Senin, 09 Juli 2012

KemarahMU Membuatku Menangis


Kedinginan udara malam mulai memasuki sebuah bilik yang berukuran 4x3. Dingin itu yang gue rasain. Sesegera mungkin gue ngambil sprei untuk menyelimuti badan gue yang udah ga tahan dengan dinginnya udara Kota Malang. Sampai rokok yang gue isap pun tidak mampu membuat diri gue hangat.

Jenuh, jenuh, dan jenuh dengan aktivitas keseharian yang gue jalani saat ini. Apa yang harus gue lakuin dengan kejenuhan ini. Tidur??? Gue belum ngantuk. Baca novel?? Ga ada novel yang buat gue kembali semangat. Apa nonton TV aja yaa?? Ya mungkin bisa membuat gue ketawa dengan salah satu siaran komedi yang disiarkan salah satu stasiun TV swasta. Yaudah lah gue pun ngambil HP yang ada aplikasi TV nya. Gue pun nonton dengan temen gue yang tiduran disamping gue. Tetapi, tidak berapa lama kemudian dia pun tertidur. Waduuuh gue tambah bĂȘte ga ada temennya. Yaudahlah gue tidur aja…

Gue tarik sprei menutupi tubuh gue sampai kepala gue pun tidak terlihat. Yaaa tidak lama kemudian HP gue pun bergetar bertanda ada telepon yang masuk. Gue sih agak males ngangkatnya. Setelah gue liat nama yang tercantum adalah IBU gue pun bergegas untuk mengangkat teleponnya. Yaa maklum lah jarang ketemu nelpon pun kadang cumin sebulan sekali. Bayangan tentang wajah yang berseri yang telah melahirkan gue pun muncul dalam pikiran gue.

Yaudah gue angkat teleponnya. “assalamualaikum” kata yang pertama keluar dari mulut gue disertai dengan muka yang berseri-seri. “waalaikumsalam” sang IBU pun menjawab. “lagi ngapain??” pertanyaan yang sudah sering gue dengar jikalau beliau menelpon. “lagi mau tidur” gue jawab kayak gtu. “tidur terus ga belajar” beliau selalu bilang begitu. Ini didikan dari SD. Belajar, belajar dan belajar. Gue pun mengutuk diri gue yang sekarang terkena stress ringan ini akibat didikan IBU gue waktu SD. Sudahlah yang lalu biarlah berlalu. Sambut masa depan dengan optimism.

“kapan pulang???” kata yang sangat sederhana tapi membuatku mulai meneteskan air mata. Gue belum menjawab pertanyaan dari beliau. Bukan karena belum tau tanggal pulang, tetapi karena gue gamau beliau tau kalo gue nangis. “belum tau bu, masih banyak kegiatan di kampus” sambil menahan tangis gue jawab pertanyaan beliau. “emang kegiatan apa??” memang kalo ada kegiatan gue ga pernah cerita ke orang tua gue. “banyak BU, di LKP2M, Ospek kampus” gue ngejelasin kepada IBU gue itu. “terus kapan pulang ke Jambi??” “belum tau BU” gue gatau harus jawab apalagi. “mahal bu tiketnya sampai 506.000” gue gamau kalo harga tiket yang begitu mahal menjadi beban untuk orang tua gue. “yaudah ni bapak mau ngomong” waduh kalo begini caranya gue bakalan disemprot sama bapak. Maklum bapak kalo sudah marah omongannya nyakitin. Ga cuman sama anaknya tapi juga sama keponakannya.

Yang gue takutin pun terjadi. Gue di semprot sama bapak gue. Kalo gue sih udah biasa dan akhirnya pun HP gue jauhin dari telinga gue. “biarin lah dia ngoceh sendiri” kekesalan gue pun berbuah sebuah kedurhakaan menurut gue. Tetapi ada satu kata yang buat gue kembali meneteskan air mata. “orang-orang bulan puasa pada mau kumpul sama anak-anaknya yang kuliah jauh” ya walaupun sambil membentak tapi baru kali ini omelan bapak gue ngena di hati dan buat gue tidak tahan lagi dan kembali meneteskan air mata yang lebih dari yang pertama tadi.

Akhirnya gue pun menutup telepon dengan mata yang merah dan pipi yang bersmbahkan air mata. Pikiran gue kosong gatau harus berbuat apa. Perut kosong dan mulut ini terasa asem yang tandanya perlu pasokan nikotin dan cafein. Stress, galau,nangis itu lah yang gue rasain sekarang. Gatau laah ini apa yang gue rasain. Mau cerita ke siapa lagi, temen-temen gue pada tidur semua. Yang satu terlihat sangat capek dengan aktivitasnya yang satu tertidur karena badannya kurang sehat dan yang satu lagi belum pulang dari tugas organisasinya.

Kesendirian yang baru gue rasain setelah hampir satu tahun di Malang. di bilik kecil hanya ditemani dengan suara khas orang tidur yang terdengar seperti kodok yang bersautan satu dengan yang lainnya. Merenung tanpa pasokan nikotin pun tersasa hampa. Gue pun memutuskan untuk mmbeli rokok ke warung deket kosan.

Di perjalanan gue merenung atas apa yang terjadi dengan gue barusan. Bukan karena kemaraha gue nangis tapi karena kasih sayang mereka yang tersirat dari kemarahan mereka. Mereka pengen ketemu dengan anaknya yang sudah lama tidak ketemu. Mereka rindu dengan suasana anggota keluarga utuh. Mereka mau keluarganya seperti kebanyakan keluarga lain. Lengkap anggota keluarganya tanpa kurang sedikit pun.

Kembali ke kamar dengan lantunan lagu yang berjudul BUNDA……
Maafkanlah anakmu ini yang telah berprasangka buruk kepadamu dan belum bisa memahami betapa pentingnya berkumpul dengan keluarga……

2 komentar: