahun 1818 dikota Trier, mempunyai seorang ayah yang beragama Yahudi.
Kemudia berpindah agama menjadi seorang Protestan karena ingin menjadi seorang
pegawai negeri (notaris) karena saat itu di Prussia beraliran Protestan. 8
tahun kemudian Ibu Marx mengikuti ayahnya yang menjadi Protestan. Mungkin saja,
begitu mudahnya orangtua Marx berpindah agama, menjadikan Marx tidak meminati
hal agama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Menurut Marx, kritik agama harus
menjadi kritik masyarakat. Kritik agama saja percuma karena tidak mengubah apa
yang melahirkan agama. Bukan agama yang harus dikririk, melainkan masyarakat:
”Kritik surge berubah menjadi kritik dunia, kritik agama menjadi kritik hukum,
kritik teologi menjadi kritik politik. Bagi Marx kritik agama hanya penting
sebagai titik masuk ke kritik masyarakat. Karena Marx menemukan sasaran
sebenarnya dari kritik agama yaitu kritik masyarakat. Maka dikemudia hari Marx
tidak memusatkan perhatiannya terhadapa agama. Bagi Marx, agama hanyalah
masalah sekunder. Yang primer adalah realitas sekunder. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-US">Tidak Ada Tempat Bagi Agama<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Sosialisme sebenarnya sudah mulai
tercetus ketika zaman Yunani Kuno. Menurut Plato, memimpin sebuah Negara tidak
boleh mempunyai milik pribadi dan tidak berkeluarga, memiliki segalanya bersama
dan menurut aturan yang sama. Namun, sosialisme ini hanya terbatas pada kasta
calon pemimpin. Masyarakat masih tertata secara hierarkis dan tentu saja bebas
mempunyai hak milik. Ketika zaman Renaisans, terjadi pergeseran makna sosialis.
Pergeseran ini ditandai dengan kemunculan tulisan yang disebut “Utopi” atau
“Utopis”. Kata Utopis berasal dari buku yang berjudul Utopis yang paling
terkenal yaitu Utopia yang ditulis oleh Thomas Morus pada tahun 1516. Utopia
adalah nama sebuah pulau di mana segala apa dimiliki bersama, semua orang
menikmati pemandangan yang sama dan semua harus bekerja. Umumnya mereka juga
makan bersama. Waktu kerja harian adalah enam jam. Yang menarik di pulau Utopia
adalah masalah-masalah politik tidak boleh dibahas umum. Pembatasan kebebasan
untuk menyatakan pendapat memang akan menjadi ciri kebanyakan utopi tentang
masyarakat komunis. Motivasi dasar di belakang cita-cita utopis itu bersifat
sosial, TIDAK ADA RELIGIUS: ada kesadaran akan keadaan buruk kelas-kelas bawah,
keyakinan bawa konflik-konflik sosial, ketidaksamaan dan penindasan
bertentangan dengan kehendak manusia dan karena itu dengan kehendak Allah
maupun dengan tatanan alam dan semua itu adalah akibat hak milik pribadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Seperti yang ditulis diatas
Marxisme-leninisme yang merupakan ideology resmi dari komunisme yang merupakan
ajaran Karl Marx plus ajaran-ajaran Engels dan Lenin. Engels dan Lenin memiliki
dasar pandangan bahwa dunia Proletariat adalah materialism. Dengan demikian,
“sosialisme ilmiah” versi Lenin tidak mempunyai tempat bagi agama (Dalam
Bayang-Bayang Lenin. Hal:27). Materialisme sendiri berarti kepercayaan bahwa
semula hanya ada materi dan apa saja yang ada berkembang dari materi. Padahal
Allah tidak bermateri dan bahkan oleh kaum beriman diyakini menciptakan alam
semesta dengan segala isinya termasuk materi. Dan pandangan yang berpendapat
bahwa segala yang ada berasal dari materi dengan sendirinya menyangkal Allah
dan penciptaan. Karena materalisme mengandung Atheisme. Lenin pernah menulis
“Proletariat modern menganut sosialime yang mengabdikan ilmu pengetahuan
melawan kabut keagamaan dan membebaskan buruh dari imannya yang akan hidup di
alam baka dengan mempersatukan mereka dalam perjuangan di hidup ini demi
kehidupan lebih baik di dunia. Artinya, Lenin mengajarkan bahwa kehidupan di
alam baka itu tidak penting. Ajaran marxisme-leninisme hanya mementingkan
kehidupan duniawi saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Lenin juga pernah menulis “bagi kaum
proletariat sosialis, agama bukan urusan pribadi. Partai kita merupakan serikat
pejuang demi pembebasan kelas buruh yang sadar akan kedudukan kelas mereka dan
progesif. Serikat semacam itu tidak dapat dan tidak boleh bersikap acuh tak
acuh terhadap ketidaktercerahkanan, ketidaktahuan dan kebodohan dalam bentuk
kepercayaan religius”. Secara tidak langsung tulisan Lenin ini mengamini kritik
agama yang dilontarkan Feuerbach (seperti yang saya tulis diatas). Ketika
sebuah Negara dikuasi oleh kaum komunis, agama tidak boleh berperan sama
sekali. Ketika Partai Komunis menguasai Rusia, Gereja segera diserang. Hak
milik gereja dan sekolah-sekolahnya diambil alih. Gereja dilarang melakukan
kegiatan apapun. Pelajaran agama dilarang dan pendidikan calon pastor ditutup
(Dalam Bayang-Bayang Lenin. Hal:28-29). Ini terjadi karena Lenin sepertinya
benci terhadap agama. Lenin sendiri sudah tidak beragama sejak muda. Lenin pun
pernah mengkritik tajam kepada agama : “Agama adalah candu bagi rakyat. Agama
adalah Whisky rohani murahan, di dalamnya para budak modal menenggelamkan muka
manusianya, hak mereka atas hidup yang pantas bagi manusia. Hal ini senada
dengan Marx yang mengatakan bahwa agama hanya berfungsi sebagai hiburan ketika
dalam situasi buruk, sedangkan menurut Lenin, agama menjadi sarana yang dengan
sengaja dipakai oleh kelas-kelas berkuasa untuk menipu kelas-kelas bawah. Dan
bagi Lenin, agama selalu menjadi alat reaksi borjuis yang digunakan untuk
melindungi eksploitasi dan mengelabuhi kelas buruh. Artinya, agama hanya
digunakan untuk meng-iya-kan segala kebijakan. Dengan dalil agama segala
kebijakan yang mencekik rakyat bisa teralisasikan. Dan sejak era Lenin inilah,
semua rezim komunis menjadi benci terhadap agama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-US">Penutup<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Setelah semua pemaparan diatas kita
bisa mengetahui kenapa komunis itu idientik dengan atheis atau yang lebih
ekstrim adalah benci terhadap agama apapun. Alasan itu adalah bahwa
Marxisme-Leninisme yang merupakan ideology komunisme menganut Matrealisme. Tetapi
ada suatu hal yang mengejutkan tentang ke-antian Lenin terhadap agama. Dalam praktik
politik dan agama Lenin sangat pragmatis. “merebut hati rakyat lebih penting
daripada menyebarkan atheisme. Oleh karena itu, orang yang bukan atheis pun
boleh masuk partai komunis. Partai harus memperhatikan prasangka-prasangka religious
kaum buruh, jangan sampai mereka terasing dari partai karena sikap partai yang
anti-agama”. Artinya, Lenin juga mengakui kebebasan dalam beragama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Terakhir. Tulisan saya ini
mudah-mudahan memberikan sedikit pengetahuan kenapa komunis itu anti terhadap
agama. dan karena itulah saya sangat tidak setuju dengan ideology komunis. Dan mudahan
tulisan ini juga memberikan sedikit alasan kenapa kita harus menolak komunis. Ketika
kita ingin menolak atau mengkritisi suatu paham, alangkah baiknya kita tahu
dasar-dasar paham tersebut. Agar kita tahu bagian mana yang harus kita kritisi.
Karena bagaimana kita ingin menolak atau mengkritisi suatu paham jika kita
tidak tahu bagian mana yang kita kritisi. Maka dari itu kembali kepada tulisan
diatas. Mempelajari sesuatu tidak sama dengan menganutnya, apalagi
menyebarkannya.<o:p></o:p></span></div>
Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-20795552653528954762016-12-27T06:20:00.001-08:002019-12-11T04:04:24.879-08:00Kunjungan MA. Attaqwa Puteri Ke Malang (Hari Kedua)<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="374">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hashtag"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Selasa,
20 Desember 2016</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Saya
lihat jam di HP masih menunjukkan pukul 05.00. tumben sekali jam segini udah
bangun. Biasanya jam segini masih belum tidur atau bahkan baru mau mulai tidur.
Karena jika saya tidur sebelum subuh biasanya saya tidak akan bangun subuh.
Makanya saya tidur habis subuh biar tidak ketinggalan sholat subuhnya. Setelah
saya menunaikan sholat subuh, saya bingung mau melakukan apa. Mau tidur lagi
sudah tidak bisa. Akhirnya saya teringat akan agenda hari ini. Ternyata pilihan
itu masih membuat saya dilema. Mau UKM atau ikut jalan-jalan. Ada seorang
saudara jauh saya yang kuliah di malang yang orangtuanya merupakan kepala
sekolah MA. Attaqwa puteri. Dia menghubungi saya bahwasanya dia akan menjemput
saya pukul 06.30 untuk ikut ke hotel. Awalnya sih cuman mau ikut sarapan aja.
Soalnya bagi saya, tanggal seperti ini bukan lagi tanggal yang layak untuk
sarapan. Mumpung gratis yaa saya terima saja ajakannya. Setelah mandi dan
siap-siap, jemputan pun datang. Setelah sampai hotel saya pun langsung menuju
tempat makan. Tanpa Ba Bi Bu saya langsung menyerbu meja prasmanan. Yaa gimana
sih, mahasiswa tua plus dalam keadaan tanggal tua. Yaaa kalap lah. Porsi yang
saya ambil tidak layak dikatakan sebagai porsi sarapan, lebih tepatnya porsi
tumpeng. Lauknya boleh sedikit yang penting nasinya banyak. </div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Setelah
makan, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>merupakan puncak dari kegaluan
saya hari ini. Disatu sisi saya ingin ikut acara di UKM. Karena sosok Soe Hok
Gie sangat menginspirasi saya. Di sisi yang lain saya tidak enak dengan saudara
saya. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak ikut jalan-jalan tetapi ikut acara
di UKM. Karena yang saya fikirkan adalah ribetnya jalan-jalan dengan yang
namanya wanita. Satu wanita saja sudah ribet apalagi 4 bus wanita heheh.
Tetapi, ketika sudah sampai di lobby hotel saya singgah sebentar di salah satu
minimarket untuk membeli eskrim. Dan disana ada saudara saya itu. Yaudah saya
disuruh untuk membawakan tas anak beliau masuk ke dalam Bus. Waah ini
bau-baunya sudah tidak bisa melarikan diri. Tapi, akal busuk saya masih
bekerja. Setelah masuk bus, saya bilang mau ke minimarket lagi untuk menyapa
beberapa alumni pondok yang sama-sama melanjutkan kuliah di malang. Padahal mah
mau melarikan diri. Setelah bisa keluar dan pura-pura ngobrol dengan mereka
(alumni pondok) terdengar teriakan seseorang yang memanggil nama saya. Saya
sangat kenal dengan suara itu. Ternyata suadara saya itu mengerti akal bulus
saya untuk tidak ikut. Akhirnya mau tidak mau saya ikut dalam perjalanan kali
ini. Dan saya ditempatkan di Bus 4. Bus yang tidak ada sama sekali guru-guru
senior disana. Yang ada hanya salah satu kakak kelas saya, santri Pesantren
Tinggi Attaqwa (PTA) dan salah satu crew Berkah Tour n Travel. Waaah pas
sekali. Saya bisa sedikit “menggila” ditambah dengan supir bus yang sangat
bersahabat dan sering melemparkan guyonan yang membuat seisi bus tertawa.
Mungkin dari seluruh bus. Bus 4 ini merupakan Bus yang paling damai (tidak ada
gangguan) dan paling berisik.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Tugas
saya di bus 4 adalah menjadi pemandu wisata. Menjelaskan tentang apa saja yang
ada disekitaran jalan yang kita lewati menuju coban rondo. Yaa tentunya
diselingi dengan goyunan para penghuni bus. Tidak ada rasa canggung antara para
santri, crew, supir, dan saya. Kita seperti sudah bertemu lama padahal saya
baru bertemu mereka hari ini. Mungkin ini, merupakan didikan pondok. Jika saya
flashback, saya dulunya adalah orang yang sangat tertutup dan susah bergaul.
Setelah 6 tahun di pondok, sifat saya berubah 180<sup>0</sup>.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Sebelum
sampai di coban rondo, saya sedikit bercerita tentang legenda coban rondo.
Mitosnya adalah siapa yang datang ke coban rondo dengan pasangannya, setelah
pulang mereka akan putus. Yaa gapapa sih. Toh saya juga ga punya pasangan (lah
malah curhat). Setelah menceritakan mitos tersebut terjadi lagi saut-sautan
atau malah membully satu sama lain. Ada satu yang terkena bully waktu itu. Yang
kena adalah orang yang duduk disamping saya. Yang tidak lain adalah kakak kelas
saya sendiri. Dan yang peremuannya saya tidak kenal namanya dan juga mukanya
juga sedikit lupa. Karena saya melihat kalau muka santri putri itu hampir semua
sama. Seperti kembar begitu hehehe. Yaaa mungkin mereka cuman bercanda. Tetapi,
beneran juga tidak apa-apa. Soalnya kakak kelas saya itu memang sudah saatnya
menikah hehehe. </div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Setelah
sampai di coba rondo. Kita pun berpencar. Saya bingung mau kemana. Entah berapa
kali saya kesini. Tidak terhitung mungkin. Dan tempatnya yaa gitu-gitu aja.
Akhirnya saya ikut pergi ke air terjun. Disana rombongan saudara saya minta
untuk berfoto. Sekalian untuk laporan saya ke orangtua bahwa saya sudah bertemu
mereka. Sehabis berfoto, saya seperti disidang. Ditanya ini itu lah. Sampai
ditanya kapan lulus. Heheh. Disidang di depan khalayak banyak. Tapi, gapapalah
yang penting mereka semua senang. Walaupun saya yang tekanan batin. Heheh. Tidak
ada yang menarik ketika di coban rondo.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Setelah
sholat dzuhur dan makan siang. Perjalanan pun dilanjutkan menuju Museum Angkut.
Ternyata museum angkut dalam keadaan padat merayap. Saya sempat mengurungkan
niat untuk masuk ke museum angkut. Dengan mengatur para santri untuk masuk ke
dalam antrian, saya berharap dilupakan oleh mereka dan akhirnya tidak masuk ke
dalam. Karena dengan keramaian yang seperti ini, alangkah lebih baiknya
menunggu di pintu keluar. Entah itu ngopi atau membaca buku yang belum selesai
dibaca. Tetapi, ketika antrian sudah sepi saya dipanggil oleh salah satu crew.
Dia menanyakan tatacara penggunaan loker pentipan barang. Yaudah saya ditanya
apakah saya mendapatkan tiket apa belum. Yaa saya bilang belum. Dan kakak kelas
saya tersebut memberikan saya uang untuk membeli tiket. Yaa mau gamau ikut juga
ke dalam. </div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Nah
disinilah kejadian yang agak sedikit menarik. Ketika mengantri dan mulai masuk
ke dalam museum angkut saya terjebak dengan 4 orang santri. Karena saya
mengetauhi seluk beluk museum angkut, saya pun menjadi tour guide untuk mereka
berempat. Selain menjadi tour guide saya juga menjadi tukang foto untuk mereka
berempat. Disinilah kita mulai banyak ngobrol. Mulai dari lokasi-lokasi museum
angkut, membully teman mereka, membully “nenek-nenek” (hanya kami berlima yang
tahu makna nenek-nenek itu), masalah kuliah dan lain sebagainya. Foto-foto yang
agak konyol sempat terdokumentasikan, yaa walaupun kamera yang saya pegang
sudah saatnya untuk masuk tong sampah. Entah kamera siapa itu.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Ketika
rombongan kita berlima ini sampai di Istana Buckingham, kita beristirahat.
Karena mereka sudah merasa capai. Lumayan lama kita disana. Banyak juga yang
kita bahas. Apalagi masalah percintaan mereka. Ada yang curhat seperti ini lah,
seperti itu lah. saya hanya bisa tersenyum dan membully mereka. Dan akhirnya
saya memberikan pandangan saya tentang apa itu cinta. Mengapa sampai sekarang
saya masih betah untuk menjomblo. Ada juga yang mulai bertanya tentang kuliah,
sampai kepada kehidupan ketika kuliah. Bagaimana pergaulan yang ada di malang.
Saya menjadi pendongeng untuk 4 santri ini. Sampai ketika ada obrolan pun
sampai membahas tentang matematika dan berakhir dengan obrolan filsafat dan
tasawuf. Saya hanya bisa berharap apa yang kita obrolkan tentang filsafat dan
tasawuf sudah hilang dalam ingatan mereka. Karena menurut saya belum saatnya
mereka mendapatkan kajian seperti itu. Waktu itu yaa saya terpaksa mengatakanya
karena keterkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan. </div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Ternyata
sudah lama kita ngobrol sampai lupa waktu. Mungkin kalau tidak ditelfon oleh
saudara saya, kita masih ngobrol sampai matahari hampir terbenam. Sambil
tertawa kita melangkah menuju pintu keluar museum angkut. Setelah keluar dari
museum angkut, kita segera menuju bus masing-masing. Baru 2 tempat saja sudah
membuat saya lelah. Menjelang maghrib, kita meninggal museum angkut menuju ke
tempat pembelian oleh-oleh khas malang. Satu tempat yang saya benci adalah
tempat belanja. Entah kenapa saya bisa benci dengan tempat belanja. Pusing
ketika masuk ke dalam tempat seperti itu. Setelah sampai ketempat oleh-oleh
saya hanya membeli satu buah ikat pinggang saja. Dan menitipkan pembayaran
kepada salah satu santri yang satu bus dengan saya. Kepala ini sudah pusing. Setelah
dari tempat oleh-oleh kita akan menuju restoran untuk makan malam. </div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Saya
kira, keseruan hari ini sudah berakhir ketika rombongan meninggalkan museum
angkut. Tetapi, anggapan itu sirna ketika supir bus, kenek dan saya melontarkan
tebak-tebakan dengan iming-iming voucher belanja (baca:uang). Dari pintu keluar
restoran sampai depan pintu hotel kita tidak berhenti tertawa. Kita tertawa
seperti tanpa sebab. Apa saja bisa membuat kita tertawa. Celetukan ala santri
Attaqwa keluar. Membuat saya menikmati kenangan ketika masih menjadi santri di
Attaqwa. Hal sepele saja bisa membuat kita tertawa bahagia. Masa dimana saya
bisa mentertawakan apapun. Bahkan masalah hidup pun bisa saya tertawakan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mungkin, “Cara terbaik menjalani hidup adalah
bertingkah laku seperti anak kecil, tidak peduli berapapun umurmu”. Karena
menurut saya, ketika kita kecil, menemukan bahagia itu sederhana sekali.
menonton anime (kartun) favorite dan menceritakannya kepada teman sudah
bahagia.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tetapi, mengapa ketika dewasa kita
susah sekali menemukan kebahagiaan?. Pertanyaan yang masih belum bisa saya
jawab. Susahnya melebihi soal UN. Jika soal UN kita tidak tahu jawabannya bisa
nyontek. Tapi kalau pertanyaan seperti itu, mau nyontek gimana. </div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
Agenda
hari ini, berakhir dengan masuknya para rombongan ke tempat peristirahatannya
masing-masing. Besok saatnya untuk kunjungan ke UIN dan Selecta serta mengantar
rombongan ke stasiun. Karena besok adalah hari terakhir. Akankan ada lagi
keceriaan seperti hari ini? Saya pun masih belum bisa membayangkannya.</div>
Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-46987484152319287412016-12-27T06:17:00.000-08:002019-12-11T04:04:24.969-08:00Kunjungan MA. Attaqwa Puteri ke Malang (Hari Pertama)<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="374">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hashtag"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Senin, 19 Desember 2016</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Pukul 14.00 saya sedang
duduk didepan salah satu minimarket dibilangan jalan Soekarno-Hatta, Malang.
Langit sudah mulai gelap. Keadaan seperti ini sudah biasa terjadi ketika malang
dilanda musim hujan. Seperti sudah terpola. Habis dzuhur pasti akan turun hujan.
Hari ini adalah hari dimana saya akan kedatangan pasukan dari MA.Attaqwa Pusat
Puteri. Mereka akan mengadakan kunjungan selama 3 hari di kota Malang.
Kunjungan ke tempat-tempat wisata yang ada di Malang Raya. Dimulai dengan pergi
ke masjid Tibba dibilangan Turen. </div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Tidak terasa hujan
turun semakin deras. Saya masih masih ditempat yang sama menunggu mereka tiba
dihotel tempat mereka menginap. Entah sudah berapa gelas kopi dan berapa
halaman buku yang sudah saya lahap untuk membunuh waktu. Ketika saya membaca
jadwa yang diberikan oleh pihak sekoah. Mereka seharusnya tiba dipenginapan
pukul 14.00. tetapi, sampai pukul 14.30 pun mereka belum tiba. Mungkin mereka
sedang terjebak kemacetan. Karena saya melihat jalanan didepan saya penuh
dengan kendaraan yang mengantri untuk berjalan. Akhirnya mereka tiba pukul
15.30. </div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Perlahan perserta
perjalanan kali ini turun dari bus. Perjalanan kali ini menggunakan salah satu
biro perjalanan yang dikelola oleh salah satu alumni Pondok Pesantren Attaqwa.
Kalau tidak salah namanya adalah ”Berkah Tour n Travel”. Wajah-wajah lusuh,
capai menghiasi pemandangan saya. Wajar saja. Setelah menempuh perjalanan
selama 16 Jam menggunakan kereta api Matarmaja yang dikenal sangat tidak ramah
untuk pantat penumpangnya. Ditambah lagi dengan mereka langsung menuju masjid
Tibban. Saya menjadi bingung, ini liburan atau bagaimana. Liburan kok tidak
ceria hehehe. Yaa mungkin mereka baru pertama kali menempuh perjalanan darat
yang jauh. karena hampir 90% dari santri itu berasal dari daerah Jabotabek.
Padahal, setelah ini mereka akan kembali melanjutkan perjalanan ke Alun-Alun
Kota Wisata Batu (menurut rundown acara).</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Setelah permasalah
terkait penurunan barang-barang bawaan, mereka segera melanjutkan untuk
check-in penginapan. Saya ikut membantu sebisa saya. Walaupun pihak tour n
travel nya sudah mempunyai crew. Walaupun hanya sebatas mengatur lalu lintas
lift hehehe. Sebenarnya tujuan saya bukan untuk membantu pihak Tour Travel
(emang ga membantu sih malah tambah bikin repot) tapi untuk menemui saudara
saya yang ikut dalam perjalanan kali ini. Kebetulan saudara saya menjadi staff
pengajar di MA. Attaqwa Puteri. Dan juga karena orang tua saya sudah bawel dari
pagi sudah nelon agar saya menemui saudara saya tersebut.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Akhirnya ketemu lah
saya dengan saudara saya tersebut. Tidak ada yang istimewa sebenarnya. Tapi
kalau boleh jujur, saya lebih dekat dengan saudara saya ini dibandigkan dengan
orangtua saya sendiri. Karena saudara saya ini lah yang menjadi orangtua saya
ketika saya bersekolah di Pondok Pesantren Attaqwa Putera. Tidak bisa
dilukiskan dengan kata-kata jasa beliau terhadap saya. Saya sendiri menganggap
kalau saya sudah dianggap seperti anak sendiri oleh mereka. Kapan lagi bisa
membalas kebaikan beliau. Walaupun hanya sebatas membawakan belanjaan atau
hanya mendengarkan nasihat-nasihat (baca:omelan)<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dari beliau. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Karena itu lah saya memutuskan untuk ikut
dalam perjalanan kali ini.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Adzan maghrib sudah
berkumandang. Agenda selanjutnya yang akan mereka lewati adalah mengunjungi
alun-alun kota batu. Tetapi, sebagian dari peserta (guru dan santri) terlihat
kelelahan. Ada juga yang masih terlihat segar bugar. Alhasil diputuskan agenda
ke alun-alun kota batu dibatalkan. Tetapi, bagi mereka yang tidak merasa capai
pembatalan agenda ini tentu mengecewakan. Itu terlihat dari raut wajah mereka.
Mungkin mereka BT (baca:gabut) karena tidak ada kerjaan. Akhirnya, ada yang
saling menggangu satu sama lain dengan mengetuk pintu kamar kemudian lari entah
kemana. Saya yang mengamati sambil membaca dan menulis (dairy kali ini) hanya
bisa tersenyum. Yang ada dipikiran saya adalah “anak-anak ini kurang kerjaan
amat yaa”. </div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Setelah melihat tingkah
ga jelas mereka, saya memberanikan diri untuk mengajak mereka ngobrol. Awalnya
sedikit takut sih karena saya takut jika mereka masih terikat peraturan pondok
untuk tidak dekat dengan lawan jenis apalagi status saya adalah alumni Pondok
Puteranya. Memang agak tabu ketika santri yang putera berhubungan dengan santri
puteri. Tapi mau bagaimana lagi daripada mereka bete dan agak sedikit kecewa
mendingan saya yang menetralisir suasana gabut tadi. Saya mengobrol dengan 2
orang santri. Saya tidak tahu siapa namanya dan memang saya tidak menanyakan
hehehe. Kita ngobrol mulai dari masalah kuliah sampai dengan masalah
tempat-tempat menarik di daerah malang raya. Ingin rasanya untuk mengajak
mereka berjalan-jalan disekitar lingkungan hotel tempat mereka menginap.
Tetapi, karena diluar masih hujan saya urugkan niat tersebut. Tapi, saya masih
ada janji dengan mereka untuk mengajak mereka berjalan-jalan disekitar hotel.
Sampai sekarang masih belum bisa saya tepati karena beberapa kendala waktu itu.
Semoga mereka tidak menganggap itu sebagai hutang. Karena susah untuk
diwujudkan hehehe.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Hari
pertama berakhir seperti ini. Mungkin yang berkesan menurut mereka adalah
ketika perjalanan dari Bekasi menuju Malang dan perjalanan ke Masjid Tibban.
Akhirnya, saya memutuskan untuk pulang ke kost untuk beristirahat. Sebelum
pulang saya sempatkan untuk pamit kepada saudara saya tersebut. Dan beliau berpesan
untuk datang besok dan ikut masuk dalam rombongan perjalanan. Saya hanya bisa
bilang iya tanpa bisa menjawab tidak padahal besok ada acara di UKM, yaitu
peringatan ulang tahun Soe Hok Gie. Bodo amat lah yaa. Besok yaa besok,
sekarang yaa sekarang. Besok gimana kek.hehehe. akhirnya saya pun pulang ke
kost dan langsung tidur.</span>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-75625887035182070362016-12-16T22:04:00.000-08:002019-12-11T04:04:25.042-08:00Selamat Ulang Tahun Soe Hok Gie : Apa Kabar Mahasiswa?<div align="center" class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“……
tetapi apa yang lebih puitis selain bicara tentang kebenaran.”<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">(Soe
Hok Gie)<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Sabtu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">17</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;"> Desember 2016<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Hari ini </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">saya teringat </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">akan </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">seorang tokoh yang
saya idolakan. Soe Hok Gie namanya. Beberapa hari yang lalu saya membaca
kumpulan tulisan beliau di dalam sebuah buku yang berjudul Zaman Peralihan.
Disana kita bisa membaca kumpulan tulisan Soe Hok Gie dalam beberapa kategori.
Masalah Kebangsaan, Masalah kemahasiswaan, Masalah Kemanusiaan dan Catatan
Turis Terpelajar merupakan kategori yang terdapat dalam buku tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Soe Hok Gie
dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 dan meninggal sehari sebelum ulang
tahunnya, 16 Desember 1969. Hok Gie merupakan seorang tokoh mahasiswa tahun
1966 yang berperan dalam demontrasi ditahun tersebut. Idealis dan Kritis
merupakan dua kata yang sangat melekat pada Gie. Sosok yang berani mengatakan
benar sebagai kebenaran dan salah sebagai kesalahan. Jika boleh bercerita, saya
mengenal sosok satu ini dari sebuah film yang berjudul Gie (2005). Film yang
diilhami dari harian Soe Hok Gie yang dibukukan dengan judul Catatan Seorang
Demontran. Pada awal menonton film ini, perhatian saya hanya jatuh kepada
pendakian gunung semata. Maklum lah karena pada saat pertama kali menonton film
ini saya masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Setelah saya menonton
film ini lagi ketika tahun pertama kuliah, saya paham akan kenapa Gie naik
gunung. Dalam film Rudi Habibi, ketika Habibi ada masalah, beliau sholat untuk
merenung dan menyelesaikan masalahnya. Begitu juga dengan film Gie ini. Ketika
ada suatu masalah, pelarian atau perenungan masalah ini dilakukan dengan naik
gunung. Tetapi, bukan hanya itu alasan Gie naik Gunung. Dalam tulisannya
“Menaklukkan Gunung Slamet” (Kompas, 14,15,16,17,18 Desember 1967), Gie menulis
“Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya dengan
slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari slogan-slogan. Seorang hanya
dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai
tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indoneia bersama
rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti
pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung. Melihat alam
dan rakyat dari dekat secara wajar. Disamping juga untuk menimbulkan daya tahan
fisik yang kuat”. Tetapi, bukan masalah naik gunung yang ingin saya bahas kali
ini. Walaupun saya juga suka naik gunung. Karena Gie sudah menjadi inspirasi
dalam hidup saya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Kehidupan Masa Kecil Hingga Remaja Soe Hok Gie<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Zaman Peralihan
merupakan sebuah buku yang dibuat untuk mengumpulkan tulisan – tulisan Soe Hok
Gie. Jika kita ingin menelaah tulisan-tulisan Gie, maka kita juga harus paham
tentang kondisi historis pada masa itu. Gie mulai produktif menulis pada
rentang waktu 1967-1969. Pada saat itu merupakan periode transisi dari orde
lama ke orde baru. Dengan keadaan yang seperti ini, sangat kondusif untuk
munculnya pemikiran-pemikiran baru. Karena belum ada sentralisasi, belum ada
penyeragaman pemikiran. Sehingga pemikiran-pemikiran baru bermunculan dari mana
saja (Dr. Kuntowijoyo, Kata Pengantar Zaman Peralihan). Sejak di sekolah
menengah atas, Gie sudah akrab dengan bacaan Sastra dan Filsafat. Tidak jarang
Gie bolos sekolah hanya untuk pergi ke Perpustakaan di <i>British Council </i>atau pergi ke toko buku. tidak hanya membaca, Gie
juga gemar menulis dan buku hariannya pun penuh dengan tulisannya (dibukukan
dengan judul Catatan Seorang Demonstran). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Di Buku Catatan
Seorang Demonstran, dairy Gie dibagi menjadi beberapa bagian, Masa Kecil,
Diambang Remaja, Lahirnya Seorang Aktivis, Catatan Seorang Demonstran,
Perjalanan ke Amerika, Politik, Pesta dan Cinta, serta Mencari Makna. Pada
bagian masa kecil, Gie lebih banyak membicarakan tentang kehidupan sekolahnya,
mulai dari dendamnya kepada seorang guru, intisari buku-buku yang beliau baca
sampai kepada pulpennya yang hilang pun ditulis. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Ketika remaja,
tulisan di buku hariannya mulai menarik. Bibit pemberontak pun sudah mulai
mekar. Gie mulai menulis kritik-kritik terhadap pemerintah. 10 Desember 1959,
Gie menulis <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“…
yang berkuasa sekarang adalah orang-orang yang dibesarkan di zaman Hindia
Belanda almarhum. Mereka adalah pejuang-pejuang kemerdekaan yang gigih.
Lihatlah Soekarno, Hatta, Sjahrir, Ali dan sebagainya. Tetapi kini mereka telah
menghianati apa yang mereka perjuangkan. Soekarno telah berkhianat terhadap
kemerdekaan. Yamin telah memalsukan sejarah Indonesia. Hatta tak berani
menyatakan kebenaran (walaupun kadang-kadang ia menyatakan). Dan rakyat yang
makin lama makin menderita. Aku besertamu, orang-orang malang”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Pernahkan kita
berfikir, kok bisa seorang yang baru berumur 17 tahun dan masih dalam tingkatan
sekolah menengah atas bisa menulis atau berfikir seperti itu. Seorang yang baru
berumur 17 tahun sudah bisa mengkritik pemerintah begitu kerasnya. “siapakah
yang bertanggung jawab atas hal ini? Mereka golongan tua, semuanya
pemimpin-pemimpin yang harus ditembak mati di Lapangan Banteng. Pada masa ini
Gie sudah mulai tumbuh sebagai remaja yang beda dalam segi pemikiran disbanding
dengan teman teman sebayanya. Contohnya ketika Gie berdebat dengan temannya
yang bernama Suparjo, tentang perkawinan. Suparjo adalah seorang fanatic
katolik. Argument-argument Gie sangatlah realitis. Dia melihat bahwa pernikahan
itu bukan lagi soal cinta tetapi soal nafsu belaka. Tentunya hal itu sangat
tidak disetujui oleh Suparjo, dia (Suparjo) tetap pada pendiriannya bahwa
pernikahan itu perintah agama untuk melanjutkan keturunan. Dari sini kita bisa
lihat bahwa Gie memikirkan apa yang tidak terfikirkan oleh teman sebayanya.
Tidak ada lagi yang menyebabkan Gie seperti ini melainkan karena Gie sudah
banyak membaca buku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Masih dalam masa
yang sama (sekolah menengah atas). Gie pernah menulis tentang kebudayaan
(music) Jepang. “Bagaimanapun juga kita harus kagum dengan Jepang. Musicnya
walaupun bernada barat tapi hakekat music Jepang tak pernah hilang. Suatu dasar
yang kuat tak pernah dapat dikalahkan oleh kebudayaan barat yang kuat itu”.
Pernah sekali waktu (entah dimana saya lupa), saya membaca sebuah kalimat yang
dilontarkan orang Jepang ketika Hiroshima – Nagasaki porak - poranda oleh Bom
Atom. “silahkan ambil semua sumberdaya ku, tapi jangan ganggu kebudayaan ku”.
Kita lihat sekarang bagaimana majunya Jepang. Kebudayaan mencerminkan bagaimana
kehidupan suatu bangsa (daerah) tersebut. Contoh ketika wanita menggunakan
cadar. Ada beberapa yang bilang kalo itu syar’i. menurut saya, jika memang
dalam Islam mewajibkan cadar, mengapa ketika sholat bagian wajah perempuan
boleh terlihat?. Memang kadang kita salah mengartikan mana budaya Arab dan mana
budaya Islam. Coba kita berfikir dengan cermat. Jangan <i>mentang-mentang</i> Islam dari Arab, semua yang dari arab itu adalah
Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Mahasiwa Dulu dan Kini<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Bibit pemberontak
itu sudah semakin berkembang menjadi bunga. Bunga mawar. Harum, tetapi juga
berduri. Tahun 1961, Gie sudah memasuki masa perkuliahan. Seiring dengan bertambahnya
usia, maka semakin berkembang pula tulisan-tulisan di buku hariannya. Disinilah
dimulai masa dimana Gie sangat aktif menulis. Kritik-kritik terhadap kebijakan
pemerintah pun banyak muncul ketika masa ini. Namun, yang sangat menjadi
perhatian saya adalah ketika Gie membicarakan tentang mahasiswa. Bidang seorang
sarjana (mahasiswa) adalah berfikir dan mencipta yang baru. Mahasiswa harus
bisa lepas dari arus masyarakat yang kacau. Tetapi mahasiswa tidak bisa
terlepas dari fungsi sosialnya, yaitu bertindak demi tanggung jawab sosial bila
keadaan telah mendesak. Kalimat itu masih sangat melekat dalam otak saya. dari
kalimat tersebut saya bisa mengambil <i>Ibroh</i>
bahwa mahasiswa tidak hanya membahas masalah akademik saja. Tetapi, harus peka
dengan keadaan sekitarnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dalam buku Zaman
peralihan tepatnya Bab yang membahas tentang Masalah kemahasiswaan. Tulisan
pertama adalah mahasiswa-mahasiswa peking yang mengamuk. Disini Gie menulis
tentang gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Peking
(lebih dikenal sebagai Pei Ta). Para mahasiswa yang tidak setuju dengan
pemerintahan komunis yang melenyapkan kebebasan hidup dilingkungan Universitas.
Kehidupan para mahasiswa peking saat itu seperti robot yang diatur oleh para
petinggi partai komunis. Melihat keadaan seperti itu, para mahasiswa mulai
memberontak dengan munculnya poster-poster yang mengkritik segala hal yang
perlu diganyang. Artinya, para mahasiswa Peking sadar bahwa keadaan sedang
tidak baik-baik saja. Walaupun akhirnya gerakan ini dapat dipatahkan oleh
pemerintah. Menurut saya, itulah esensi dari kata mahasiswa. Seharusnya para
mahasiswa tidak hanya menyoal tentang akademik saja. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Jika kita berbicara
tentang mahasiswa. Mungkin referensi terbaik adalah tulisan Soe Hok Gie.
Kehidupan mahasiswa dulu dan sekarang menurut saya tidak ada bedanya. Ada yang
menjadi aktifis ada juga yang menjadi pasifis. Ada yang hanya kuliah lalu
pulang, ada juga yang sibuk dengan organisasinya. Salah satu mimpi Gie tentang
mahasiswa (mimpi-mimpi mahasiswa tua, juni 1968) adalah Gie ingin melihat
mahasiswa ketika mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, selalu
didasarkan atas prinsip-prinsip dewasa. Mahasiswa yang berani menyatakan benar
sebagai kebenaran dan salah sebagai kesahalan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas
dasar agama, ormas, golongan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Saya ingat kejadian
ditahun 2014. Ketika Pemira (pemilunya mahasiswa) di kampus saya. Waktu itu
PMII dan HMI berebut kursi dalam pemerintahan Republik Mahasiswa. Kenapa ini
bisa terjadi?. Saya pernah ingin masuk dalam salah satu organisasi pergerakan
mahasiswa tersebut. Ketika sebelum diklat saya mengikuti sebuah perkenalan
tentang organisasi tersebut. Dan saya kecewa karena pematerinya
menjelek-jelekkan organisasi pergerakan mahasiswa lainnya yang notabenenya
adalah lawan politiknya di kampus. Sejak saat itu bulat tekat saya untuk tidak
masuk organisasi mahasiswa ekstra kampus (pergerakan) manapun. Lain lagi
kejadiannya yang saya alami di himpunan mahasiswa jurusan (HMJ). ketika itu ada
kegiatan kongres himpunan mahasiswa jurusan matematika (lebih dikenal dengan
IKAHIMATIKA) se-Indonesia yang diselenggrakan di kampus. Uang delegasi pun
sudah turun dari kampus. Saya masih ingat, 500ribu dari uang delegasi itu harus
masuk kas organisasi ekstra kampus yang menjadi background Ketua HMJ Matematika
waktu itu. Kok bisa yaa jatah untuk delegasi bisa masuk ke dalam kas organ
ekstra itu. Padahal uang itu diperuntukan untuk HMJ. Bukannya itu namanya
mencuri ya? Itu korupsi bukan sih? Itu masih dalam tatanan jurusan. di
tingakatan pusat (Universitas) siapa yang tahu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dalam tingkatan
universitas, saya mengenal yang namanya Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas
(Dema-U). Jika boleh dibandingkan dengan Universitas sebelah sebut saja
Universitas Brawijaya. Untuk tingakatan Dema-U (di Brawijaya lebih dikenal
dengan nama Eksekutif Mahasiswa) mereka mengadakan <i>Open Recruitment </i>(Oprec) untuk mengisi kursi-kursi kosong dalam
pemerintahan Republik mahasiswanya. Walaupun Presiden mahasiswanya berasal dari
salah satu organ ekstra, tetapi dia tidak mengisi seluruh kursi di kabinetnya
dengan yang satu organisasi dengannya. Di kampus saya hal itu tidak terjadi.
Yang selama ini saya tahu ketika cabinet dipimpin oleh orang PMII, maka semua
kursinya akan diisi oleh orang PMII. Mungkin alasan mereka melakukan itu adalah
untuk stabilitas kabinetnya. Bahasa kerennya itu biar tidak ada yang berontak
dan selalu setuju atas semua kebijakan yang diambil oleh pemimpinnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Sewaktu saya masih menjadi mahasiswa tahun pertama, saya mengenal bahwa
mahasiswa adalah <i>Agent of Change</i> atau agen perubahan. Coba kita bedah
kata perkata. Dalam kamus Ilmiah Populer, <i>Agent </i>diartikan sebagai
perwakilan dari suatu perusahaan atau mata-mata. Menurut saya, itu sama saja
seperti pesuruh. Artinya, mahasiswa sebagai <i>Agent of Change</i> ada yang <i>mendomplengi</i>.
Kita bisa lihat sekarang mahasiswa bergerak menurut golongannya saja. Mengatakan
benar menurut kebenaran golongannya dan salah adalah salah menurut golongannya.
Jadi, kata <i>Agent of Change</i> sudah tidak cocok lagi untuk mahasiswa. Yang cocok
adalah <i>Creator of Change. </i>Mahasiswa menjadi pencipta perubahan. Bukan lagi
wakil dari perubahan tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Sampai sekarang mimpi Gie belum menjadi kenyataan. Gie bermimpi </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">ingin
melihat mahasiswa ketika mengambil keputusan yang mempunyai arti politis,
selalu didasarkan atas prinsip-prinsip dewasa. Mahasiswa yang berani menyatakan
benar sebagai kebenaran dan salah sebagai kesahalan. Dan tidak menerapkan
kebenaran atas dasar agama, ormas, golongan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
SELAMAT ULANG TAHUN GIE. Semoga mimpi-mimpi mu bisa menjadi kenyataan 😊</div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-28778251247183433532016-12-10T06:23:00.000-08:002019-12-11T04:04:24.907-08:00Bingung Soal Pers: Sebuah Catatan Harian<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: normal;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Rabu, 7
Desember 2016</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Kebenaran tidak datang dalam bentuk instruksi dari
siapapun, tetapi harus dihayati”</span></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">(Soe Hok Gie)</span></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kemarin
malam saya berdiskusi dengan beberapa teman-teman UKM. Tentang independensi dan
idealisme pers. Cukup alot diskusi waktu itu, sampai kita tidak bisa menyimpulkan
dan tidak bisa mengakhiri diskusi itu. Yang membuat kita bubar hanyalah
peraturan tentang penutupan gerbang kampus.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Ada
beberapa hal yang saya dapatkan dalam diskusi tersebut. Pertama, tentang
independensi pers. Dalam hal ini, indenpendensi tidak bisa dikatakan sebagai
netral atau tidak memihak golongan tertentu. Karena 9 element jurnalisme
mengatakan bahwa pers itu memihak masyarakat. Indenpendensi dalam pers terjadi
ketika pers melucuti semua “atribut atau pakaian” yang melekat pada dirinya. Jenis
kelamin, agama, dan lain sebagainya. Yang kedua adalah fungsi pers. Ada 4
fungsi pers. Hiburan, memberikan informasi, pendidikan dan kontrol sosial.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Jika
kita berbicara tentang kontrol sosial, saya jadi ingat akan sebuah kasus yang
dialami oleh salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus saya. Unit
Aktivitas Pers Mahasiswa (UAPM) Inovasi. Salah satu tulisan mereka ada yang
dilarang terbit oleh kampus. Mereka (pers Mahasiswa) memuat tulisan tentang
pemenuhan hak-hak warga sekitar kampus baru UIN Maliki Malangdi Junrejo. Saya
bisa menebak alasan pihak kampus melarang tulisan ini terbit. Yaa pastinya
mereka tidak ingin aib atau kesalahan mereka diketahui khalayak ramai,
khususnya para mahasiswa baru yang sudah termakan opini bahwa UIN Maliki Malang
merupakan UIN terbaik seluruh Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Menurut
saya, lebih baik UIN Maliki Malang diterima secara wajar. Biarlah para
Mahasiswa melihat beberapa aib, kesalahan atau kekhilafan pihak kampus. Para
penjabat kampus hanyalah manusia biasa bukan Nabi Muhammad. Janganlah ada yang
ditutup-tutupi. Makin banyak kesalahan atau kekhilafan yang direspon maka makin
baik. Artinya, para mahasiswa akan sadar bahwa keadaan kampus tidak baik-baik
saja. Biar mereka nanti akan memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, untuk UIN
Maliki Malang yang lebih baik. </span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Jika
kita mengumpakan masyarakat kampus sebagai sebuah negara kecil, maka dalam
negara itu terdapat beberapa media penyiaran. Contoh dalam di Indonesia ada
Kompas, Jawa Post, Metro TV, TV one dan lain sebagainya. Di Negara UIN Maliki
Malang sendiri, terdapat 3 lembaga pers. Gema, Suara Akademika dan UAPM
Inovasi. Kalau kita lihat dari segi isi tulisan atau berita yang dimuat, Gema
dan Suara Akademika selalu pro terhadap kampus. Dalam artian mereka selalu
memberitakan tentang hal-hal yang baik saja. Seharusnya, disini Inovasi muncul
sebagai penyeimbang. Kita tidak bisa memungkiri kalau kita hanya manusia biasa
yang tidak luput dari kesalahan. Kembali lagi kepada fungsi pers yaitu <i style="mso-bidi-font-style: normal;">social control</i>. Artinya pihak kampus
harus memfasilitasi Inovasi. Jika tidak, apa bedanya pihak kampus dengan rezim
Soekarno dan Soeharto. Kita semua tahu bagaimana keadaan pers pada zaman itu.
Pada zaman itu yang ada hanya pers yang pro terhadap pemerintah saja. Seperti
keadaan indonesia sekarang lah. Ada media yang Pro terhadap pemerintah ada juga
yang kontra. Semua itu terjadi guna keseimbangan dalam hal informasi. Kita bisa
lihat bagaimana Napoleon Bonaparte mendirikan lembaga Oposisi untuk mengkritik
seluruh kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Tentunya tujuan pendirian
lembaga oposisi ini untuk menciptakan keseimbangan. Sama seperti atom, yang
memiliki elektron dan proton. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Atom yang
merupakan bagian terkecil adalah hasil perjuangan dua kodrat tersebut. Bisa juga
dikatakan kodrat menolak dan kodrat menarik. Hal ini sama dengan Tesis dan antitesis
yang menghasilkan sintesis.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Pada
tahun 1965, di Indonesia terjadi pelarangan membaca bukunya Pramoedya Ananta
Toer yang berjudul “Tjerita dari Blora” dan bukunya Mochtar Lubis yang berjudul
“Djalan Tak ada Ujung”. Dua buku tersebut merupakan manifestasi dari ketakutan.
Takut akan kebebasan mimbar-mimbar kampus (Soe Hok Gie, 1968). seharusnya,
sudah menjadi suatu kewajiban di dalam suatu untuk memelihara kebebasan
berfikir dan berpendapat. Toh bidang seorang mahasiswa adalah berfikir dan
mencipta hal baru. Dan bagi mahasiswa yang menulis tentang kesalahan atau
kebobrokan kampus, harus difasilitasi oleh pihak kampus. padalah tulisan
anggota Inovasi sudah melalui verifikasi. Mereka sudah memverifikasi kepada Pak
Sutaman (Humas UIN). Lalu kenapa kebebasan di kampus dibatasi? </span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">“</span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">A Man is ad he thinks you can’t change it</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">” Seorang manusia adalah
seperti yang dia pikirkan, kau tak dapat mengubahnya (film ... <i style="mso-bidi-font-style: normal;">And The Fifth Rider is Fear</i>). Lalu
siapakah kita? Kita adalah pemuda (mahasiswa). Sebagai mahasiswa kita tidak
boleh mengingkari wujud kita. Wujud kita sebagai pemuda yang masih belajar dan
mempunyai cita-cita yang tinggi. Seorang Pers Mahasiswa yang mempunyai cita-cita
luhur untuk kampus yang lebih baik. Oleh karena itu mahasiswa berani untuk
berterus terang tentang keadaan kampusnya. Dan seharusnya pihak kampus pun
begitu. Berani jujur jika keadaan kampusnya tidak baik-baik saja. Kebenaran
tidak datang dalam bentuk instruksi dari siapapun, tetapi harus dihayati. Dalam
lingkup nasional, Dewan Pers punya UU 40 tahun 1999 untuk <i style="mso-bidi-font-style: normal;">berinteraksi</i> dengan pemerintah. Seharusnya dikampus pun begitu.
Diatur tentang kebebasan berpendapat bagi para Mahasiswanya. Karena Mahasiswa
tidak hanya menyoal tentang akademik saja.</span>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-54738238149853939562016-01-05T23:43:00.002-08:002019-12-11T04:04:25.011-08:00Tidaklah Indah Dunia Ini, jika Hanya Ada Satu Warna<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Sebenarnya
tulisan ini sudah lama ingin saya publikasikan. Tetapi, karena ada beberapa
pertimbagan dan juga belum ada keberanian maka tulisan ini urung saya
publikasikan. Dan mungkin inilah saat yang tepat untuk mempublikasikan tulisan
ini. Tulisan ini saya anggap sebagai keresahan saya dalam beberapa waktu ini.
Bukan curhat, bukan juga kritik. Tapi saya hanya ingin mengutarakan pendapat
saya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Sekitar
beberapa minggu yang lalu saya mendapatkan sebuah broadcast message dari grup
alumni pondok pesantren tempat saya bersekolah dulu. Isinya cukup membuat saya
kaget, pesan itu berisi tentang akan diadakan sebuah demo. Demo ini terjadi
karena pendirian sebuah gereja yang menurut beberapa ulama disana menyalahi
peraturan. Dan mereka menuntut pencabutan izin gereja tersebut. Kira-kira
begitulah isi pesan yang saya dapatkan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">18
tahun saya hidup dalam lingkungan yang homogen. Homogen dalam artian semua
orang di lingkungan yang saya tempati semuanya beragama Islam. Tidak ada yang
beragama selain islam. Apalagi setelah lulus sekolah dasar saya melanjutkan
pendidikan di sebuah pondok pesantren dibilangan Bekasi. Ketika saya memulai
kehidupan sebagai mahasiswa, saya harus belajar hidup bersama. Itu berarti,
semasa belajar, saya harus memposisikan diri untuk memandang dan memperlakukan
sesame dengan setara. Karena dunia kampus mempertemukan saya dengan orang-orang
yang berasal dari berbagai latar belakang agama. Setiap agama tentunya membawa
nilai-nilai yang berbeda. Maka dari itu, untuk tetap menjalani kehidupan dengan
baik, saya harus mempunyai sikap tenggang rasa, agar perbedaan ini dapat
diterima dan dihormati. Dalam satu tulisan Prof. Gunawan Tjahjono, beliau
mengatakan bahwa. Sikap tenggang rasa akan tumbuh jika keberterimaan perbedaan
berlangsung dalam kesetaraan dan saling menghormati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Menurut
Mohammad Munip (Direktur Eksekutif International Conference on religion and
peace), berbagai persoalan bernuansakan agama, mulai dari intoleransi,
radikalisme, bahkan ekstremisme disebabkan oleh sempitnya pemahaman keagamaan
seseorang terhadap agamanya sendiri, selain ketidaktahuan seseorang itu
terhadap agama atau penganut agama lainnya. Maka, muncullah pemikiran bahwa
yang ada dimuka bumi ini hanyalah diri dan kelompoknya saja. Yang berbeda
dianggap aneh dan menyimpang bahkan sesat. Pernyataan ini membuat saya seperti
dipukul. Indonesia bukan hanya Islam saja, Protestan saja, Katolik saja, Hindu
saja, Budha saja, atau bukan Konghuchu saja. Semua agama tersebut diakui oleh Negara.
Lalu, apakah hanya karena kita mayoritas kita boleh bertindak seenaknya
terhadap minoritas? Pertanyaan ini bukan hanya untuk umat islam saja. Tetapi,
untuk semua agama yang mayoritas disuatu daerah. Bukan hanya kejadian demo
pendirian gereja di bekasi tetapi juga kejadian pembakaran gereja di tolikara.
Gampangnya, jika kita ingin tenang, nyaman, dihormati, dan dicintai, tentu kita
juga harus memberikan kesan tersebut terhadap orang lain. Itu teori sosiologis
sederhana. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpLast" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Lalu
apa yang saya ingin sampaikan? Saya cuman ingin menyampaikan bahwa kita hidup
di Indonesia bukan hanya terdiri atas satu agama saja. Indonesia terdiri dari
berbagai macam agama. Khusus untuk kasus pendirian gereja di bekasi seperti
yang saya ceritakan diatas. Coba kita telaah dari syarat pendirian rumah
ibadah. Tata cara pendirian rumah ibadah diatur dalam peraturan bersama Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan Nomor 9 tahun 2006 tentang pedoman
pelaksanaan Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan
Umat Beragama (FKUB), dan Pendirian Rumah Ibadah. Pada pasal 13 Perber Menag
dan Mendagri No. 8/9 Tahun 2006, disebutkan bahwa pendirian rumah ibadah
didasarkan kepada keperluan nyata dan sungguh-sungguh berdasarkan jumlah
penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah
kelurahan/desa. Pendirian rumah ibadah ini dilakukan dengan tetap menjaga
kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketertiban dan kenyamanan umum, serta
memenuhi peraturan perundang-undangan. Apabila keperluan nyata bagi pelayanan
umat beragama di wilayah kelurahan/desa tidak terpenuhi, maka pertimbangkan
komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau
kabupaten/kota/provinsi. Selain itu, ada syarat administratif yang harus
dipenuhi, antara lain :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 46.35pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Daftar
nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadah paling sedikit 90 orang
yang disahkan penjabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 46.35pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Dukungan
masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang disahkan oleh lurah/kepala
desa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 46.35pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Rekomendasi
tertulis dari kantor departemen agama kabupaten/kota<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 46.35pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Rekomendasi
tertulis dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten/kota.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Permohonan pendirian diajukan
oleh panitia pembangunan rumah ibadah kepada bupati.walikota untuk memperoleh
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) rumah ibadah. Bupati/walikota memberikan
keputusan paling lambat 90 hari setelah permohonan pendirian rumah ibadah
diajukan oleh panitia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Jadi,
jika semua syarat tersebut sudah dipenuhi maka, rumah ibadah tersebut legal
untuk didirikan. Nah, yang jadi permasalahannya adalah bagaimana ketika data
dipalsukan dan ada praktek <i>sogok-menyogok
</i>untuk memuluskan izinnya? Seperti yang terjadi di bekasi. Menurut broadcast
message yang saya dapatkan, data persetujuan warga dipalsukan dan ada praktek <i>sogok-menyogok </i>untuk memuluskan izin
tersebut. Seharusnya, yang kita lakukan adalah bukan mempermasalahkan pendirian
rumah ibadah tersebut. Tapi, buktikan bahwa tuduhan itu benar dan laporkan
kepada pihak yang berwajib. karena Negara kita Negara hukum, yaaa walaupun hukumnya
kadang timpang. Tapi, alangkah baiknya untuk kita mematuhi system yang telah
berlaku di Negara ini. Sistem akan berjalan baik jika system yang menggerakkan
manusia bukan manusia yang menggerakkan system. Itu argument saya dari segi
aturan yang berlaku di Negara ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Pendirian
rumah ibadah erat kaitannya dengan toleransi dan menghargai antar umat
beragama. Adanya rasa toleransi dan menghargai antar umat beragama tanpa
menggoyahkan keyakinan masing-masing bukanlah hal yang sulit untuk diterapkan
di Indonesia yang notebene masyarakatnya heterogen yang secara budaya memiliki
nilai untuk hidup rukun dan damai dalam perbedaan selama ratusan tahun. Yaa
memang tidak bisa dipungkiri jikalau sekarang Indonesia diwarnai oleh berbagai
peristiwa yang merusak kerukunan dan kedamaian umat beragama. Lalu apa yang
merusak tatanan kedamaian dan kerukanan antar umat beragama di Indonesia?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Coba
kita kembali ke masa kita sekolah dulu. Sejumlah pengamat dan akademisi
pendidikan mengatakan bahwa pendidikan agama di sekolah-sekolah tidak banyak
mengajarkan bagaimana hidup bersama, berdampingan dengan umat beragama lain
yang berbeda. Yang terjadi justru banyak doktrin untuk hanya meyakini agamanya
sendiri dan dalam waktu bersamaan menilai keliru bahkan sesat ajaran agama yang
dianut oleh orang lain. Akibatnya, peserta didik tumbuh menjadi manusia
beragama yang ekslusif. Yang hanya menilai ajaran agamanya sendiri yang paling
benar, sementara yang lain salah, sesat, dan tidak diterima oleh tuhan. Nah,
hal seperti inilah yang kontrapoduktif bagi upaya mewujudkan hidup damai dan
rukun dalam bingkai kemajemukan. Ketika dulu bersekolah di pondok pesantren,
saya sempat menjadi seperti ini. Menilai agama lain salah bahkan sesat.
Jangankan agama lain, ketika ada suatu aliran dalam Islam yang tidak sesuai
dengan ajaran yang diterima di pesantren. Saya akan menganggap aliran itu
sesat. Setelah saya menjalani kehidupan sebagai mahasiswa barulah saya mulai
menganggap bahwa perbedaan itu indah. Seandainya, pendidikan agama disekolah
menekankan pada prinsip humanism. Mungkin tidak akan terjadi hal-hal yang
mengganggu kehidupan beragama. Humanisme adalah sebuah cara pandang yang
melihat manusia sebagai unsur penting yang memiliki keluhuran dan martabat.
Humanism menurut pembaruan hidup dan terlebih sikap yang terus-menerus mau
menjadi manusiawi dan menghargai sifat kemanusiaan. Intinya humanisme
mengajarkan penghormatan terhadap martabat manusia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Seperti
yang dikatakan oleh Muhammad Munif diatas, bahwa berbagai persoalan
bernuansakan agama, mulai dari intoleransi, radikalisme, bahkan ekstremisme
disebabkan oleh sempitnya pemahaman keagamaan seseorang terhadap agamanya
sendiri, selain ketidaktahuan seseorang itu terhadap agama atau penganut agama
lainnya. Yang saya garis bawahi adalah “sempitnya pemahaman keagamaan seseorang
terhadap agamanya sendiri”. Greg Barton mengatakan bahwa dalam membaca Islam
kita harus mampu melihat arus-arus yang berada dalam tradisi Islam, baik yang
progesif maupun yang radikal. Islam progesif merupakan salah satu pandangan
keislaman yang moderat, karena mampu memahami nilai-nilai kemodernan, seperti
demokratis, HAM, dan pluralism secara baik. Berfikir moderat, bertinda terbuka,
toleran, menghormati dan menghargai keyakinan orang lain itulah yang harus kita
miliki demi terciptanya kerukunan dan kedamaian umat beragama. Untuk bersikap
seperti diatas, pendekatan dan persepektif yang digunakan adalah Pluralisme dan
Perenialisme. Pluralisma akan mengantarkan kita agar bersikap postif terhadap
menghadapi fakta kebinekaan dan perbedaan. Sedangkan perenialisme akan
memberikan kita pemahaman dan keinsyafan akan adanya titik temu ajaran,
esensi-esensi agama, kearifan dan spritualisme agama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Nurcholish
Madjid pernah menulis di Republika pada 10 Agustus 1999. Beliau mengatakan demikian
: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: 1cm;">
Puralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa
masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama,
yang justru menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralism. Pluralisme juga
tdak boleh dipahami sebagai “kebaikan negative” (negative good), hanya ditilik
dari kegunaannya menyingkirkan fanatisme (to keep fanatism at bay). Pluralisme
harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan
keadaban”. Bahkan pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan umat
manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang
dihasilkannya. Dalam kita suci justru disebutkan bahwa Allah menciptakan
mekanisme pengawasan dan pengimbangan dan pengimbangan antara sesama manusia
guna memelihara keutuhan bumi, dan merupakan salah satu wujud kemurahan tuhan
yang melimpah kepada manusia. <o:p></o:p></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: 1cm;">
“seandainya Allah tidak mengimbangi segolongan manusia dengan
segolongan yang lain, maka pastilah bumi hancur; namun Allah mempunyai
kemurahan yang melimpah kepada seluruh alam.” (Alquran, Surah
Al-Baqarah/2:251).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">yang
mau saya singgung adalah ayat Alquran yang dikutip oleh Cak Nur tersebut. Allah
saja mengimbangi satu golongan dengan golongan yang lainnya. Artinya Allah
menciptakan manusia tidak hanya terdiri atas satu golongan saja. Tidak hanya
terdiri dari satu agama saja. Kenyataannya agama samawi yang turun ke Bumi ada
3, Yahudi, Nasrani dan terakhir Islam. Ayat diatas juga linier dengan Surah
Al-hujarat ayat 13 yang artinya “Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kami berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal .......”. Allah menciptakan
manusia yang terdiri atas berbagai macam golongan bukan untuk kita saling
menindas, saling menjatuhkan dan saling menyakiti satu sama lain, melainkan
untuk kita saling mengenal satu sama lain. Lebih lanjut Muhammed Arkoun
Mengatakan “Bukan untuk memberikan sumbangan terselenggaranya suatu perjumpaan
(<i>encounter)</i> yang akan membuat kita
berfikir cara pandang “saya dan kita versus kamu dan mereka”, melainkan bagi
terciptanya suatu ruang baru bagi kesalingpahaman dan kebebasan”. Perkataan ini
bisa dijadikan untuk memberikan pemahaman bahwa keberagaman yang Allah ciptakan
adalan untuk kita saling paham satu sama lain bukan untuk saling membuktikan
eksistensi golongan sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Hilangnya
kedamaian antar umat beragama yang ada di Indonesia sebenarnya sudah
diperingtkan oleh Allah SWT. Allah berfirman yang artinya: Jangan berdebat
dengan para pengikut wahyu terdahulu, kecuali secara lemah lembut --- jika
tidak demikian mereka akan cenderung berbuat jahat--- dan katakanlah: “ kami
beriman kepada apa yang telah diberikan kepada kami, serta apa yang telah
diberikan kepadamu, karena tuhan kami dan tuhan kamu adalah satu dan sama, dan
kepadanya kita menyerahkan diri”. (QS 29: 46). Seperti yang saya katakana
diatas bahwa agama samawi ada 3, Yahudi, Nasrani dan yang terakhir Islam.
Kristen sekarang itu merupakan representative dari Nasrani walaupun banyak yang
mengatakan bahwa injil digunakan telah mengalami banyak perubahan. Jika kita
tarik ke ayat diatas, kita dilarang untuk berdebat dengan mereka (para pengikut
wahyu terdahulu) menggunakan cara yang kasar. Ketika itu terjadi, mereka akan
membalas kita dengan perbuatan yang jahat. Allah sudah memperingatkan kita akan
hal tersebut, tetapi kenapa kita masih melakukan itu? Toh dalam surat
Al-Kafirun ayat 6 Allah juga berfirman, yang artinya : bagimu agamamu, bagiku
agamaku. Itu kan sudah jelas bahwa bagi mereka yaa agama mereka. Bagi kita yaaa
agama kita. Janganlah menggangu keharmonisan masyarakat dengan perang antar
agama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Kembali
ke teori sosiologis tadi. Jika kita ingin tenang, nyaman, dihormati, dan
dicintai, tentu kita juga harus memberikan kesan tersebut terhadap orang lain.
Artinya jika kita ingin damai, maka berilah rasa damai kepada orang sekitar
kita. Pepatah arab dalam Mahfuzhot juga mengatakan “Man Zholama, Zhulima”
Barangsiapa yang menzolimi maka akan dizalimi. Hukum sebab akibat terjadi
disini. Lantas,apakah kita masih memaksakan bahwa agama yang kita anut benar?
Kita berdakwah atau hanya memaksakan eksistensi keberadaan agama kita? Ketika
kita menjadi kaum minoritas apakah kita masih bisa berbuat sebebas ini? Coba
kita fikirkan baik-baik akibat yang akan ditimbulkan oleh tindakan kita yang
sekarang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<br /></div>
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Wallahu a’lam Bish Showab</span></i>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-78863846538951659132015-12-15T03:47:00.000-08:002019-12-11T04:04:25.056-08:00Deskripsi Metode Berfikir Rene Descartes<div align="center" class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";"> “Aku Berfikir Maka Aku ada”. Sebuah ungkapan
yang ditelurkan oleh Rene Descartes. Seorang filsuf dan matematikawan asal
Prancis yang kadang disebut sebagai bapak filsafat Modern dan Bapak Matematika
Modern. Kalo dibedah secara kata kata perkata. Ada 2 kata yang membuat kita
bertanya yaitu <i>Cogito </i>dan <i>Sum. </i>Cogito yang berarti kepala atau
pikiran dan Sum yang berarti ada atau hidup. Lalu kenapa Descartes bisa
menelurkan slogan itu? Karena menurutnya antara kepala dan dunia dihubungkan oleh media Ilmu
Pengetahuan (sebagai ergo) melalui aktifitas berfikir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Saya mencoba
menerjemahkan secara bebas, maka akan menjadi sebuah urutan menuju dunia.
Pertama dimulai dengan berfikir, setelat kita berfikir akan menjadi ilmu
pengetahuan dan setelah menjadi ilmu pengetahuan maka jadilah dunia. Sehingga,
jika kita tidak berfikir maka tidak jadilah dunia ini. Contohnya, benda-benda
diluar angkasa tidak akan pernah ada, jika Galileo Galilei tidak bisa memakai
teropong untuk melihatnya. Teropong adalah buah dari pikiran Galileo.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Dari pengantar
diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semua yang kita ketahui sekarang
adalah buah dari pikiran. Jadi, tindakan awal kita adalah berfikir. Toh yang
membedakan kita dengan makhluk tuhan lainnya adalah akal. Dan akal adalah alat
yang kita gunakan untuk berfikir. Dan berfikir juga tidak sembarangan perlu
sistematika untuk menelurkan ilmu pengetahuan dan akhirnya menjadi dunia
(seperti slogan Rene Descartes). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Menurut saya, hanya
ada satu disiplin ilmu yang menuntun untuk berfikir secara sistematis. Yaitu
matematika. Kenapa? Karena matematika bukan hanya masalah hitung menghitung
semata, tapi juga ada konsep disana. Alasan - alasan kenapa bisa mencapai hasil tersebut. Ketika
kita berfikir matematika itu berbicara hasil akhir, kita salah besar. 2+3=5 itu
bukan matematika, tetapi aritmatika. Ketika kita bertanya kenapa 2+3=5? Itulah
matematika. Matematika mengungkap alasan dibalik sebuah fenomena melaui angka,
bilangan dan symbol. Sekarang, ilmu alam mana yang tidak disandarkan dengan
matematika? Tekhnik dengan matematika sampai kepada ekonomi yang merupakan ilmu
social pun tidak sempurna kalo tidak disandarkan dengan statistic dan statistic
bagian dari matematika. Sekarang, saya mencoba membuat Matematika sebagai
penuntun kita dalam berfikir. Hapus semua angka dan bilangan dalam matematika
dan kita ambil esensi-esensi dalam matematika tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Dalam bukunya Tan
Malaka yang berjudul Medilog, dikatakan bahwa ada “<i>Three Defenition of Science” </i>atau 3 Defenisi Sains.<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraph" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><i><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Accurate thought</span></i><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"> atau cara berfikir akurat<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraph" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><i><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Organization of Facts </span></i><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">atau penyusunan Bukti. Dan,<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraph" style="margin-left: 46.35pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><i><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Simplification by Generalization </span></i><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">atau penggampangan yang
mengumumkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Ketiga definisi
itu, satu sama lainnya berhubungan, isi mengisi dan tambah menambah. Untuk
berfikir secara matematis, definisi pertama lah yang dituju, lalu ke definisi
yang kedua dan begitu seterusnya. Oh iya, kata definisi disini berarti
ketetapan atau kepastian. Dalam matematika, Definisi ini sangat penting sekali
karena semua theorema (teori) disandar kepada definisi. Definisi ini menuntun
kepada <i>accurate thought,</i> akurasi dan
berfikir. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Kita telaah dari
definisi yang pertama yaitu berfikir secara akurat. Menurut Rene Descartes,
definisi yang pertama ini artinya adalah jangan menerima apapun sebagai sesuatu
yang benar kecuali, jika sudah mengetahuinya secara jelas bahwa itu memang
benar. Dengan kata lain, hindari penyimpulan yang terlalu cepat dan prasangka. Dan
tidak memasukkan apapun dalam pandangan kecuali apa yang tampil amat jelas dan
gambalang dalam nalar, sehingga tidak ada kesempatan untuk meragukannya. Contoh
ketika banyak orang mengatakan bahwa jasad Muhammad ikut dalam Isra’ dan
Mi’raj. Kita jangan langsung menerima itu benar sebelum ada bukti yang jelas
atau empiris (karena di Al-qur’an tidak dijelaskan apakah jasad Muhammad ikut
dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj). Kita harus menelaah dulu apakah benar jasad
Muhammad ikut atau mungkin juga tidak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Definisi yang kedua
adalah <i>Organization of Fact. </i>Menyusun
fakta (bukti-bukti). Untuk definisi ini, Rene Descartes mengatakan bahwa pilih
satu persatu kesulitan yang akan ditelaah menjadi bagian bagian kecil sebanyak
mungkin atau sejumlah yang diperlukan, untuk memudahkan penyelesaian. Kembali
kepada kasus Isra’ Mi’raj. Tahapan kedua untuk membuktikan jasad Muhammad ikut
atau tidak adalah, mencari bukti-bukti yang mengatakan bahwa jasad Muhammad
ikut dalam isra’ mi’raj. Apa saja yang bisa membuktikan secara empiris bahwa
jasad Muhammad ikut dalam perjalanan tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Definisi yang
ketiga adalah, <i>simplification of generalization.</i>
Disinilah kita mulai menganalisis data (fakta) yang kita temukan dan mulai
mengaitkan terhadap sesuatu yang umum sudah terjadi. Menurut metode berfikir
Rene Descartes, pada tahap ini kita mulai berfikir secara runtut, mulai
menganalisis objek-objek yang paling sederhana dan paling mudah dikenali, lalu
meningkat setahap demi setahap sampai ke masalah yang paling rumit dan bahkan
menata dalam urutan obyek-obyek yang secara alamiah tidak beraturan. Dan ditahap ini juga kita melakukan perincian
yang selengkap mungkin dan pemeriksaan secara menyeluruh sampai yakin bahwa
tidak ada yang terlupakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Penalaran atau
metode berfikir seperti ini yang banyak digunakan oleh semua ahli matematika.
Mereka tidak akan menganggap benar sesuatu yang baru sampai mereka menemukan
fakta-fakta serta menganalisis fakta tersebut. Sebenarnya, mudah saja untuk
bisa berfikir secara matematis. Asalkan kita menolak untuk menerima apapun yang
tidak benar sebagai benar, dan kita selalu mempertahankan urutan yang
seharusnya untuk menyusun masalah satu persatu. Permasalahannya adalah ketika
kita mulai menganalisis hasil temuan. Mulai dari mana kita berangkat. Untuk
pribadi saya sendiri. Saya tidak pernah menemukan kesulitan untuk memulai dari
mana analisis suatu masalah. Karena saya sudah tahu harus memulai dari yang
paling sederhana dan yang paling mudah dikenali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Contoh ketika saya
menganalisis kasus jasad Muhammad tersebut. Saya mulai berangkat dari hal yang
paling mudah dikenali. Apa? Yaa saya kenal dengan disiplin ilmu yang saya
tekuni. Saya mulai mencari rumus yang pas untuk membuktikan apakah jasad
Muhammad ikut dalam isra’ mi’raj atau tidak. Dan akhirnya saya sampai kepada
suatu kesimpulan dari analisis tersebut (hasilnya ada di <a href="http://kkurus.blogspot.co.id/2015/12/apakah-jasad-muhammad-ikut-dalam-isra.html?m=1">http://kkurus.blogspot.co.id/2015/12/apakah-jasad-muhammad-ikut-dalam-isra.html?m=1</a>
).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Rene Descartes
mengatakan bahwa ketaatan pada beberapa prinsip yang telah dipilih itu
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan beberaoa persoalan. Sampai dengan
persoalan itu baru pertama kita hadapi. Contoh yang hal terjadi kepada salah
seorang senior saya. Dia seorang dosen disebuah perguruan tinggi di malang.
Suatu saat dia dihadapkan kepada suatu masalah, yaitu vespa nya mogok di jalan
dan tidak bisa nyala. Lalu Dia duduk untuk berfikir apa yang salah dengan
vespanya. Dia menggunakan metode berfikir seperti diatas. Mulai dari tidak
terlalu cepat untuk menyimpulkan sesuatu. Lalu dilanjutkan dengan mengumpulkan
data. Mengecek komponen yang membuat mesin vespanya bekerja. Setelah itu dia
mulai menganalisis segala kemungkinan dari fakta yang dia temukan tentang kerja
sebuah mesin. Dan akhirnya vespanya pun kembali bisa dijalankan. Kasus ini
menunjukkan bahwa ketaatan kita kepada sesuatu akan memudahkan kita
menyelesaikan masalah tersebut. Dan semuanya dimulai dari berfikir. <o:p></o:p></span></div>
Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-68795638888228690672015-12-11T01:37:00.002-08:002019-12-11T04:04:25.023-08:00Apakah Jasad Muhammad Ikut dalam Isra’ Mi’raj?<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div align="center" class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: center;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">“</span></i><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Maha Suci Allah,
yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil
Al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar
lagi Maha Melihat”</span></i></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">(QS
17:1)</span></i></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Berbicara tentang kerasulan Muhammad
SAW. tentunya tidak terlepas dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Sebuah perjalanan
yang menimbulkan pertanyaan besar. Apakah benar Muhammad melakukan perjalanan
ke tempat yang jauh dalam waktu yang singkat? Apakah benar Muhammad melakukan perjalanan
menembus ruang dan waktu hingga <i style="mso-bidi-font-style: normal;">sidratul
muntaha </i>untuk bertemu dengan Allah SWT.?</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Seluruh umat Islam di dunia ini
mempercayai bahwa Muhammad melakukan perjalanan itu. Tetapi, sebagian umat
agama lain tidak mempercayai itu. Karena pertanyaannya adalah kendaraan apa
yang digunakan oleh Muhammad dalam melakukan perjalanan itu. Sedangkan ilmu
pengetahuan pada saat itu belum menemukan kendaraan yang bisa mengantarkan
Muhammad dari Masjidil Haram (mekkah) ke Masjidil Al-Aqsa (Palestina), yang
berjarak 1.953 km dalam waktu yang singkat. </span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Sekarang, dengan perkembangan
ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Apalagi didukung dengan penemuan kecepatan
cahaya (3.10<sup>8</sup> m/s) yang melebihi kecepatan suara (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">super sonic</i>). Perjalanan Muhammad bisa
diterima oleh khalayak banyak. Artinya, saat itu Muhammad diperjalankan oleh
Allah SWT. dengan kecepatan cahaya atau mungkin bisa lebih. Mengapa saya
berasumsi Muhammad diperjalankan dengan kecepatan cahaya? Karena, untuk
menempuh perjalanan dengan jarak yang hampir 2000 km dalam waktu singkat, kecepatan
apalagi yang digunakan kalau bukan kecepatan cahaya?</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Untuk membaca tulisan ini mari
kita samakan asumsi kalau Muhammad diperjalankan dengan kecepatan cahaya. Pertama
kita bahas waktu yang ditempuh oleh Muhammad dari Mekkah ke Palestina. Rumus
awalnya adalah Jarak = Kecepatan x Waktu. Berarti kalau kita mau menghitung
waktu tempuh, rumusnya menjadi Waktu = Jarak/Kecepatan. So, dengan kecepatan
cahaya 3.10<sup>8</sup> m/s (300.000.000 m/s) berarti jika dikonversi ke satuan
KM menjadi 300.000 km/s. Lalu kita mulai menghitung waktu tempuhnya. Kita bulatkan
saja jarak mekkah ke palestina menjadi 2000 km (agar mudah menghitungnya). Sekarang,
kita masukkan ke rumusnya Waktu = 2000 Km/300.000 Km/s. Hasilnya, 1/150 s. Jadi,
Muhammad hanya memerlukan 1/150 s untuk menempuh jarak 2000 Km.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Kemudian, yang menjadi masalah
buat saya adalah efek yang ditimbulkan dari pergerakan tersebut. Contoh kecil
saja, ketika kita menonton film “Fast and Furious 5” ada sebuah adegan ketika 4
tokoh melakukan pencurian mobil polisi dan melakukan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Drag Race </i>dengan jarak yang pendek dari satu lampu lalu lintas ke
lampu lalu lintas lainnya. Hanya dengan kecepatan ratusan km/jam saja sudah
mampu menggetarkan kaca ruko disekitar lintasan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Race<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></i>tersebut. Kalau kita
kaitkan dengan peristiwa yang dialami oleh Muhammad, beliau bergerak dengan
kecepetan cahaya yang mencapai 300.000 km/s. Berarti efek yang ditimbulkan pun melebihi
apa yang diilustrasikan di film Fast & Furious tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Selanjutnya, saya mencoba
mengaitkan dengan rumus yang diciptakan oleh Albert Einsten yaitu, E=MC<sup>2</sup>.
E= Energi, M= Massa, C= Konstanta Kecepatan Cahaya (3.10<sup>8</sup> m/s). Artinya,
ketika ada benda yang bermassa bergerak dengan kecepatan cahaya ada energi yang
akan dihasilkan. Kalau kita kaitkan dengan kejadian Isra’ dan Mi`raj, ada
energi yang dihasilkan dan itu sangat besar. Coba kita hitung. Kita berandai
andai kalo Muhammad memiliki massa 60Kg (diambil dari rata rata massa umat
Muhammad). Lalu masukkan ke dalam rumus tersebut :</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">E= 60 x (3.10<sup>8</sup>)<sup>2</sup></span></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">E= 60 x 9.10<sup>16</sup></span></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">E= 540.10<sup>16</sup></span></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Coba kita telaah hasil dari
perhitungan diatas. Betapa besar energi yang dihasilkan oleh perjalanan Isra’
dan Mi’raj. Dengan energi yang begitu besar ini saya tidak bisa membayangkan
apa yang terjadi didaerah sekitar lintasan perjalanan (Mekkah sampai
Palestina). Kalau kita kaitkan dengan Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki, tentu
dengan energi yang dihasilkan oleh perjalanan ini efek yang ditimbulkan sangatlah
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">waaaaaaaaaaaah</i>. Tetapi, coba kita
lihat keadaan daerah sekitar lintasan Isra’ Mi’raj, apakah ada yang berdampak
melebihi Bom Hiroshima dan Nagasaki? Jangankan melebihi, untuk sama dengan efek
Bom tersebut saja, saya tidak melihatnya. </span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Ketika tidak ada efek secara
empiris, maka tidak ada energi yang dihasilkan dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj
tersebut. Lalu, apa yang membuat energi tersebut tidak ada? Jikalau kita
kembali kepada rumus E=MC<sup>2</sup>. Jika energi yang dihasilkan tidak ada
maka, E = 0. Kalau E = 0 maka, ada yang membuatnya menjadi 0. Lalu, apa yang
membuatnya menjadi 0? Dua element yang menghasilkan energi menurut rumus
tersebut adalah Massa dan Konstanta kecepatan cahaya. Jadi, satu satunya yang
membuat energi tersebut menjadi 0 adalah massa. Karena element yang satunya
lagi adalah konstanta. Ketika manusia tidak mempunyai massa, maka tidak ada
jasad yang menyelimutinya. Karena, jasad mempunyai massa dan tidak nol. Maka siapa
yang diperjalankan oleh Allah ketika Isra’ dan Mi’raj?</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Ini yang menjadikan kajian saya
tidak berhenti sampai di pertanyaan ini. Saya tetap menjadikan Al-Quran sebagai
sumber ilmu pengetahuan. Tidak mungkin Al-Quran Menghianati Ilmu Pengetahuan.
Maka dari itu saya tetap percaya bahwa Muhammad yang diperjalankan oleh Allah
ketika Isra’ Mi’raj. </span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Beberapa saat saya duduk dan
mencoba mencari tahu sesuatu seperti apa yang mempunyai massa 0. Disiplin ilmu
yang saya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">geluti</i> tidak membahas
tentang massa. Kemudian saya bertanya kepada seseorang yang sedang duduk di
samping pintu UKM. Dia seorang sarjana fisika. Dia bilang “gelombang mempunyai
massa 0”. Lalu, apa yang ada didalam diri manusia yang berbentuk gelombang?. Saya
mulai berfikir, manusia itu punya dua unsur yaitu jasad dan ruh. Jika dikaitakan
dengan terjadinya Isra’ dan Mi’raj tadi, jasad sudah tidak mungkin ikut dalam
perjalanan tersebut karena jasad mempunyai massa. Dan massa lah yang
menghasilkan energi. Jadi, satu-satunya dalam diri Muhammad yang bisa ikut
dalam perjalanan tersebut adalah ruh nya.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Pada saat Isra' Mi'raj,
dikisahkan bahwa Rasulullah dan Jibril telah tiba di Sidratul Muntaha, namun
malaikat Jibril berkata kepada Muhammad bahwa ia sudah tidak sanggup lagi
mengantar Muhammad untuk menghadap ke Hadirat Allah SWT. Jibril berkata:
"Aku sama sekali tidak mampu mendekati Allah, perlu 60.000 tahun lagi aku
harus terbang. Itulah jarak antara aku dan Allah yang dapat aku capai. Jika aku
terus juga ke atas, aku pasti hancur luluh".</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Perhatikan kisah diatas! Ketika
Jibril berkata “Jika aku terus ke atas, aku pasti hancur luluh”. Coba kita
analisis kalimat “hancur luluh”. Kalo ditafsirkan secara bahasa, jasad Jibril
akan hancur ketika sampai ke sidratul muntaha. Jibril diciptakan dari cahaya. Di
bukunya Tan Malaka yang berjudul “Medilog” dikatakan bahwa dahulu kita hanya
mengenal 4 element yang ada di Bumi yaitu Air, Api, Udara dan Tanah. Dan diantara
4 element ini Tanah merupakan element paling lemah. Jadi, cahaya aja bisa
hancur ketika masuk ke sidratul muntaha, apalagi manusia yang hanya terbuat
dari tanah. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Ketika saya menanyakan ini kepada
teman – teman di pondok dahulu, saya mmendapati jawaban yang mengatakan bahwa
para ulama pun memiliki pendapat yang berbeda tentang masalah ini. Ada yang berpendapat
bahwa Jasad Muhammad ikut dalam perjalan ini ada juga yang berpendapat hanya
ruh<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nya saja yang ikut. Berdasarkan perhitungan
dan kajian diatas, saya berpendapat bahwa hanya ruh nya Muhammad saja yang ikut
dalam perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Tetapi, saya tidak akan
menyalahkan pendapat para ulama yang mengatakan bahwa Jasad Muhammad juga ikut
dalam perjalanan tersebut. Karena para ulama memiliki kajian tersendiri dalam
masalah ini. Dan para ulama pun tentunya lebih menguasai ilmu keagamaan
daripada saya. Dan kembali pertanyaan diatas muncul “Apakah Jasad Muhammad Ikut
Dalam Perjalanan Isra’ Mi’raj?”</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Wallahau a’lam Bish Shawab</span></i>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-53553356247549768382015-02-06T13:53:00.001-08:002019-12-11T04:04:24.998-08:00Enaknya Jadi Anak Pondok (Pesantren)<div style="text-align: justify;">
Baru-baru ini gue ngepos tentang sebuah perasaan gue kepada seseorang. seseorang yang gue kenal ketika gue masih menuntut ilmu disebuah pondok pesantren dibilangan Bekasi, Jawa Barat. ada yang protes dengan Bekasi? ga ada kan ya? aman berarti. gara-gara tulisan itu, gue kembali mengarungi dalamnya lautan ingatan gue. mengingat masa yang menyenangkan ketika disana. mengingat dimana gue belajar dan membentuk diri gue yang sekarang. dan buat yang kenal gue di malang, dengan gue yang begini jangan salahkan didikan pondok gue tapi emang karena cetakan dari sananya gue udah begini hahaha :p</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
pondok pesantren dengan segala lika-liku kehidupan yang ada didalamnya. semua jenis karakter manusia ada disana. mulai dari yang royal, pelit, pinter, bodoh, serius, kocak, konyol, pokoknya semua ada disana dah. sekarang gue begini, temen gue ada yang lebih dari gue sekarang hahah :p. satu hal yang menarik ketika di pondok yaitu 80% orangnya humoris. tidak ada menit yang terlewatkan tanpa ketawa. kecuali, pas pelajaran guru-guru killer dan guru-guru senior baru pada serius yaaa walaupun kadang banyak juga ketawanya. dalam hal pelajaran cuman 1 pelajaran yang bikin setress. bukan fisika, kimia, biologi atau matematika (gue jurusan IPA). tapi yang bikin setress itu pelajaran <i>TAHFIZUL QUR'AN</i> . kalo yang gatau ini pelajaran dimana kita diwajibkan menghapal Al-Qur'an. nih yaa lu bayangin aja, ngapalin rumus yang sealaihum gambreng aja otak gue sampe tumpeh tumpeh apalagi ngapalin Al-Qur'an, botak mungkin gue. makanya gue kabur mulu pas pelajaran ini hahaha :p. udah ah disini kan niatnya mau ngasih tau enaknya jadi anak pondok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
oke deh, kita mulai dari yang pertama. <b>"Anak pondok akan terlihat awet muda"</b> kenapa gue bilang begitu? karena gue ngalamin sendiri kejadian ini. dengan umur gue yang udah semster tua, sebut saja semester 8. ga jarang gue dibilang masih MaBa (Mahasiswa <strike>Basi </strike>Baru) dan baru-baru ini gue malah disangkain masih kelas 2 SMA. keren kan? gimana ga keren, kuliah yang udah diujung tanduk tapi masih kelihatan kayak anak kelas 2 SMA. ini terjadi karena ketika gue masih di pondok, gue dikelilingi oleh orang yang humoris. kalo kata Gus Dur, gudangnya humor itu ada di pondok pesantren. ini tidak terbantahkan karena gue ngalamin langsung. orang banyak bilang kalo sering ketawa itu awet muda. dan gue udah ngebuktiin itu. gue banyak ketawa dan banyak senyum. tapi efek negatifnya lu akan disangkain gila sama orang-orang</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
kedua, sebenarnya ini masih efek dari humoris tadi. <b>"lu akan mudah beradaptasi atau mudah diterima dengan lingkungan baru lu". </b>membuat orang ketawa dan melakukan hal yang konyol itu beda tipis. kalo lu nonton anime naruto lu akan ketemu kata-kata kayak gini <b>"kadang orang konyol lebih disukai dari yang lainnya" </b>sekali lagi ini gue buktikan. dengan gue bertingkah konyol, gue lebih cepat diterima dilingkungan baru gue. mungkin bukan konyol yaa tapi homuris sedikit konyol dan berbau mesum hahaha. tapi, tergantung lingkungan juga sih. mungkin karena gue berada di lingkungan jurusan matematika yang diisi dengan manusia serius, gue hadir dengan sepercik cahaya membawa ketawa di matematika 2011 kampus gue. *Pede mampus gue*. padahal mah gue dikucilin diangkatan gue. buktinya, temen-temen gue udah berkutat dengan skripsi tapi gue masih aja berebut kelas dengan ade angkatan. *oke ini diluar konteks*. hal lain yang mendukung lu mudah diterima adalah, lu gampang mengindentifikasi sifat orang-orang yang ada disekeliling lu. kenapa gue bilang begini. diawal sudah gue bilang di pondok itu semua sifat manusia ada didalamnya. dan lu hidup dengan mereka selama 6 tahun. dari bangun tidur sampe tidur lagi ketemunya itu itu aja. pastinya lu paham dong dengan sifat dan cara menghadapi mereka. maka dari itu, anak pondok akan lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ketiga, "<b>Lu akan lebih santai dalam menghadapi sebuah masalah" </b>lu pernah denger kata-kata begini kan "<i>Don't judge the book by a cover". </i>Tapi, orang indonesia ga bisa begitu. orang indonesia itu pasti "<i>Judge the book by a cover"</i>. melihat segala sesuatu hanya dari penampilannya saja. orang indonesia akan terlihat sedang ada masalah hanya dengan melihat ekspresi mukanya. jadi, orang sedikit agak segan mendekati orang terlihat punya banyak masalah. dengan ekspresi begitu lu akan terlihat sangat menyedihkan. hidup itu cuman sekali, maka manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. tapi, untuk masalah ini tidak akan berlaku bagi anak pondok. di pondok dulu, ada mata pelajaran yang namanya mahfuzot yang berisi pepatah-pepatah arab yang memotivasi seseorang. salah satu dari kata mutiara yang gue inget dan gue jadiin pegangan hidup adalah "<b>Jangan katakan wahai tuhan aku mempunyai masalah yang besar, tapi katakanlah wahai masalah aku punya tuhan yang besar"</b>. kira-kira begitu redaksinya. pokoknya jangan takut dengan masalah karena kita punya tuhan yang selalu menolong kita. dan juga <b>tuhan tidak akan memberikan ujian lebih dari kemampuan umatnya</b>. tapi dosen ga begitu, selalu memberikan ujian diluar kemampuan gue. bukan salah dosen juga sih, guenya aja yang ga bisa ngerjain soalnya :p *oke ini diluar konteks*. jadi, sebagian anak pondok akan terlihat biasa-biasa aja ketiga mereka menghadapi masalah. karena mereka berpegang teguh kepada 2 kalimat diatas. mahfuzot diatas sinkron dengan perkataan Charlie <strike>Van Houten </strike>Chaplin. beliau mengatakan " Kita memang punya banyak masalah dalam hidup. tapi, bibir kita tidak tahu kalo kita punya masalah. Jadi, tetaplah tersenyum karena senyum merupakan shodaqoh" eh, tapi chaplin ga bilang kalo senyum merupakan shodaqoh :p</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ini yang terakhir dan paling penting dari enaknya jadi anak pondok yaitu "<b>anak pondok ga bakalan bisa jadi pemain BO**KEP"</b>. bukan kita taku dosa, azab dan lain sebagainya tapi karena memang kita ga bisa. belum dicasting aja udah ditolak. baru buka celana aja udah pasti ditolak. ini karena sebuah kutukan buat anak pondok. gue ceritain dari awal. tapi ini khusus laki-laki, gue gatau dah kalo cewe ngalamin apa ga. tapi kayaknya ga dah. kalo anak-anak pondok yang cowo udah familiar dengan istilah "<b>Stempel Pondok". </b>menurut senior gue, belum sah kita jadi anak pondok kalo kita belum dapet stempel pondok. stempel ini didapatkan setelah kita kena penyakit yang namanya "<b>GALER" </b>atau dikalangan santri pondok gue dikenal dengan nama <b>GAruk pe**LER. </b>penyakit ini menyerang daerah selangkangan dan sekitarnya. gue juga gatau kenapa yang diserang hanya daerah sekitar itu aja. kenapa ga daerah badan, tangan, atau kepala, atau bagian lainnya dah selain daerah selangkangan. dan setelah sembuh, terbitlah stempel pondok yaitu bagian selangkangan kita akan berubah menjadi hitam. bagi yang pernah nonton bokep, lu pasti lu semua ngeliat gimana bersihnya daerah selangkangan pemeran cowonya. bersih dan putiiiiiiiiiiiih men ga item. lah, kita anak pondok selangkangannya item semua. sampai sekarang gue berfikir tuhan menjaga anak anak pondok dari kenikmatan dunia yang sesaat ini dengan penyakit galer. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
cuman itu yang bisa gue bagi ditulisan kali ini. "berbahagialah kalian yang menjadi anak pondok. jangan takut dikatain kuper, gaptek, dll. karena kalian mendapatkan lebih dari yang ga tinggal dipondok !!!"</div>
Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-44326223654107771502014-08-01T15:29:00.002-07:002019-12-11T04:04:24.956-08:00Wanita dan Perempuan<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hello guys. Gimana kabarnya? Udah
lama juga ga ngeposting tulisan terbaru. Maklum selama satu bulan ini
disibukkan dengan tugas PKL dan beberapa tugas lainnya. Udah jarang banget baca
buku lagi tapi baca komik jalan terus. Jadi, belum mendapatkan inspirasi buat
tulisan terbaru. Oh iya, mumpung masih bulan syawal, gue minta maaf yaa atas
segala kesalahan gue. baik disengaja maupun tidak sengaja. Buat objek tulisan
gue juga manatau kalian semua merasa tersinggung dengan apa yang gue tulis
menyangkut kalian. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Setelah sedikit lepas dari tugas PKL
dan mempersiapkan fisik untuk melakukan pendakian ke gunung argopuro, gue
merasa banyak waktu luang. Dan mulailah gue membaca buku-buku yang sempat
terbengkalai. Dan gue menemukan suasana yang tenang dan sedikit menentramkan
hati gue. dan tentunya gue menemukan beberapa pengetahuan yang sebelumnya gue
belum tau. Yaa seperti pengetahuan tentang Wanita dan Perempuan. Bukan sifat
atau sikap mereka tapi definisi dari dua kata tersebut. Kapan perempuan disebut
wanita dan kapan wanita disebut perempuan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Pengetahuan ini gue dapatkan saat
gue baca novel yang berjudul BLACK PAPER, karyanya FAIZA AFLIHA. Novel ini
bercerita tentang seorang mahasiswa sastra tingkat akhir yang bernama Paula.
Paula yang sedang menyelesaikan tugas akhirnya sebagai mahasiswa (skiripsi)
yang meneliti sebuah novel karya Zeus Shenandoah yang berjudul “<i>Don`t Ask,
Don’t Tell”. </i>yang bercerita tentang seorang mahasiswa yang membela kaum
gay. Disanalah kisah itu dimulai. Kisah pertemuan antara Paula dan Zeus
bermula. Bagaimana satu demi satu sisi gelap kehidupan Zeus terungkap. Dan
membuat Paula berharap tidak hanya menjadi seorang penggemar biasa. Tapi Paula
ingin menjadi lebih. Tapi, yang menarik dari novel itu bukan kisah cinta antara
Paula dan Zeus. Tapi, bagaimana yang menarik adalah tokoh dalam novel karya
Zeus tersebut yang bernama Veg. apakah Veg ini merupakan alter ego dari si
Zeus? Dan apakah novel ini menunjukkan orientasi seksual dari Zeus? Untuk lebih
lengkapnya silahkan baca sendiri novelnya. Dan ingat yaa belinya jangan yang
bajakan. Kasihan penulisnya udah nulis cape-cape, tapi kalian belinya bajakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Bukan tentang kisah cinta yang akan
saya bagikan disini. Tapi, ada sedikit pengetahuan yang mungkin ga semua dari
kita tau tentang hal yang ini. yaitu tentang Wanita dan Perempuan. Sekilas dua
kata ini memuat makna yang sama. Tapi, setelah saya membaca novel itu saya baru
tau kalo 2 kata ini sangat berbeda. Dimana sih bedanya? Ayo kita kupas sati
persatu. Kalo kalian ingin tau lebih dalam silahkan beli novelnya dan buka
halaman 113.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Apasih Wanita itu? Dari novel yang
saya baca itu. Wanita dalam etimologi jawa berasal dari kata <i>Wani </i>dan <i>ditoto.
Wani ditoto </i>artinya berani ditata atau berani diatur. Ditata atau diatur
jelas memiliki arti pengabdian yang tersirat. Maka dari itu tidak salah dalam
Islam Ibu (seorang wanita) memiliki derajat yang lebih tinggi dari sang Bapak.
Karena Ibu ini memiliki tingkat pengabdian yang tinggi. Pengabdian kepada sang
suami dan pengabdian kepada tuhan yang telah menitipkan seorang manusia di
dalam kandungannya (bayi). Dari definisi diatas seorang wanita dinilai lebih
tinggi karena pengabdiannya. Dalam diri wanita itu Kesetiaan atau Pengabdian
lebih baik daripada kemandirian. Dalam KKBI pun kata wanita adalah bentuk
ameliorasi dari kata perempuan. Seolah perempuan disosiasikan tanpa nilai.
Padahal kata perempuan itu berasal dari bahasa sansekerta yang terbentuk dari
kata per-empu-an. <i>Per </i>artinya makhluk. <i>Empu </i>artinya mulia,
berilmu tinggi, pembuat suatu karya yang agung. Leluhur bangsa ini memberikan
makna yang dalam untuk kata perempuan sebagai bentuk penghormatan tinggi kepada
kaum wanita. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kalau kita kaum laki laki bilang
kemuliaan wanita itu diukur dari tingkat kesetiaan terhadap laki-laki, berarti
kita masih terikat dalam bahasa jawa kuno yang bersifat feodal. Mungkin masih
sedikit laki laki yang mengetahui atau bahkan memahami definisi kata wanita dan
perempuan ini. Atau bahkan kaum wanita atau peremuan pun juga masih belum
memahami apa itu wanita dan perempuan. jadi, wanita atau perempuan pun tidak
bisa menganggap kaum laki laki salah dalam memperlakukan mereka. Dan seharusnya
wanita atau perempuan ini tau arti dari 2 kata tersebut. Biar mereka bisa
memilih kepada siapa mereka mau dipanggil wanita, orang yang dikehendaki untuk
mereka mengabdikan diri, seperti Tuhan, orangtua dan suami. Dan untuk para
laki-laki, jika suatu saat perempuan menjadi wanitamu. Perlakukanlah mereka
seperti perempuan yang mulia, bukan sebagai orang yang selalu menurut
kehendakmu karena tuntutan pengadilan agama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dan didalam salah satu buku Prof.
Quraish Shihab yang berjudul <i>Pengantin Al-qur`an: Kalung Permata Buat
Anak-Anak-Ku</i> tertulis bahwa perempuan itu mirip seperti bayi. Bisa juga
dikatakan bahwa perempuan adalah bayi besar. Suaranya lembut seperti anak anak,
kulitnya pun halus seperti anak anak. Maka,<i> </i> perlakukanlah mereka dengan semestinya. Perlakukanlah
mereka seperti engkau memperlakukan IBU-mu. Sayangilah mereka seperti engkau
menyayangi IBU-mu. Cintailah mereka seperti engkau mencintai IBU-mu. Karena
perempuan itu kelak akan menjadi IBU dari anak anak mu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Gimana? Sedikit dapet pencerahan ga
dari artikel gue ini? kalo gue sih banyak dapet pencerahan dari membaca novel
BLACK PAPER ini. ga cuman pengetahuan tentang wanita dan perempuan yang gue
dapatkan tetapi, juga tentang teman atau sahabat gue dapet dari novel ini. pokoknya
novel ini Te O Pe Be Ge Te daaaaah!!!!.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Oh
iya, semua penjelasan diatas gue dapet dari novel itu. Bukan hasil dari gue
sendiri. Gue cuman penyambung lidah aja heheh :p. oke semuanya udah dulu yaa..
selamat membaca. Semoga setelah membaca ini kita kaum laki-laki mendapat
pencerahan tentang bagaimana kita seharusnya memperlakukan seorang perempuan.
Bye bye. See you next time.</span>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-76863345979329962332014-05-16T20:48:00.000-07:002019-12-11T04:04:25.051-08:00Ga Enak Jadi Penulis<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Haloo semuanya ketemu lagi dengan
gue. Orang yang ga pernah jelas. Padahal selalu jelas cuman temen temen gue aja
yang belum bisa menerima imajinasi gue yang berlebihan *ini apasih*. Kita
ketemu lagi dengan tulisan gue yang kesekian. Mungkin kalian udah bosen dengan
tulisan gue yang ga jelas selama ini. hari ini gue coba nulis tentang beberapa
keresahan gue tentang penulis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Beberapa bulan ini, gue sering
banget ke gramed. Walaupun cuman ngecheck novel keluaran baru atau komik yang
baru keluar. Tapi, gue menemukan sedikit keganjilan. Tumben tumbenan di toko
buku ini banyak anak SMA. Biasanya mah dikit. Berarti minat baca kita sedang
tumbuh. Dan berarti penjualan buku sedang meningkat hehehehe. Tapi, mereka
hanya berkumpul disuatu titik tertentu. Di rak buku kumpulan soal buat masuk
perguruan tinggi. Ternyata mereka pengunjung musiman. Tapi, gapapa lah namanya
juga masih SMA mungkin dengan membaca soal cerita nantinya beranjak ke cerita
di novel dan berakhir di cerita dewasa hahaha :p.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Yang buat gue miris adalah didepan
pintu masuk gramedia ada stand buku buku murah. Dan banyak juga novel disana.
Dari realita tersebut gue nyoba menyimpulkan bahwa buku buku yang dijual di
stand murah itu adalah buku buku cuci gudang atau buku buku yang kurang laku.
Padahal kalo gue liat banyak novel bagus disana. Gue aja sampe beli sekitar 3
novel dari stand itu. Apasih yang menyebabkan itu semua. Apa ceritanya yang
kurang seru atau minat baca kita yang memang masih kurang atau bahkan
kebanyakan dari pembaca beli buku bajakan. Padahal kalo kita liat susah loh
jadi penulis itu. Apa kita tidak bisa menghargai penulis dengan membeli buku
aslinya bukan yang bajakan.. keren kan orasi gue?hahaha :p<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Di kampus gue hidup di sebuah UKM
yang mungkin sebagian besar anggotanya merupakan penulis. Baik penulis cerpen,
artikel, sampe dengan penulis di buku tulis :p. Mau gamau gue juga ikut dalam
iklim ini. gue mulai suka nulis. Nulis apa aja udah yang penting nulis. Cuman
gue masih ga berani nulis cerita dewasa aja heheheh :p. tapi, ga selamanya jadi
penulis itu enak. Ga selamanya kita jadi penulis itu nanti akan jadi kayak
RADITYA DIKA, ANDREA HIRATA, BOIM LEBON atau bahlan kayak SIR ARTHUR CONAN
DOYLE yang fenomenal dengan Sherlock Holmes. Jadi penulis itu banyak ga enaknya.
Nih gue kasih satu persatu ga enaknya jadi penulis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nih, ga enaknya jadi penulis yang
pertama adalah “<b>Ketika kita baca tulisan tangan kita sendiri itu ga bisa</b>”
lu pernah ngebayangin ga kalo ada penulis yang ga bisa baca tulisan tangannya
sendiri hahaha itu kan ga enak banget. Jadi penulis yang biasanya ngetik eh,
pas baca tulisan sendiri ga bisa. Kan ga enak banget hahaha :p<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Jadi penulis juga ga enak kalo kita
disuruh <b>NULIS DI BATU NISAN. </b>Ini sumpah ga enak banget. Biasanya nulis
di kertas atau di lembaran office eh disuruh nulis di batu nisan. Kan ga enak
banget. Pulpen mana coba yang bisa hahaha :p. tapi mungkin juga yaa suruh nulis
puisi tentang kematian di batu nisan haha. Tapi, make pulpen yang kayak gimana
yaa hahaha :p<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Jadi penulis juga ga enak <b>kalo
lagi diatas bajaj. </b>Gimana mau nulis, kalo getarannya ngalahin gempa di aceh
tahun 2004. Mungkin kalo hp lu esia yang getarnya mencapai 5SR juga ga bakalan
kerasa kalo diatas bajaj. Dengan getaran yang sangat kuat gimana lu bisa nulis.
Paling lu sibuk dengan benerin tempat duduk yang selalu berpindah tempat
seiring dengan bergulirnya waktu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dan ketika penulis sudah jadi
pekerjaan ada satu pekerjaan nulis yang ga enak banget yaitu <b>NULIS BUKU
TABUNGAN. </b>Ga pernah kan lu nemu orang nulis buku tabungan? Yaa pasti ga
enak laah. Penulis buku tabungan kan pasti kepo banget. Nanyain pengeluaran lu
sehari berapa aja, belanja apa aja hahaha :p. makanya kalo buku tabungan itu di
print ga ditulis hahah :p<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kalo kita jadi penulis muda paling
ga enak itu adalah ketika “<b>BUKU KITA BESTSELLER, KITA TERKENAL TAPI, MASIH
JOMBLO”. </b>Kayak gue sekarang gitu. Gue masih jomblo walaupun gue cuman
penulis blog biasa kan cukup terkenal di teman teman gue. Yaa yang penting kan
terkenal. nanti kalo gue sampe wisuda masih jomblo. Mungkin gue lulus dengan
predikat JOMBLO CUMLAUDE. Jadi pas nyebut nama gue MC nya bilang “inilah
lulusan terbaik tahun ini dengan predikat jomblo cumlaude…. Radhitya Okvien
dari jurusan Matematika” dan gue yakin setalah ngomong itu, keluarga gue yang
dateng bakalan beli topeng. Dan bikin banner dengan tulisan “Bukan Keluarganya
Radhitya Okvien”. Lah ini kenapa jadi ngelantur. Oke kita lanjut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dan ketika lu jadi penulis juga ga
enak. <b>Kalo buku lu cuman dijadiin ganjelan lemari. </b>Emang ga enak.
apalagi itu buku pertama lu. Ibaratnya mah masterpiece lu eh cuman dijadiin
ganjelan lemari. Itu masih mending ada dikamar yang cuman diliat sedikit orang.
paling temen temen dan keluarga doang. Tapi, kalo buat ganjelas garasi. Wah itu
bisa berabe banget. Bisa diliat orang sekampung hahah :p. Tapi, juga bisa jadi
lahan buat promosiin buku lu kok, walaupun caranya jelek. Dari pada dijadiin
buat bungkus cabe hahaha :p<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dan ketika penulis itu kerjaan lu
jadi ga enak juga ketika <b>MERTUA GA SUKA. </b>Nah, ini bisa menyangkut masa depan
lu dengan istri lu. Mungkin anggapan mertua lu itu penghasilan menjadin penulis
tidak bisa menghidupi keluarga lu. Atau juga tidak bisa menghidupi mertua lu
itu hahah :p<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dan terakhir ga enak jadi penulis
itu kalo <b>LU GA BISA NULIS. </b>Yaa gimana mau jadi penulis yang enak kalo
nulis aja lu ga bisa. Mending balik aja ke TK lagi lah belajar nulis……..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Mungkin, itu sebagian tulisan gue
yang ga jelas. Semoga tidak bermanfaat buat kalian. Gue juga tidak akan meminta
maaf kalo tulisan gue ini membuat yang mau jadi penulis jadi berubah pikiran.
Yang penting mah buat gue happy. Daaaaaaaaaaaah :p<o:p></o:p></span></div>
Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2442381150915546289.post-89389760341510376172014-05-12T15:08:00.000-07:002019-12-11T04:04:25.091-08:00Kenapa Harus Bekasi?<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Apa yang lu pikirkan dengan Bekasi?
Pasti ga jauh jauh dari kata Panas. sangking panasnya Bekasi, kalo udah
kiamat ada padang Mahsyar yang katanya matahari itu sejengkal, mungkin tempatnya di
Bekasi. Bekasi juga katanya Alay, tempat pembuangan sampah, terus apa lagi.
Kebanyakan jeleknya lah. Belum macetnya. Tapi ga buat gue. Buat gue Bekasi itu
kota yang indah tapi keindahan itu hilang semenjak Negara api menyerang. Bekasi
juga kota yang unik. Uniknya dimana? Yaa dari namanya. Lu liat aja mana ada
kota dengan nama Bekasi selain Bekasi hahaha *ini apasih*. Tapi, bener kan?
Bekasi cuman ada 1. Mungkin di Indonesia cuman ada 1 Bekasi. Mungkin juga di
dunia Bekasi cuman ada 1. Makanya menurut gue Bekasi itu unik banget.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Di Bekasi gue tumbuh sebagai remaja
yang sedikit paham dengan kehidupan kota metropolitan. Bagaimana pergaulan anak
anak metropolitan, bagaimana cara mereka berteman, bagaimana cara mereka
menganggap teman dan bagaimana cara mentertawakan diri sendiri pun gue dapet di
Bekasi. Banyak juga yang bilang kalo Bekasi itu cuman kota tempat singgahnya
orang orang yang mengadu nasib di Jakarta. Kampret banget itu yang bilang
begitu. Padahal kan statement itu tidak sepenuhnya salah. Malah kebenyakan
bener hahaha. tapi, mungkin itu sekarang tinggal kata kata doang. Kita lihat
sekarang bagaimana Bekasi menjadi kota Industri. Lu liat aja pas may day,
gimana buruh buruh di Bekasi ngeblokir tol. Udah terlalu mainstream blokir
jalan raya pas demo. Buruh di Bekasi mah blokir jalan TOL. Itu lah yang bikin
Bekasi keren. Orang orangnya udah ga mainstream lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Apalagi sih di Bekasi yang ga
mainstream? Banyak. Contohnya aja yaaa. Orang orang luar negeri ke luar angkasa
pake pesawat ulang alik. Tapi di Bekasi cuman naek angkot. Jadi gini, di Bekasi
ada daerah yang namanya bulan bulan. Nah, kenek angkot yang jurusan bulan bulan
menjajakan angkotnya dengan bilang “YANG BULAN, YANG BULAN!!” tuh, orang Bekasi
ke Bulan aja naek angkot. Kalah orang Amerika atau Rusia yang ke Bulan pake
pesawat hahaha :p. terus ada lagi nama daerah Galaxy. Itu juga kan kenek
angkotnya bilang “YANG GALAXY, YANG GALAXY” galaxy kan adanya di luar angkasa.
Orang orang naek pesawat kesana. Kita mah cuman naek angkot hahaha :p. keren
lagi kan Bekasi. Dan ga cuman naek angkot. Di galaxy juga bekasi punya mall.
Kurang canggih apa coba di luar angkasa ada mall. Gimana itu ngitung
gravitasinya. Semen ama pasir apa bakalan aur auran kalo udah di luar angkasa
mah. Tapi tukang di Bekasi bisa bikin mall di galaxy. Entah galaxy mana itu
bima sakti atau Andromeda hahaha *semakin ga jelas*<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Adalagi nih. Bekasi juga menciptakan
grammar bahasa sendiri. Banyak bahasa yang dipake di bekasi yang mungkin tidak
ada di daerah laen. Contohnya adalah pemotongan 2 huruf didepan sebuah kalimat.
Contohnya itu SEPEDA jadi PEDA, SEKOLAH jadi KOLA, KEMAREN jadi MAREN, SEPATU
jadi PATU. Tuh keren kan Bekasi. Mungkin lu ga bakalan dapet itu selain di
Bekasi. Ga jarang kita temuin orang anak anaknya ngomong pake grammar yang
begitu. Kayak dulu gue waktu sekolah di pesantren sering banget pake bahasa
itu. “eh, MAREN lu make PATU gue buat KOLA ama mean PEDA lu tarok mana?” kata
kata itu sering banget gue ucapin pas dulu. Tapi, sekarang pas kuliah di malang
jadi jarang banget. Soalnya udah kaga ada lawan ngomongnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nah,
itu lah segelintir keunikan Bekasi yang buat gue makin cinta dengan kota ini.
dan juga gue mau promosi sedikit laah. Buat para readers anak Bekasi yang
kuliah di Malang kita punya kumpulan anak anak Bekasi loh. Namanya HIMAKASI
(HImpunan MAhasiswa <s>KASIan</s> beKASI). Lu bisa liat infonya di
@HIMAKASImalang. Kalo bisa follow juga yaaaa @okvienradhitya </span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-char-type: symbol; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-symbol-font-family: Wingdings;">J</span>Radhitya Okvienhttp://www.blogger.com/profile/14447167138308676393noreply@blogger.com7