Selasa, 15 Desember 2015

Deskripsi Metode Berfikir Rene Descartes


 “Aku Berfikir Maka Aku ada”. Sebuah ungkapan yang ditelurkan oleh Rene Descartes. Seorang filsuf dan matematikawan asal Prancis yang kadang disebut sebagai bapak filsafat Modern dan Bapak Matematika Modern. Kalo dibedah secara kata kata perkata. Ada 2 kata yang membuat kita bertanya yaitu Cogito dan Sum. Cogito yang berarti kepala atau pikiran dan Sum yang berarti ada atau hidup. Lalu kenapa Descartes bisa menelurkan slogan itu? Karena menurutnya antara kepala  dan dunia dihubungkan oleh media Ilmu Pengetahuan (sebagai ergo) melalui aktifitas berfikir.
Saya mencoba menerjemahkan secara bebas, maka akan menjadi sebuah urutan menuju dunia. Pertama dimulai dengan berfikir, setelat kita berfikir akan menjadi ilmu pengetahuan dan setelah menjadi ilmu pengetahuan maka jadilah dunia. Sehingga, jika kita tidak berfikir maka tidak jadilah dunia ini. Contohnya, benda-benda diluar angkasa tidak akan pernah ada, jika Galileo Galilei tidak bisa memakai teropong untuk melihatnya. Teropong adalah buah dari pikiran Galileo.
Dari pengantar diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semua yang kita ketahui sekarang adalah buah dari pikiran. Jadi, tindakan awal kita adalah berfikir. Toh yang membedakan kita dengan makhluk tuhan lainnya adalah akal. Dan akal adalah alat yang kita gunakan untuk berfikir. Dan berfikir juga tidak sembarangan perlu sistematika untuk menelurkan ilmu pengetahuan dan akhirnya menjadi dunia (seperti slogan Rene Descartes).
Menurut saya, hanya ada satu disiplin ilmu yang menuntun untuk berfikir secara sistematis. Yaitu matematika. Kenapa? Karena matematika bukan hanya masalah hitung menghitung semata, tapi juga ada konsep disana. Alasan - alasan  kenapa bisa mencapai hasil tersebut. Ketika kita berfikir matematika itu berbicara hasil akhir, kita salah besar. 2+3=5 itu bukan matematika, tetapi aritmatika. Ketika kita bertanya kenapa 2+3=5? Itulah matematika. Matematika mengungkap alasan dibalik sebuah fenomena melaui angka, bilangan dan symbol. Sekarang, ilmu alam mana yang tidak disandarkan dengan matematika? Tekhnik dengan matematika sampai kepada ekonomi yang merupakan ilmu social pun tidak sempurna kalo tidak disandarkan dengan statistic dan statistic bagian dari matematika. Sekarang, saya mencoba membuat Matematika sebagai penuntun kita dalam berfikir. Hapus semua angka dan bilangan dalam matematika dan kita ambil esensi-esensi dalam matematika tersebut.
Dalam bukunya Tan Malaka yang berjudul Medilog, dikatakan bahwa ada “Three Defenition of Science” atau 3 Defenisi Sains.
1.      Accurate thought atau cara berfikir akurat
2.      Organization of Facts atau penyusunan Bukti. Dan,
3.      Simplification by Generalization atau penggampangan yang mengumumkan
Ketiga definisi itu, satu sama lainnya berhubungan, isi mengisi dan tambah menambah. Untuk berfikir secara matematis, definisi pertama lah yang dituju, lalu ke definisi yang kedua dan begitu seterusnya. Oh iya, kata definisi disini berarti ketetapan atau kepastian. Dalam matematika, Definisi ini sangat penting sekali karena semua theorema (teori) disandar kepada definisi. Definisi ini menuntun kepada accurate thought, akurasi dan berfikir.
Kita telaah dari definisi yang pertama yaitu berfikir secara akurat. Menurut Rene Descartes, definisi yang pertama ini artinya adalah jangan menerima apapun sebagai sesuatu yang benar kecuali, jika sudah mengetahuinya secara jelas bahwa itu memang benar. Dengan kata lain, hindari penyimpulan yang terlalu cepat dan prasangka. Dan tidak memasukkan apapun dalam pandangan kecuali apa yang tampil amat jelas dan gambalang dalam nalar, sehingga tidak ada kesempatan untuk meragukannya. Contoh ketika banyak orang mengatakan bahwa jasad Muhammad ikut dalam Isra’ dan Mi’raj. Kita jangan langsung menerima itu benar sebelum ada bukti yang jelas atau empiris (karena di Al-qur’an tidak dijelaskan apakah jasad Muhammad ikut dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj). Kita harus menelaah dulu apakah benar jasad Muhammad ikut atau mungkin juga tidak.
Definisi yang kedua adalah Organization of Fact. Menyusun fakta (bukti-bukti). Untuk definisi ini, Rene Descartes mengatakan bahwa pilih satu persatu kesulitan yang akan ditelaah menjadi bagian bagian kecil sebanyak mungkin atau sejumlah yang diperlukan, untuk memudahkan penyelesaian. Kembali kepada kasus Isra’ Mi’raj. Tahapan kedua untuk membuktikan jasad Muhammad ikut atau tidak adalah, mencari bukti-bukti yang mengatakan bahwa jasad Muhammad ikut dalam isra’ mi’raj. Apa saja yang bisa membuktikan secara empiris bahwa jasad Muhammad ikut dalam perjalanan tersebut.
Definisi yang ketiga adalah, simplification of generalization. Disinilah kita mulai menganalisis data (fakta) yang kita temukan dan mulai mengaitkan terhadap sesuatu yang umum sudah terjadi. Menurut metode berfikir Rene Descartes, pada tahap ini kita mulai berfikir secara runtut, mulai menganalisis objek-objek yang paling sederhana dan paling mudah dikenali, lalu meningkat setahap demi setahap sampai ke masalah yang paling rumit dan bahkan menata dalam urutan obyek-obyek yang secara alamiah tidak beraturan.  Dan ditahap ini juga kita melakukan perincian yang selengkap mungkin dan pemeriksaan secara menyeluruh sampai yakin bahwa tidak ada yang terlupakan.
Penalaran atau metode berfikir seperti ini yang banyak digunakan oleh semua ahli matematika. Mereka tidak akan menganggap benar sesuatu yang baru sampai mereka menemukan fakta-fakta serta menganalisis fakta tersebut. Sebenarnya, mudah saja untuk bisa berfikir secara matematis. Asalkan kita menolak untuk menerima apapun yang tidak benar sebagai benar, dan kita selalu mempertahankan urutan yang seharusnya untuk menyusun masalah satu persatu. Permasalahannya adalah ketika kita mulai menganalisis hasil temuan. Mulai dari mana kita berangkat. Untuk pribadi saya sendiri. Saya tidak pernah menemukan kesulitan untuk memulai dari mana analisis suatu masalah. Karena saya sudah tahu harus memulai dari yang paling sederhana dan yang paling mudah dikenali.
Contoh ketika saya menganalisis kasus jasad Muhammad tersebut. Saya mulai berangkat dari hal yang paling mudah dikenali. Apa? Yaa saya kenal dengan disiplin ilmu yang saya tekuni. Saya mulai mencari rumus yang pas untuk membuktikan apakah jasad Muhammad ikut dalam isra’ mi’raj atau tidak. Dan akhirnya saya sampai kepada suatu kesimpulan dari analisis tersebut (hasilnya ada di http://kkurus.blogspot.co.id/2015/12/apakah-jasad-muhammad-ikut-dalam-isra.html?m=1 ).
Rene Descartes mengatakan bahwa ketaatan pada beberapa prinsip yang telah dipilih itu memberikan kemudahan dalam menyelesaikan beberaoa persoalan. Sampai dengan persoalan itu baru pertama kita hadapi. Contoh yang hal terjadi kepada salah seorang senior saya. Dia seorang dosen disebuah perguruan tinggi di malang. Suatu saat dia dihadapkan kepada suatu masalah, yaitu vespa nya mogok di jalan dan tidak bisa nyala. Lalu Dia duduk untuk berfikir apa yang salah dengan vespanya. Dia menggunakan metode berfikir seperti diatas. Mulai dari tidak terlalu cepat untuk menyimpulkan sesuatu. Lalu dilanjutkan dengan mengumpulkan data. Mengecek komponen yang membuat mesin vespanya bekerja. Setelah itu dia mulai menganalisis segala kemungkinan dari fakta yang dia temukan tentang kerja sebuah mesin. Dan akhirnya vespanya pun kembali bisa dijalankan. Kasus ini menunjukkan bahwa ketaatan kita kepada sesuatu akan memudahkan kita menyelesaikan masalah tersebut. Dan semuanya dimulai dari berfikir. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar