Senin, 06 Agustus 2012

Ada yang Hilang


Jakarta, 3 Agustus 2012

Matahari Seakan semakin mendekati kepalaku. Panasnya Ibu Kota sangat menyengat. Gedung-gedung saling menyapa satu sama lain seakan-akan mencibir perbuatan manusia yang membuat sang Ibu Kota menajdi simulasi neraka.

Kuburan pohon-pohon pun bertebaran dimana-mana. Mereka sekarang hanya menjadi roh gentayangan. Jasad mereka sudah dibunuh oleh manusia yang hanya mementingkan kebutuhan mereka saja tanpa memikirkan keseimbangan ekosistem.

Gas-gas kendaraan bermotor pun berkumpul membentuk perkumpulan yang bertujuan menghancurkan paru-paru manusia. Mereka merindukan sang pohon yang mampu merubah mereka menjadi baik yang memberikan kehidupan untuk semua makhluk hidup yang ada di muka bumi ini..

Kini sang pohon yang dijadikan guru oleh para gas ini pun telah berguguran. Sang pahlawan udara telah berguguran di medan perang melawan para manusia yang tidak bertanggung jawab. Gugur satu tumbuh seribu tidak berklaku untuk pahlawan tanpa tanda jasa ini. Satu gugur yang lain pun ikut berguguran di tangan manusia.

Aku hanya bias terdiam melihat kau berguguran. Tinggalkan kami seakan semua yang kau lakukan sia-sia. Masih adakah tentang engkau yang melindungi manusia dan merubah gas-gas jahat menjadi baik? Tak pernah aku bayangkan betapa besar efek yang kau berikan kepada makhluk hidup di dunia ini. Hingga engkau beranjak pergi kau mampu hancurkan dunia ini. Ada yang hilang dari ekosistem ini. Ternyata kami tak berarti tanpamu. Kami pun berharap kau semakin berkembang dan hidup diantara kami. Sang penyeimbang pun telah bergurguran akibat perbuatan kami sendiri.

2 komentar:

  1. Singkat tapi menyentuh...

    Baca juga tulisan serupa tapi jenisnya berbeda di http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2010/05/30/puisi-pohon-sekarat/ (Puisi) :)

    BalasHapus