Aku menonton sebuah serial terbaru dari sebuah aplikasi streaming. Setelah itu aku membaca novel "Laut Bercerita" karya Laila S. Chudori. Kali ini bukan tentang film atau buku. Tapi, tentang cinta dan benci. selama hampir 1/4 abad aku hidup, hanya 2 hal ini yang masih aku anggap seagai ranah abu-abu. Tidak jelas, tidak terdefinisi, tak hingga. Yaa seperti pembagi 0 lah. 0/0 = Tak hingga, a/0=tak terdefinisi.
Selama ini begitulah aku menganggap cinta dan benci. kita bisa menjadi benci karena seseorang karena cinta. Begitu juga sebaliknya. Aku juga menduga ada satu ruang kosong antara 2 hal yang kontradiktif tersebut. Sebuah ruang yang tidak dimiliki oleh keduanya. Bisa juga bukan ruang kosong, melainkan jembatan yang menghubungkan keduanya. sebuah ruang atau jembatan yang digunakan sebagai tempat singgah dimana setiap orang menentukan akan pergi kemana. Kita bisa sebut tempat tersebut adalah logika.
Menurutku, bullshit jika cinta atau benci tanpa logika. Pasti ada satu alasan yang membuat kita benci atau cinta kepada seseorang. Karena dia seperti ini atau karena dia seperti itu. dulu, aku percaya kalau cinta itu tidak membutuhkan alasan. sekarang? aku anggap itu hanya manis diomongan saja. contohnya, ketika seorang laki-laki jatuh cinta kepada perempuan pasti ada alasannya, entah itu cantik,
bohay, toket gede, atau karena si perempua perhatian bahkan cenderung baik
kepada si laki-laki tersebut.
Bisa juga cinta dan benci itu berada dalam
satu ruang yang sama. Seperti apa yang kita dapati dalam Fisika. Gelap itu
adalah ketiadaan cahaya. Dingin adalah kehilangan panas. Yaa bisa saja Cinta
adalah ketiadaan Benci. Dan Benci adalah ketiadaan cinta. Cinta dan Benci
berada dalam satu ruang yang sama dan mempengaruhi satu sama lainnya. Suatu hari
mungkin kita akan sadar bahwa orang yang cinta atau benci sama kita adalah
orang yang tidak kita duga. Mereka yang megaku mencintai kita bisa adi adalah
orang yang paling membenci kita atau orang yang kelihatannya paling membenci
kita adalah orang yang paling mencintai kita.
Lalu, mana yang kita percayai?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar