Mata-mata SPY tentunya sudah
tidak asing lagi di telinga kita. SPY lebih dikenal dengan spionase adalah
kegiatan orang tertentu yang secara diam-diam mengumpulkan informasi yang
dianggap rahasia. Kagiatan ini sudah lama dikenal yaitu oleh Sun Tzu (544-496
SM) dan sudah dipraktikkan sejak zamam itu. ( Jend.Purn. A. M. Hendropiyono.2010).
Pengumpulan informasi rahasia ini mulai dari bidang Ekonomi, Politik, Militer
hingga bidang sosial dan budaya pun terjamah oleh pekerjaan ini.
Dalam tulisan ini saya ingin menyoroti
pekerjaan mata-mata pada bidang ekonomi dan budaya. Kenapa? Karena dua bidang
ini sekarang menjadi titik yang paling ekstrem dalam bangsa kita. Ekonomi
merupakan aspek yang penting untuk mengukur perkembanga suatu bangsa. Sedangkan
budaya berperan dalam pembentukan karakter masyarakat suatu bangsa.
Study kasus yang terjadi di Jepang. Negara
maju ini sangat berkembang didalam kedua bidang tersebut. Dalam segi Ekonomi
tidak bisa ditampikkan bahwa produk Jepang sangat diterima di dunia. Apalagi dalam
bidang tekhnologi, negara ini sangat maju. Budaya mereka juga tidak kalah maju.
Ketika mereka kalah dalam perang dunia ke-2. Mereka mempersilahkan AS untuk
menjajah mereka, tetapi mereka punya satu syarat yaitu “jangan menggangu
kebudayaan mereka”. Hasilnya kita lihat sekarang, bagaimana budaya Jepang
membentuk karakter penerus bangsa mereka.
Lalu bagaimana dengan bangsa kita?? Budaya
Indonesia yang bukan hanya menurut saya tetapi juga menurut banyak orang merupakan
budaya yang menarik yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, masakan dan
lain sebagainya bisa menjadi satu dibawah panji Indonesia. Tetapi, bagaimana
dengan karakter para penerus bangsa dan penguasanya?? Jauh dari simbol budaya
yang ada. Terus apa problemnya? Ya tentunya adalah zaman globalisasi sekarang. Pasar
bebas yang tidak hanya menjual kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menjual
budaya negara lain untuk dibeli oleh Indonesia.
Dari segi ekonomi. Katanya pertumbuhan
ekonomi Indonesia sekarang nomor 7 di dunia. Bisa dibilang WOW lah. Tetapi berbanding
terbalik dengan kehidupan masyarakatnya. Hanya segelintir orang yang bisa
tercukupi hidupnya. Yang lain masih bergelimang dengan kemiskinannya. Sekarang kita
coba menghitung produk Indonesia apa yang menemani kehidupan kita sehari-hari? Ya
mungkin bisa dihitung dengan jari tangan plus jari kaki. Sangking sedikitnya.
Indonesia dihujani dengan berbagai
macam produk asing mulai dari kehidupan sehari-hari sampai dengan budaya pun di
import dari luar negeri. Siapa yang berperan dalam masuknya produk asing ke
Indonesia. Yaa bisa dikatakan mata-mata atau SPY. Seluruh informasi yang
ditemukan oleh mata-mata tersebut ditransfer ke negara asal mereka dan kemudian
dijadikan strategi untuk memasarkan produknya ke Indonesia.
Sekarang sepertinya mata-mata dalam
bidang militer lebih sedikit tugasnya dibandingkan dengan mata-mata budaya. Bukan
lagi perang senjata di dunia ini, tetapi perang budaya dan produk yang
mengancam stabilitas negara tersebut.
Budaya negara lain gampang sekali
untuk masuk ke negara ini. Padahal, negara ini banyak sekali budaya yang tidak
kalah dengan negara lain. Jikalau negara lain hanya punya 1 sampai 10
kebudayaan, maka Indonesia mempunyai ratusan kebudayaan. Para mata-mata ini
mencara informasi tentang masyarakat Indonesia. bagaimana tipe masyarakatnya
dalam menyerap prosuk dari luar. Hasilnya bisa dilihat sekarang, dengan
informasi yang didapatkan mereka mengubahnya menjadi sebuah strategi untuk
memasarkan produkn budayanya di negara kita ini.
Tidak ada yang melarang kegiatan
ini. Karena menurut mereka perang budaya tidak lah mengancam pertahanan sebuah negara.
Iya sih memang tidak mengancam pertahanan, tetapi mengancam perubahan character
bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar