Kamis, 24 Januari 2019

Sisi Positif dari “Turbulensi” PSSI

Kamis, 24 Januari 2019


”Kita bisa bersatu karena 2 Hal. Pertama adanya musuh bersama dan kedua adalah Film Porno”


Tadi Malam saya menonton Program Mata Najwa di salah satu stasiun TV swasta. Masih dengan topic yang sama yaitu “PSSI bisa apa”. Saya melihat sisi lain dari apa yang dibicarakan oleh narasumber yang diundang tadi malam. Saya mau melihat masalah sepak bola Indonesia saat ini dari sisi supporter. Dengan kondisi PSSI yang sekarang, seharusnya supporter lah yang diuntungkan. Kenapa seperti itu? Karena menurut saya, dengan kondisi sekarang PSSI yang sekarang ini lah supporter seluruh Indonesia bisa bersatu, tanpa pandang dari mana berasal atau supporter club apa. Kondisi sekarang ini bisa dijadikan momentum oleh supporter seluruh Indonesia untuk menekan angka atau bahkan menghilangkan tawuran antar supporter. Dan akhirnya, supporter Indonesia bisa bebas dari keributan, kericuhan atau apapun itu istilahnya.


“Musuh” Bersama

Kita bisa ambil pelajaran dari apa yang terjadi ketika perang menuju kemerdaan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Rakyat Nusantara bisa dipersatukan oleh satu “musuh” yaitu pejajah (Belanda atau NICA). Sekarang kondisinya adalah PSSI bisa dijadikan musuh bersama oleh para supporter Indonesia. Ketika sudah ada musuh bersama, dipastikan pihak yang telah dirugikan oleh ”musuh” tersebut akan bersatu untuk melawannya. Tetapi, kenapa PSSI dijadikan musuh bersama? karena kebohongan yang telah dilakukan oleh sebagian petinggi PSSI. Sekarang kita tidak bisa mengelak bahwa pengaturan skor yang terjadi di persepak bolaan Indonesia itu dilakukan oleh beberapa petinggi atau pengurus PSSI. Para supporter sudah meluangkan waktu dan uangnya datang ke stadion untuk mendukung team mereka dalam menjalani kompetisi baik ketika home maupun away. Tapi, apa yang mereka dapat? Hanya kebohongan dari pertandingan tersebut. Ternyata pertandingan tersebut sudah diatur siapa yang menang dan yang kalah. Ketika sudah diatur seperti itu, jangan harap bahwa kualitas sepak bola kita akan meningkat. Kenapa? Karena menang bukan karena skill atau tactic pelatih. Tapi ditentukan oleh siapa yang bayar paling besar.

Permasalahan pengaturan skor ini juga berdampak pada Timnas Negara tersebut. Saya bermain sebuah game yang namanya football manager. Mungkin sebagian dari kita tahu lah game tersebut. Bagaimana mengelola sebuah klub untuk menjadi mapan secara tactic dan pemain maupun secara bisnis (keuangan). Dan dari game tersebut saya mendapatkan pelajaran bahwa klub merupakan tiang penyangga timnas. So, klub harus menjadi tempat untuk menempa para pemain agar bisa digunakan untuk kepentingan Timnas, untuk membuat Timnas mereka berpresitasi. Gampangnya adalah klub berguna seperti kawah Candradimuka. Tetapi, yang terjadi di Indonesia adalah skill pemain nomor sekian yang penting ada duit berapa. Akhirnya, klub yang mapan dari segi pemain dan tactic akan kalah dengan klub yang mapan dari segi uang. Dan pemain yang dengan skill diatas rata-rata akan tertutupi dengan pemain dengan skill biasa aja. Kita tidak bisa manafikkan bahwa kemenangan adalah segalanya dalam sepak bola professional. Dan pasti tim yang juara, pemainnya akan diambil oleh timnas karena dianggap punya skill bagus. Tapi bagaimana jika klub yang menang tersebut karena uang bukan skill ataupun tactic pelatih? Apa yang akan terjadi pada Timnas-nya?

Lalu apa dampaknya buat supporter? Gini yaaa, tidak ada supporter yang ingin klub mereka kalah. Bukan karena tenaga yang sudah dikeluarkan demi mendukung klub tersebut. Tapi, karena para supporter tidak mau di-Bully oleh supporter lain karena teamnya kalah. Apalagi, jika team terserbut punya kualitas pemain dan pelatih diatas rata-rata dan team tersebut Kalahan. Yang kena serangan psikologis adalah supporter. “team lu tuh kalahan!! Padahal pemain sama pelatihnya udah bagus!!”. Sakit hati tuh pasti (saya juga ngerasain). ketika para supporter saling membully satu sama lain, pasti ada yang sakit hati. Dan hal tersebut merupakan akar dari tawuran antar supporter. Kalo kalahnya karena kesalahan pemain atau tactic dari pelatih mungkin para supporter akan lebih legowo karena kalahnya dengan “bermartabat” tapi kalo karena pertandingan tersebut sudah diatur, saya kira tidak ada supporter yang menerimanya.

Pengaturan Skor yang dilakukan oleh beberapa petinggi dari PSSI, membuat para supporter kehilangan kepercayaan kepada PSSI. Manusia-manusia yang seharusnya membawa sepak bola Indonesia ke tempat yang lebih baik malah melakukan sebaliknya. Saya kira, sudah saatnya supporter Indonesia bersatu, tanpa melihat dari club mana, “lu Bonek, gue Aremania, lu The Jak, gue Viking”. Dan bersatu untuk MENGATAKAN TIDAK KEPADA PSSI”.

Akan pecah lagi

Dari uraian diatas (walaupun ga begitu jelas sih), para supporter di Indonesia bisa bersatu dan menghilangan konflik yang terjadi selama ini dengan menggunakan PSSI menjadi musuh bersama dan melawan PSSI. Tapi, ketika PSSI sudah direvolusi dan sepak bola Indonesia sudah membaik bahkan bisa berbicara banyak dipanggung international, apakah keadaan supporter akan baik-baik saja? Bahasa gampangnya adalah siapa yang akan dijadikan musuh bersama untuk tetap bersatu? Ada dooong, yaitu saat Timnas Indonesia menjalankan pertandingan. Yaa bisa sih, tapi pertandingan Timnas hanya beberapa kali, masih banyakan pertandingan klub dalam satu musim.

Yaaaa menurut saya yang akan terjadi setelah PSSI menjadi lebih baik adalah supporter Indonesia akan kembali pecah. Kenapa? Yaa saya belajar dari apa yang terjadi dengan Indonesia. Dulu kita bersatu melawan penjajah dan sekarang kita malah terpecah. Kita lihat yag terjadi sekarang, Lu cebong, gue kampret, lu Islam, gue kafir. Kan yang terjadi seperti itu. Dan mungkin ini juga akan terjadi pada supporter Indonesia jika PSSI sudah bisa membawa sepak bola ke tempat yang lebih tinggi. Seperti yang tulis diatas, yang membuat kita bersatu adalah Musuh bersama dan Film Porno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar