Kamis, 13 September 2018

Mana yang Kita Percayai

Kamis, 13 September 2018

Aku menonton sebuah serial terbaru dari sebuah aplikasi streaming. Setelah itu aku membaca novel "Laut Bercerita" karya Laila S. Chudori. Kali ini bukan tentang film atau buku. Tapi, tentang cinta dan benci. selama hampir 1/4 abad aku hidup, hanya 2 hal ini yang masih aku anggap seagai ranah abu-abu. Tidak jelas, tidak terdefinisi, tak hingga. Yaa seperti pembagi 0 lah. 0/0 = Tak hingga, a/0=tak terdefinisi.

Selama ini begitulah aku menganggap cinta dan benci. kita bisa menjadi benci karena seseorang karena cinta. Begitu juga sebaliknya. Aku juga menduga ada satu ruang kosong antara 2 hal yang kontradiktif tersebut. Sebuah ruang yang tidak dimiliki oleh keduanya. Bisa juga bukan ruang kosong, melainkan jembatan yang menghubungkan keduanya. sebuah ruang atau jembatan yang digunakan sebagai tempat singgah dimana setiap orang menentukan akan pergi kemana. Kita bisa sebut tempat tersebut adalah logika. 

Minggu, 08 Juli 2018

Merdeka? Menurut saya belum


Minggu, 8 Juli 2018

Tepat satu minggu yang lalu (1 Juli 2018), ketika saya masih berada di Bekasi, malam itu saya masih memperolok Spanyol yang kalah adu pinalti melawan Rusia. Dan memperolok teman saya yang kalah taruhan, padahal taruhannya cuman 10ribu. Sungguh taruhan yang nanggung sekali. Setelah pulang dari tempat “ngopi”, saya membuka twitter dan menemukan sebuah kabar yang tidak menggembirakan dari Kota Malang. Ada bentrokan antara mahasiswa papua dengan warga sekitar kontrakan mereka. banyak berita yang simpang siur tentang akar masalah bentroknya warga dengan mahasiswa papua tersebut. Tapi satu yang saya tahu, bahwa bentrokan tersebut adalah karena pembubaran acara nonton film dan diskusi yang diselenggarakan oleh mahasiswa papua. Kenapa bisa seperti itu? Karena 1 juli merupakan hari yang sangat penting bagi masyarakat papua. Dan yang pasti saya melihat beberapa twit tentang acara tersebut.

saya tidak mempermasalahkan tentang masalah “penentuan nasib papua oleh masyarakat papua”, “kemerdekaan papua” atau masalah-masalah “seksi” lainnya yang menyangkut papua. Saya juga tidak termasuk kedalam organisasi papua merdeka bahkan saya tidak tahu menahu akan organisasi tersebut. Tetapi yang saya permasalahkan adalah tidakan pembubaran acara tersebut. Entah siapa yang memprovokasi warga untuk membubarkan acara tersebut hingga akhirnya menimbulkan “Crash”. Bukannya merendahkan warga sekitar, tetapi saya tidak pernah berfikir warga akan melakukan tindakan seperti itu jika tidak ada yang memprovikasi. Saya pernah ngontrak dan pernah melakukan beberapa diskusi tapi warga sekitar tempat saya ngontrak diam saja bahkan terkesan acuh tak acuh dengan acara yang kami buat. Alhasil diskusi yang kami lakukan berjalan dengan lancar. Tetapi, kenapa hal tersebut tidak terjadi kepada teman-teman mahasiswa papua. Menurut saya, ketika suatu kota sudah berstatus sebagai kota pelajar, kegiatan diskusi dan sejenisnya merupakan hal yang lumrah. Karena konstitusi pun mendukung hal tersebut. Lalu ketika ruang diskusi atau yang sejenisnya sudah diberangus, apakah masih pantas kota tersebut masih berstatus sebagai kota pelajar?

Sabtu, 23 Juni 2018

Tidak Ada Judul

Rabu, 30 Mei 2018

Hari ini saya baru menamatkan salah satu anime yang berjudul “Heavy Object”. Sebuah anime yang menceritakan sebuah peperangan dengan menggunakan senjata jenis baru yang dinamakan Object. Kali ini bukan tentang anime atau perang. Tetapi tentang sebuah celetukan seorang tokoh utama yang bernama Quwentur. Dalam salah satu pertempuran di daerah yang dinamakan Oceania dia nyeletuk gini “Ini kan sebuah Negara loh. Apakah mereka termotivasi terhadap sesuatu? Ataukah hanya kumpulan manusia saja?”. Setelah itu saya terpaku beberapa saat. Memang sih ini cuman sebuah celetukan yang sederhana, tetapi malah memunculkan sebuah pertanyaan dalam benak saya yang hampir sama dengan Quwentur. Apasih yang membuat rakyat Indonesia pada waktu itu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Padahal dari segi ekonomi, ketika dijajah Belanda kita sudah mumpuni. Berbeda dengan sekarang. Yaa kita tahu sendiri lah 1 dolar aja sudah menembus angka 14.000 rupiah. Belum lagi dengan masalah keamanan dalam negeri. Belum lagi kasus terorisme yang baru-baru ini terjadi. Dari buku sejarah kita tahu bagaimana Belanda dengan mudahnya menghancurkan gerakan perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai macam cara. Sebenarnya apasih yang diperjuangkan oleh para pahlawan tersebut. Apasih motivasi mereka sehingga mereka dengan gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.