Kedinginan
udara malam mulai memasuki sebuah bilik yang berukuran 4x3. Dingin itu yang gue
rasain. Sesegera mungkin gue ngambil sprei untuk menyelimuti badan gue yang
udah ga tahan dengan dinginnya udara Kota Malang. Sampai rokok yang gue isap
pun tidak mampu membuat diri gue hangat.
Jenuh,
jenuh, dan jenuh dengan aktivitas keseharian yang gue jalani saat ini. Apa yang
harus gue lakuin dengan kejenuhan ini. Tidur??? Gue belum ngantuk. Baca novel??
Ga ada novel yang buat gue kembali semangat. Apa nonton TV aja yaa?? Ya mungkin
bisa membuat gue ketawa dengan salah satu siaran komedi yang disiarkan salah
satu stasiun TV swasta. Yaudah lah gue pun ngambil HP yang ada aplikasi TV nya.
Gue pun nonton dengan temen gue yang tiduran disamping gue. Tetapi, tidak
berapa lama kemudian dia pun tertidur. Waduuuh gue tambah bĂȘte ga ada temennya.
Yaudahlah gue tidur aja…
Gue
tarik sprei menutupi tubuh gue sampai kepala gue pun tidak terlihat. Yaaa tidak
lama kemudian HP gue pun bergetar bertanda ada telepon yang masuk. Gue sih agak
males ngangkatnya. Setelah gue liat nama yang tercantum adalah IBU gue pun
bergegas untuk mengangkat teleponnya. Yaa maklum lah jarang ketemu nelpon pun
kadang cumin sebulan sekali. Bayangan tentang wajah yang berseri yang telah
melahirkan gue pun muncul dalam pikiran gue.
Yaudah
gue angkat teleponnya. “assalamualaikum” kata yang pertama keluar dari mulut
gue disertai dengan muka yang berseri-seri. “waalaikumsalam” sang IBU pun
menjawab. “lagi ngapain??” pertanyaan yang sudah sering gue dengar jikalau
beliau menelpon. “lagi mau tidur” gue jawab kayak gtu. “tidur terus ga belajar”
beliau selalu bilang begitu. Ini didikan dari SD. Belajar, belajar dan belajar.
Gue pun mengutuk diri gue yang sekarang terkena stress ringan ini akibat
didikan IBU gue waktu SD. Sudahlah yang lalu biarlah berlalu. Sambut masa depan
dengan optimism.
“kapan
pulang???” kata yang sangat sederhana tapi membuatku mulai meneteskan air mata.
Gue belum menjawab pertanyaan dari beliau. Bukan karena belum tau tanggal
pulang, tetapi karena gue gamau beliau tau kalo gue nangis. “belum tau bu,
masih banyak kegiatan di kampus” sambil menahan tangis gue jawab pertanyaan
beliau. “emang kegiatan apa??” memang kalo ada kegiatan gue ga pernah cerita ke
orang tua gue. “banyak BU, di LKP2M, Ospek kampus” gue ngejelasin kepada IBU
gue itu. “terus kapan pulang ke Jambi??” “belum tau BU” gue gatau harus jawab
apalagi. “mahal bu tiketnya sampai 506.000” gue gamau kalo harga tiket yang
begitu mahal menjadi beban untuk orang tua gue. “yaudah ni bapak mau ngomong” waduh
kalo begini caranya gue bakalan disemprot sama bapak. Maklum bapak kalo sudah
marah omongannya nyakitin. Ga cuman sama anaknya tapi juga sama keponakannya.
Yang
gue takutin pun terjadi. Gue di semprot sama bapak gue. Kalo gue sih udah biasa
dan akhirnya pun HP gue jauhin dari telinga gue. “biarin lah dia ngoceh
sendiri” kekesalan gue pun berbuah sebuah kedurhakaan menurut gue. Tetapi ada
satu kata yang buat gue kembali meneteskan air mata. “orang-orang bulan puasa
pada mau kumpul sama anak-anaknya yang kuliah jauh” ya walaupun sambil
membentak tapi baru kali ini omelan bapak gue ngena di hati dan buat gue tidak
tahan lagi dan kembali meneteskan air mata yang lebih dari yang pertama tadi.
Akhirnya
gue pun menutup telepon dengan mata yang merah dan pipi yang bersmbahkan air
mata. Pikiran gue kosong gatau harus berbuat apa. Perut kosong dan mulut ini
terasa asem yang tandanya perlu pasokan nikotin dan cafein. Stress,
galau,nangis itu lah yang gue rasain sekarang. Gatau laah ini apa yang gue
rasain. Mau cerita ke siapa lagi, temen-temen gue pada tidur semua. Yang satu
terlihat sangat capek dengan aktivitasnya yang satu tertidur karena badannya
kurang sehat dan yang satu lagi belum pulang dari tugas organisasinya.
Kesendirian
yang baru gue rasain setelah hampir satu tahun di Malang. di bilik kecil hanya
ditemani dengan suara khas orang tidur yang terdengar seperti kodok yang
bersautan satu dengan yang lainnya. Merenung tanpa pasokan nikotin pun tersasa
hampa. Gue pun memutuskan untuk mmbeli rokok ke warung deket kosan.
Di
perjalanan gue merenung atas apa yang terjadi dengan gue barusan. Bukan karena
kemaraha gue nangis tapi karena kasih sayang mereka yang tersirat dari
kemarahan mereka. Mereka pengen ketemu dengan anaknya yang sudah lama tidak
ketemu. Mereka rindu dengan suasana anggota keluarga utuh. Mereka mau
keluarganya seperti kebanyakan keluarga lain. Lengkap anggota keluarganya tanpa
kurang sedikit pun.
Kembali
ke kamar dengan lantunan lagu yang berjudul BUNDA……
Maafkanlah
anakmu ini yang telah berprasangka buruk kepadamu dan belum bisa memahami
betapa pentingnya berkumpul dengan keluarga……
nice story ndi...
BalasHapustapi setelah pulang jauh dari harapan kak hehehehe
Hapus