Senin, 19 Desember 2016
Pukul 14.00 saya sedang
duduk didepan salah satu minimarket dibilangan jalan Soekarno-Hatta, Malang.
Langit sudah mulai gelap. Keadaan seperti ini sudah biasa terjadi ketika malang
dilanda musim hujan. Seperti sudah terpola. Habis dzuhur pasti akan turun hujan.
Hari ini adalah hari dimana saya akan kedatangan pasukan dari MA.Attaqwa Pusat
Puteri. Mereka akan mengadakan kunjungan selama 3 hari di kota Malang.
Kunjungan ke tempat-tempat wisata yang ada di Malang Raya. Dimulai dengan pergi
ke masjid Tibba dibilangan Turen.
Tidak terasa hujan
turun semakin deras. Saya masih masih ditempat yang sama menunggu mereka tiba
dihotel tempat mereka menginap. Entah sudah berapa gelas kopi dan berapa
halaman buku yang sudah saya lahap untuk membunuh waktu. Ketika saya membaca
jadwa yang diberikan oleh pihak sekoah. Mereka seharusnya tiba dipenginapan
pukul 14.00. tetapi, sampai pukul 14.30 pun mereka belum tiba. Mungkin mereka
sedang terjebak kemacetan. Karena saya melihat jalanan didepan saya penuh
dengan kendaraan yang mengantri untuk berjalan. Akhirnya mereka tiba pukul
15.30.
Perlahan perserta
perjalanan kali ini turun dari bus. Perjalanan kali ini menggunakan salah satu
biro perjalanan yang dikelola oleh salah satu alumni Pondok Pesantren Attaqwa.
Kalau tidak salah namanya adalah ”Berkah Tour n Travel”. Wajah-wajah lusuh,
capai menghiasi pemandangan saya. Wajar saja. Setelah menempuh perjalanan
selama 16 Jam menggunakan kereta api Matarmaja yang dikenal sangat tidak ramah
untuk pantat penumpangnya. Ditambah lagi dengan mereka langsung menuju masjid
Tibban. Saya menjadi bingung, ini liburan atau bagaimana. Liburan kok tidak
ceria hehehe. Yaa mungkin mereka baru pertama kali menempuh perjalanan darat
yang jauh. karena hampir 90% dari santri itu berasal dari daerah Jabotabek.
Padahal, setelah ini mereka akan kembali melanjutkan perjalanan ke Alun-Alun
Kota Wisata Batu (menurut rundown acara).
Setelah permasalah
terkait penurunan barang-barang bawaan, mereka segera melanjutkan untuk
check-in penginapan. Saya ikut membantu sebisa saya. Walaupun pihak tour n
travel nya sudah mempunyai crew. Walaupun hanya sebatas mengatur lalu lintas
lift hehehe. Sebenarnya tujuan saya bukan untuk membantu pihak Tour Travel
(emang ga membantu sih malah tambah bikin repot) tapi untuk menemui saudara
saya yang ikut dalam perjalanan kali ini. Kebetulan saudara saya menjadi staff
pengajar di MA. Attaqwa Puteri. Dan juga karena orang tua saya sudah bawel dari
pagi sudah nelon agar saya menemui saudara saya tersebut.
Akhirnya ketemu lah
saya dengan saudara saya tersebut. Tidak ada yang istimewa sebenarnya. Tapi
kalau boleh jujur, saya lebih dekat dengan saudara saya ini dibandigkan dengan
orangtua saya sendiri. Karena saudara saya ini lah yang menjadi orangtua saya
ketika saya bersekolah di Pondok Pesantren Attaqwa Putera. Tidak bisa
dilukiskan dengan kata-kata jasa beliau terhadap saya. Saya sendiri menganggap
kalau saya sudah dianggap seperti anak sendiri oleh mereka. Kapan lagi bisa
membalas kebaikan beliau. Walaupun hanya sebatas membawakan belanjaan atau
hanya mendengarkan nasihat-nasihat (baca:omelan) dari beliau. Karena itu lah saya memutuskan untuk ikut
dalam perjalanan kali ini.
Adzan maghrib sudah
berkumandang. Agenda selanjutnya yang akan mereka lewati adalah mengunjungi
alun-alun kota batu. Tetapi, sebagian dari peserta (guru dan santri) terlihat
kelelahan. Ada juga yang masih terlihat segar bugar. Alhasil diputuskan agenda
ke alun-alun kota batu dibatalkan. Tetapi, bagi mereka yang tidak merasa capai
pembatalan agenda ini tentu mengecewakan. Itu terlihat dari raut wajah mereka.
Mungkin mereka BT (baca:gabut) karena tidak ada kerjaan. Akhirnya, ada yang
saling menggangu satu sama lain dengan mengetuk pintu kamar kemudian lari entah
kemana. Saya yang mengamati sambil membaca dan menulis (dairy kali ini) hanya
bisa tersenyum. Yang ada dipikiran saya adalah “anak-anak ini kurang kerjaan
amat yaa”.
Setelah melihat tingkah
ga jelas mereka, saya memberanikan diri untuk mengajak mereka ngobrol. Awalnya
sedikit takut sih karena saya takut jika mereka masih terikat peraturan pondok
untuk tidak dekat dengan lawan jenis apalagi status saya adalah alumni Pondok
Puteranya. Memang agak tabu ketika santri yang putera berhubungan dengan santri
puteri. Tapi mau bagaimana lagi daripada mereka bete dan agak sedikit kecewa
mendingan saya yang menetralisir suasana gabut tadi. Saya mengobrol dengan 2
orang santri. Saya tidak tahu siapa namanya dan memang saya tidak menanyakan
hehehe. Kita ngobrol mulai dari masalah kuliah sampai dengan masalah
tempat-tempat menarik di daerah malang raya. Ingin rasanya untuk mengajak
mereka berjalan-jalan disekitar lingkungan hotel tempat mereka menginap.
Tetapi, karena diluar masih hujan saya urugkan niat tersebut. Tapi, saya masih
ada janji dengan mereka untuk mengajak mereka berjalan-jalan disekitar hotel.
Sampai sekarang masih belum bisa saya tepati karena beberapa kendala waktu itu.
Semoga mereka tidak menganggap itu sebagai hutang. Karena susah untuk
diwujudkan hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar